Friday, October 20, 2017

MAKALAH VARIABEL DAN HIPOTESA PENELITIAN


Hasil gambar untuk variabel dan hipotesis

VARIABEL DAN HIPOTESA PENELITIAN

PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan pada hakekatnya muncul karena adanya rasa ingin tahu yang tinggi dalam diri manusia. Kegiatan manusia dalam hal ini ditempuh dengan pelbagai macam cara dan usaha, baik yang ilmiah maupun tidak ilmiah. Maka dengan adanya kemajuan dan perkembangan zaman yang semakin pesat, usaha penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan ini dilalui dengan menghimpun dan menemukan hubungan-hubungan yang ada antara fakta yang diamati secara seksama, hal ini yang kemudian menjadi titik awal sebuah penelitian.
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah, usaha untuk menganalisa serta mengadakan konstruksi, secara metodologis, sistematis dan konsisten. Kegiatan ini tidak lepas dari format, metode dan kerangka yang harus disajikan secara sistematis, diantaranya adalah variabel dan hipotesa. Variabel merupakan konsep yang sangat penting, dimana peneliti harus mengukur nilai sesuatu untuk menghubungkan konsep yang abstrak dengan realita, agar dapat merumuskan dan menguji hipotesa tanpa ada kesulitan.
Sedangkan hipotesa, sangat membantu si peneliti dalam menentukan arah setiap tindakannya selama proses penelitian, sebab dengan perumusan hipotesa yang benar maka tujuan penelitian pun akan jelas. Disamping itu, variable dan hipotesa yang benar akan membantu peneliti dalam pengumpulan data yang jelas, relevan dan akurat. Sehingga proses penelitian akan lebih efektif dan efisien jika didukung oleh variable dan hipotesa yang terkonsep dengan benar.
Untuk itu, disini penulis berusaha memaparkan beberapa hal mengenai variabel dan hipotesa yang meliputi definisi, macam-macam, perumusan dan kegunaan masing-masing secara umum.


PEMBAHASAN
A. Variabel penelitian
1.   Definisi Variabel
Variabel berasal dari kata bahasa Inggris variable yang berarti faktor tak tetap atau berubah-ubah. Kemudian arti variable dalam bahasa Indonesia lebih tepat disebut bervariasi. Berarti variable sosial adalah fenomena social yang bervariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu standar dan sebagainya.[1]
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Pengertian lain dalam penelitian, bahwa variabel adalah suatu peubah penelitian yang dapat diukur atau sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep tertentu.
Pengukuran variabel adalah proses menentukan jumlah atau intensitas informasi mengenai orang, peristiwa, gagasan, dan atau obyek tertentu serta hubungannya dengan masalah atau peluang bisnis. Dengan kata lain, menggunakan proses pengukuran yaitu dengan menetapkan angka atau tabel terhadap karakteristik atau atribut dari suatu obyek, atau setiap jenis fenomena atau peristiwa yang menggunakan aturan-aturan tertentu yang menunjukkan jumlah dan atau kualitas dari faktor-faktor yang diteliti.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel penelitian adalah seseorang atau obyek yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal-hal tersebut.

2.  Macam-Macam Variabel
Dalam penelitian, setelah memperoleh pengertian tentang konsep dan definisi operasional variabel, langkah berikutnya adalah menentukan variabel yang memiliki hubungan antar variabel yang satu dengan variabel lain. Berikut adalah macam-macam variabel dan bisa dibedakan menjadi:
a.     Variabel Independen, yaitu: variable yang dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas atau peubah bebas yang juga sering disebut dengan variabel stimulus, atau predictor, atau variabel antecedent. Yaitu variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat atau tidak bebas), atau yang menyebabkan terjadinya variasi bagi peubah tak bebas (variabel dependen).
b.     Variabel Dependen, yaitu: dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai peubah tak bebas, variabel output, criteria, atau konsekuen. Variabel ini sering disebut sebagai peubah tak bebas, atau variabel terikat. Variable terikat atau peubah tak bebas ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable sebab atau peubah bebas.
c.      Variable Moderator, yaitu: peubah yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent. Variabel ini sering disebut juga sebagai peubah bebas kedua.  Bila suami istri mempunyai anak, maka anak dapat disebut sebagai variabel moderator, karena dapat memperkuat hubungan emosional antara suami dan istri.
d.     Variabel intervening adalah peubah yang secara teoritis mempengaruhi (memperlemah dan memperkuat) hubungan antara variabel independent (peubah bebas) dengan variable dependent (peubah terikat), akan tetapi tidak dapat diamati dan diukur secara matematis.
e.      Variabel kontrol adalah peubah yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independent (peubah bebas) terhadap variabel dependent (peubah tak bebas) tidak dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diamati si peneliti. Variabel kontrol ini sering digunakan dalam penelitian komparatif, yang bersifat melakukan perbandingan.[2]

3.  Contoh-contoh variabel Penelitian

1.    Variabel Independen dan Dependen
-         Kualitas pelayan Petugas kesehatan dan Kepuasan Masyarakat:
Kualitas Pelayanan = variabel independent (VI) dan Kepuasan Masyarakat = variabel dependen (VD)
-         Kenaikan harga BBM dan daya beli masyarakat : kenaikan harga BBM adalah variabel independen (VI) dan daya beli adalah variabel dependen (VD);
-         Kemampuan kerja dan produktivitas: Kemampuan kerja = VI dan Produktivitas = VD
-         Intensif dan motivasi : Intensif = VD dan motivasi kerja = VD, atau bisa sebaliknya, karena kedua variabel bisa berbentuk hubungan reciprocal / saling mempengaruhi/timbal balik.
Untuk dapat menentukan yang mana variabel independen, dan dependen atau variabel yang lain, harus dilihat konteksnya dengan dilandasi konsep teoritis maupun hasil dari pengamatan yang empiris. Untuk itu, sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti, perlu melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada obyek yang akan diteliti. Jangan sampai terjadi membuat rancangan penelitian dilakukan dibelakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di obyek studi pendahuluan.
Sering terjadi pada rumusan masalah penelitian, dimana setelah dirumuskan ternyata masalah itu tidak menjadi pada obyek penelitian. Setelah masalah dapat dipahami dengan jelas maka peneliti dapat menentukan variabel-varibel penelitiannya.

2.   Variabel Moderator
Secara teoritis kalau harga murah, maka akan banyak pembelinya tetapi sering terjadi penjualan dengan harga murah, tetapi tidak banyak pembelinya. Hal ini tentu ada variabel moderator yang mempengaruhi. Untuk hal ini variabel moderatornya yang dijual tidak berkualitas atau modelnya sudah usang.
Contoh lainnya adalah hubungan suami-istri akan menjadi semakin akrab bila mempunyai anak, dan akan semakin renggang bila ada pihak ke tiga. Anak adalah variabel moderator yang memperkuat hubungan, dan pihak ke tiga adalah yang memperlemah hubungan.





3.  Variabel Intervening
Seperti telah dikemukakan bahwa variabel Intervening adalah variabel yang memperlemah dan memperkuat hubungan antara variabel independen dan dependen, tetapi bersifat toeritis, sehingga tidak teramati dan tidak dapat diukur (kalau variabel moderatornya dapat diukur).
Sebagai contoh misalnya, ada dua pelaku bisnis dalam bidang yang sama, modalnya sama, tempat usahanya sama. Pelaku bisnis yang satu lebih sukses karena ia sering datang ke tempat-tempat keramat, misalnya ke Gunung Kawi. Datang ke Gunung Kawi ini adalah sebagai variabel intervening, karena aktivitasnya tidak dapat dijelaskan secara rasional dan tidak terukur. Contoh lain misalnya, gaji pegawai tinggi, pemimpin berperilaku baik, tetapi prestasi kerjanya rendah. Setelah diteliti ternyata pegawai tersebut sedang frustasi. Jadi, frustasi adalah sebagai Variable Intervening. Secara teoritis frustasi akan mempengaruhi prestasi pegawai, tetapi frustasi ini tidak dapat diukur.

4.   Variabel Control
Variabel ini ditetapkan oleh peneliti, jika peneliti ingin mengontrol supaya variabel diluar yang diteliti tidak mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan dependen, atau ingin melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.
Misalnya akan membandingkan penampilan kerja petugas pemasaran antara lulusan Sekolah Menengah Umum (SMU) dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Untuk bisa membandingkan penampilan kerja kedua lulusan sekolah itu maka peneliti harus menetapkan variabel controlnya. Dalam hal ini variabel controlnya adalah: Pekerjaan yang dikerjakan, alat untuk mengerjakan, pengalaman kerja, iklim kerja organisasi dimana pegawai tersebut harus sama. Tanpa ada variabel controlnya akan sulit ditemukan apakah perbedaan penampilan karyawan tersebut karena factor pendidikan (SMU-SMK) atau bukan.
Pada kenyataannya, gejala-gejala sosial itu meliputi berbagai macam variabel saling terkait secara simultan baik variabel independent, dependen, moderator dan intervening, sehingga peneliti yang baik akan mengamati semua variabel tersebut. Tetapi karena adanya keterbatasan dalam berbagai hal, maka peneliti sering hanya memfokuskan pada variabel penelitian saja, yaitu variabel independen dan dependen. Dalam penelitian kualitatif hubungan antara semua variabel tersebut akan diamati karena penelitian kualitatif berasumsi tidak dapat diklasifikasikan tetapi merupakan satu kesatuan (holistic).


B.  Hipotesa penelitian
1.   Definisi Hipotesis
Secara etimologi, hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti sebelum dan “thesis” berarti dalil atau hukum atau pendapat/kesimpulan.
Secara teminologi, ada beberapa pendapat dalam hal ini, seperti yang dikutip Soerjono Soekanto, diantaranya:
-         Mely G. Tan (1977): Rumusan yang menyatakan harapan adanya hubungan tertentu antara dua fakta atau lebih merupakan suatu hipotesa.
-         John F. Runcie (1976): Hypotheses = those testable guesses that lead to the tentative confirmation or rejection of theories.
-         James A. black dan Dean J. champion (1976): A hypothesis is a tentative statement liare tentative statements about things that the researcher wishes to support or refute.[3]
Sedang menurut Kartini, hipotesa itu berarti stelling, patokan, pendirian, dalil yang dianggap benar; juga berarti “onderstelling”, persangkaan, dugaan yang dianggap benar untuk sementara dan perlu dibuktikan kebenarannya. Jadi, hipotesa itu merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian, yang harus diuji kebenarannya dengan jalan research.[4]
Jadi hipotesis pada intinya adalah suatu dalil atau hukum yang dianggap belum menjadi dalil yang sesungguhnya, karenanya masih harus diuji dan dibuktikan melalui sebuah penelitian setelah itu. Dan untuk menjadi dalil atau hukum, maka harus ada bentuk kesinambungan maupun hubungan dari gejala (konsep/variable) yang tidak berubah pada situasi tertentu, dan kemudian tidak ada pengecualiaan dalam kebenarannya.
Hipotesis, secara sederhana merupakan dugaan sementara yang diharapkan terjadi dalam penelitian, hal ini bisa berangkat dari pertanyaan penelitian yang dinyatakan sebagai hipotesis. Contohnya:
-         Pertanyaan penelitian: Apakah ada perbedaan minat siswa terhadap pelajaran IPA antara siswa yang diajar oleh guru yang sama gendernya dan guru yang berbeda gendernya?
-         Hipotesis: Siswa yang belajar IPA dari guru yang sama gendernya akan lebih tinggi minatnya dibandingkan dengan siswa yang belajar IPA dari guru yang berbeda gendernya.

2.  Fungsi Hipotesa
Dalam pandangan Kartini Kartono, tanpa hipotesa, maka proses pengumpulan data itu merupakan usaha pencarian yang buta. Karena hipotesa itu memberikan pengarahan pada penyelidikan dan pemecahan masalah; dapat membatasi data informasi yang relevan dan mengeliminasi data lain yang tidak berkaitan dengan permasalahannya.[5]
Hal ini tidak jauh berbeda dari pendapat Pauline V. Young (1966), dimana fungsi suatu hipotesa adalah:
-         Memberikan suatu pengarahan yang definitif dan mantap bagi suatu penelitian.
-         Memberikan ruang lingkup yang tegas, dan merupakan suatu patokan untuk dapat memilih unsur-unsur yang relevan bagi penelitian.
-         Memberikan tujuan yang tegas bagi peneliti dalam melakukan penelitian.
-         Dapat mencegah pengumpulan data yang tidak ada hubungannya dengan tujuan serta hakekat penelitian yang akan dilaksanakan.[6]
Disini, secara terperinci Soejono memaparkan bahwa fungsi hipotesa adalah:
a.   Memberikan petunjuk dan pengarahan pada penelitian serta pemecahan masalah.
b.   Memberikan batasan pada data informasi yang relevan seperlunya saja dengan mengeliminasi data lain yang tidak berhubungan dengan inti permasalahan.
c.    Menyadarkan kita akan keterbatasan indera manusia dan alat-alat pengukur hasil ciptaan manusia dalam menanggapi permasalahan social yang rumit.
d.   Mengurangi kesalahan dalam usaha pengumpulan data.[7]

3.  Ciri-Ciri Hipotesa
Hipotesis yang baik, mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
a.   Hipotesis harus menyatakan hubungan,
b.   Hipotesis harus sesuai dengan fakta,
c.    Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dan tumbuh dengan ilmu pengetahuan,
d.   Hipotesis harus dapat diuji,
e.    Hipotesis harus sederhana,
f.     Hipotesis harus bisa menerangkan fakta.[8]

4.  Pembagian Hipotesa
Black dan Champion, seperti dikutip Soerjono, membedakan tipe utama hipotesis menjadi tiga, yaitu hipotesa penelitian (research hypotheses) atau hipotesa kerja, hipotesa nol (null hypotheses) dan hipotesa statistik (statistical hypotheses).[9]
Menurut Black dan Champion, hipotesa penelitian atau hipotesa kerja biasanya diambil dari teori yang dijadikan acuan si peneliti mengenai suatu gejala sosial tertentu, karenanya dia percaya bahwa hipotesanya benar, sebab diambil dari teori yang mantap, namun demikian, hipotesis ini masih bersifat tentatif dan masih harus diuji kebenarannya.
Sedangkan hipotesa nol merupakan sarana untuk menguji hipotesa kerja, dimana ia harus diuji atau dibuktikan secara empiris. Fungsinya adalah sebagai penyangkalan terhadap gejala tertentu, atau hubungan antara gejala-gejala tertentu. Hipotesa ini lebih sering digunakan karena lebih objektif antara teori probabilitas dan uji hipotesa penelitian, apakah benar atau salah. Karenanya, hipotesa ini pada umumnya digunakan dalam penelitian eksperimental.
Terakhir, hipotesa statistik adalah pernyataan-pernyataan mengenai populasi statistik yang atas dasar informasi yang diperoleh dari data penelitian, ingin dipertahankan atau dinyatakan tidak berlaku. Bermula dari objek-objek dalam hipotesa nol yang semula dipergunakan kemudian dikwantifikasikan sehingga menjadi hipotesa statistik  dan dapat dievaluasikan secara kwantitatif.
Sedangkan hipotesis dalam pandangan Suharsimi dapat dibagi menjadi dua macam saja,[10]yaitu:
a.   Hipotesis kerja, atau disebut dengan hipotesis alternative, disingkat Ha. Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan dua kelompok.
Rumusannya:
-         Jika……maka….
-         Ada perbedaan antara…..dan….
-         Ada pengaruh…….terhadap…..
b.   Hipotesis nol, atau disebut hipotesis statistik, disingkat Ho. Karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Rumusannya:
-         Tidak ada perbedaan antara ……..dengan…..
-         Tidak ada pengaruh……terhadap…..


5.  Perumusan dan Pengujian Hipotesis
Cara merumuskan hipotesis adalah dengan membuat kerangka teori terlebih dahulu, lalu kemudian mengeksplorasi hubungan-hubungan yang ada atau terjadi dalam permasalahan yang sedang diteliti. Sebab hipotesis dibentuk dengan suatu pernyataan tentang frekuensi kejadian atau dari hubungan antarvariabel-variabel, baik itu dalam bentuk pengaruh maupun korelasi lain. Disamping juga, hipotesa dapat dinyatakan dalam bentuk sebab-akibat atau hipotesa kausal.
Petunjuk dalam merumuskan hipotesis adalah seperti berikut:
-         Hipotesa harus dirumuskan secara jelas dan padat, serta spesifik,
-         Hipotesa sebaiknya dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan,
-         Hipotesa sebaiknya menyatakan hubungan antardua atau lebih variable yang dapat diukur,
-         Hipotesa hendaknya dapat diuji,
-         Hipotesa sebaiknya mempunyai kerangka teori[11]
Menguji hipotesa dapat dilakukan melalui dua hal, yaitu dengan konsistensi logis, baik itu deduktif maupun induktif, dan menguji hipotesa dengan mencocokkan dengan fakta, hal ini sering dilakukan pada penelitian dengan metode percobaan.


C. Penutup
Sebuah penelitian dengan variable yang konkret dapat bermanfaat untuk menentukan batasan ukuran sebuah objek yang akan diteliti, sehingga informasi dan data mengenai objek tersebut tidak akan sia-sia namun sangat membantu kelancaran proses penelitian. Termasuk juga dalam hal merumuskan hipotesa, sebab hipotesa akan membantu menentukan arah penelitian agar terfokus pada permasalahan yang sedang diteliti.
Untuk itu, perumusan hipotesis sangat penting, karena kebaikan dan keburukan hipotesis dalam perumusannya tergantung beberapa faktor, yaitu sampai sejauh mana hipotesis tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan, apakah hipotesis tersebut sesuai dengan teori darimana hipotesis tersebut berasal, dan sampai sejauh manakah hipotesis tersebut akan dapat memberikan informasi mengenai penelitian yang dilakukan.

 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Bogdan, R. &S. Taylor, Introduction to Qualitative Research Methods, New York: John Willey&Sons, 1975.
Bungin, Burhan, Metode Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga University Press, 2001.
Kartono, Kartini, Pengantar Methodology Research Social, Bandung: Penerbit Alumni,1976.
Nizar, Mohammad, Metode penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia,1985.
Soekamto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia, 1986.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010.
www.suhartoumm.wordpress.com



[1] Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial (Surabaya: Airlangga University Press, 2001),76.
[2]Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), 61-64. Lihat juga www.suhartoumm.wordpress.com
[3] Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:Universitas Indonesia, 1986), hal.148
[4] Kartini Kartono, Pengantar Methodology Research Social, (Bandung:Penerbit Alumni,1976), 120.
[5] Kartini, Pengantar Methodology……., 121
[6] R. Bogdan &S. Taylor, Introduction to Qualitative Research Methods, (New York:John Willey&Sons, 1975), 80.
[7] Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum……, 149.
[8] Mohammad Nizar, Metode penelitian, (Jakarta:Ghalia Indonesia,1985), 183
[9] Soerjono, Pengantar Penelitian ……, hal.150-152
[10] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 73-74.
[11] Nazir, Metode penelitian….., 190-191.

Thursday, October 19, 2017

MAKALAH METODE PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

METODE PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA


A. Pendahuluan


Manusia secara mendasar merupakan makhluk yang paling unik dan bermakna, karena manusia bisa menciptakan sejarah kehidupan dengan bekal akal yang dimiliki. Hal itu bisa dirasakan dengan semakin berkembangnya peradaban kemanusiaan di dunia. Kondisi ini tidak bisa dilepaskan dari karakteristik manusia yang selalu ingin mengetahui dan memahami kondisi  sekitarnya bahkan dirinya sendiri. Hasil pengetahuan itu menjadi suatu prinsip pengetahuan yang empirik.
Rasa keingin tahuannya manusia terhadap segala fenomena yang terjadi di sekitarnya menuntut dirinya untuk berinteraksi langsung dengan lingkungan yang secara kasar disebut dengan penelitian. Dan bersamaan dengan proses interaksi mereka yang semakin berkembang, manusia dapat merumuskan proses interaksinya tersebut dengan baik sehingga hasilnya secara resmi dikatakan penemuan ilmiah. Proses interaksi yang dilakukan manusia dengan alam sekitarnya dalam rangka untuk menemukan pengetahuan secara prosedural disebut dengan penelitian.
Penelitian adalah merupakan salah satu proses untuk menggali pengetahuan dari segala fenomena yang terjadi. Ia menjadi salah satu aktivitas yang terus berkembang bersama dengan proses perkembangan pola pikir manusia. Sistem dan metodologinya terus diformulasikan setiap kali terdapat perkembangan baru dalam aspek kahirdupan manusia.
Penelitian di lakukan untuk menemukan rumusan sistematis dari setiap gejala yang lahir. Gejala tersebut menjadi faktor penting terjadinya proses penelitian, sehingga orang yang peka terhadap segala gejala yang menjadi problem baru senantiasa mendorongnya untuk mengetahui hal tersebut secara lebih mendalam.
Penelitian bukanlah usaha yang dilakukan secara serampangan di dalam menggali pengetahuan seputar gejala persoalan yang ada, tetapi penelitian membutuhkan metodologi sistematis dan ilmiah untuk memperoleh data dan kesimpulan yang sistematis juga sehingga hasilnya bisa diakui valitiasnya secara ilmiah.
Terdapat beberapa langkah yang menjadi acuan pokok yang harus ditempuh oleh setiap orang yang ingin melakukan penelitian, di antaranya adalah desain penelitian, latar belakang masalah, perumusan masalah, identifikasi masalah, hipotesa, pendekatan yang digunakan, hipotesa, teknik pengumpulan dan analisis data, dan kesimpulan. Langkah ini merupakan acuan pokok bagi setiap peneliti dalam melakukan penelitian.
Di dalam proses penelitian, setiap peneliti berusaha untuk mengetahuai problema yang ditelitinya secara holistik. Ia dituntut untuk melakukan pengumpulan data-data yang terkait dengan problema tersebut, karena data merupakan salah satu unsur paling penting dalam proses penelitian untuk menghasilkan pengetahuan yang betul-betul valid baik data primer maupun data sekunder, kemudian setelah itu, peneliti diharuskan melakukan analisa terhadap data-data yang telah dikumpulkannya, sehingga ia bisa menghasilkan kesimpulan yang betul-betul mendekati terhadap kondisi faktual yang terjadi.
Di dalam proses pengumpulan data yang harus dilakukan oleh peneliti terdapat langkah-langkah teoritis yang harus diketahui sehingga ia tidak melakukan kekeliruan dalam pengumpulan data tersebut. Setelah itu peneliti harus melakukan penganalisaan terhadap data tersebut.
Dalam proses pengumpulan data dan penganalisaannya dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif terdapat langkah-langkah yang harus diketahui oleh peneliti sehingga tidak menghasilkan kesimpulan yang jauh dari harapan. Dan untuk mengetahui teknik tersebut, maka penulis di dalam makalah ini berusaha mengangkat judul teknik pengumpulan dan analisis data yang akan diulas dalam bab pembahasan.
   
PEMBAHASAN

  
A.       Teknik Pengumpulan Data

Ada dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu kualitas instrument penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas intrumen penelitian berkenaan dengan kualitas pengumpulan data, dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrument, dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrument yang telah teruji validitas dan reliabiltasnya, belum tentu menghasilkan data valid dan reliable, apabila instrument tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.
Pengumpulan data merupakan hal yang terpenting di dalam kegiatan penelitian ilmiah, karena pada umumnya pengumpulan data pasti sangat diperlukan kecuali untuk penelitian eksploratif, untuk menguji hipotesa yang telah dirumuskannya..
Pengumpulan data bukanlah hal yang sepele walaupun setiap orang memiliki kecenderungan di dalam melihat dan memandang objek yang ingin diteliti. Karena ketika pengalaman dalam proses pengumpulan data semakin sedikit, maka kemungkinan  untuk dipengaruhi oleh keinginan pribadi semakin besar. Oleh karena itu pengumpulan data membutuhkan pengalaman dan keahlian yang cukup untuk melakukannya.[1]
Mengumpulkan data memang merupakan pekerjaan yang melelahkan dan kadang sulit. Ketika pengumpulan data ini dilakukan oleh orang lain selain peneliti, maka sedikit banyak akan dipengaruhi oleh orang yang melakukannya, maka jika pengumpul data melakukan kesalahan sedikitpun dalam proses tersebut, maka ia akan mempengaruhi data yang diberikan oleh responden, dan kesimpulannya dapat menjadi salah. Dengan demikian pengumpulan data merupakan hal sangat penting di dalam penelitian.
  
B.     Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif
Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
     1.Wawancara
          Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.[2]
        Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali ja Tahap-tahap wawancara meliputi :
·        Menentukan siapa yang diwawancarai
·        Mempersiapkan wawancara
·        Gerakan awal
·        Melakukan wawancara dan memelihara agar wawancara produktif
·        Menghentikan wawancara dan memperoleh rangkuman hasil wawancara

Pada tahap pertama peneliti menentukan dimana dan dari siapa data akan dikumpulkan. Kegiatan ini juga meliputi penentuan bahan-bahan dan identifikasi informan yang diperlukan dalam wawancara. Pada tahap kedua  mencakup pengenalan karakteristik  dari responden. Semakin elite responden, maka makin penting untuk mengetahui informasi lebih banyak tentang responden. Selain itu peneliti harus menyiapkan urutan pertanyaan, peran, pakaian, tingkat formalitas, dan konfirmasi waktu dan tempat. Tahap ketiga adalah gerakan awal, dimana penelti melakukan semacam  “Warming Up” yaitu mengajukan pertanyaan yang bersifat “grand tour” agar responden dapat memperoleh kesempatan dan mengalami dalam suasana yang  santai tetapi mampu memberikan informasi yang berharga., juga berkemampuan untuk mengorganisasikan jalan pikirannya sendiri., dengan mengajukan pertanyaan secara umum yang akan dirinci pada waktu wawancara selanjutnya.[3]
Pada tahap keempat pertanyaan diajukan secara khusus (spesifik), agar dipelihara produktifitas proses wawancara. Tindakan menhentikan wawancara, apabila peneliti telah banyak mendapatkan informasi yang melimpah; serta baik peneliti maupun responden sudah capai. Tindakan berikutnya peneliti harus merangkum dan mencek kembali yang telah dikatakan oleh responden dan barang kali responden ingin menambah informasi yang telah diberikannya.

Menurut Seidnan (1991) terdapat tiga rangkaian wawancara :
·        Wawancara yang mengungkap konteks pengalaman partisipan (responden)
·        Wawancara yang memberi kesempatan partisipan untuk merekonstruksi pengalamannya.
·        Wawancara yang mendorong partisipan untuk merefleksi makna dari pengalaman yang dimiliki.

Pada wawancara pertama, pewawancara mempunyai tugas membawa pengalaman partisipan  kedalam konteks dengan meminta partisipan bercerita sebanyak mungkin tentang dirinya  sesuai dengan topik pembicaraan , dalam kurun waktu sampai sekarang. Kegiatan ini disebut wawancara  sejarah hidup terfokus  (focused life history). Adapun tujuan wawancara kedua adalah untuk mengkonsentrasikan rincian konkret tentang rincian pengalaman partisipan sekarang, sejalan dengan topik studi. Misalnya dalam penelitian tentang guru dan mentor dalam suatu situs klinis, kita bertanya pada mereka tentang apa yang sebenarnya dilakukan dalam pekerjaannya. Wawancara ketiga adalah refleksi makna. Dalam hal ini partisipan diminta merefleksi makna pengalaman yang dimilikinya. Pertanyaan “makna” bukan merupakan  pertanyaan yang memuaskan, sekalipun isi ini memegang peran yang penting untuk mengungkap pikiran partisipan. Pertanyaan – pertanyaan  seperti ini mungkin muncul, menurut anda memberi kesan apa kehidupan anda sebelum menjadi guru, dan kehidupan anda sekarang seperti yang anda katakan ?. Kemudian dapat diteruskan “pengalaman-pengalaman”  anda tersebut apa bermanfaat untuk menghadapi kehidupan yang akan datang.
Teknik wawancara sebagai salah satu teknik pengumpulan data ada dua macam :
a. Wawancara tersetruktur
wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penlitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Di dalam wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpul data  dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data, supaya setiap pewawancara mempunyai ketrampilan yang sama, maka diperluakan training kepada calon pewawancara.[4]
b. Wawancara Tidak Terstruktur
wawancara tidak terstruktur adalah wawancara  yang bebas, di mana peneliti tidak menggunakan [edoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.[5]
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden. Dan berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan.
c. wawancara Semiterstruktur
wawancara semiterstruktur ini sudah termasuk dalam kategori in dept interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawncara terstruktur. Tujuan wawancara spserti ini adalah untuk menemukan permasalahan yang lebih terbuka, di mana pihka yang diajak wawancara dimintai pendapat, ide-idenya. Dalam melakukan wawancara ini, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
2.Observasi
Observasiatau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
           Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.[6]
  • Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.
  • Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.
  • Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah topografi, jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus kontrol (kondisi dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku.
3.Dokumen
       Dokumen adalah merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih dapat dipercaya kalau didukung oleg sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi.[7] Tetapi perlu disadari bahwa tidak setiap dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi. Seperti conoth banyak foto yang tidak mencerminkan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan tertentu. Demikian juga, autobiografi yang ditulis untuk dirinya sendiri sering subjektif.
4. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti telah menggunakan triangulasi, maka sebenarnya peneliti telah mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagi teknik pengumpulan data dan berbagi sumber data.
Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.Dalam hal ini, Susan Stainback(1988), menyatakan bahwa tujuan dari triangulasi bukanlah untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.[8]
4.FocusGroupDiscussion(FGD)
             Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.
Sedangkan sumber data utama dalam penelitian kualitatif menurut Lofland seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber utama. Dan kemudian dicatat melalui catatatan tertulis atau melalui perekaman audio, pengambilan foto, dan film. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperanserta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya. Dan dominasi dari ketiga sumber tersebut tergantung pada situasi dan kondisi.[9]

C. Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif terdapat beberapa langkah untuk mengumpulkan data dalam proses penelitian, yaitu :
1.   Interview
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil.
Wawancara ini memiliki dua bentuk, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Teknik wawancara terstruktur ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendir atau self report, atau stidak-tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi.
2.  Kuesioner(angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakuakn dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variable yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari rsponden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumleh respondens cukup besar dan tersebar diwilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan tertutup atau terbuka yang dapat diberikan kepada responden secara langsung atau melalu pos.[10]
Uma Sekaran (1992) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data yaitu; prinsip penulisan, pengukuran, dan penampilan fisik.
Adapun Prinsip-Prinsip Penulisan angket adalah sebagai berikut:
1.    Isi dan Tujuan Pertanyaan
Yang dimaksud di sini adalah apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan? Kelau berbentuk pengukuran, maka dalam membuat pertanyaan harus diteliti, setiap pertanyaan harus sekala pengukuran dan jumleh itemnya mencukupi untuk mengukur variable yang diteliti.
2.   Bahasa Yang digunakan
Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden. Kalau sekiranya responden tidak dapat berbahasa Indonesia, maka angket jangan disusun dengan bahasa Indonesia. Jadi bahasa yang digunakan harus memperhatikan jenjang pendidikan responden, keadaan social budaya, dan freme of reference dari respondens.
3.   Tipe Dan Bentuk Pertanyaan
 Tipe pertanyaan dalam angket harus tertutp atau terbuka, dan bentuknya menggunakan kalimat positif maupun negative. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang suatu hal. Sedangkan pertanyaan tertuitup akan membantu responden untuk menjawab dengan cepat, dan juga memudahkan peneliti untuk melakukan analisis data terhadap seluruh angket yang telah terkumpul.
4.   Pertanyaan tidak mendua.
Setiap pertanyaan dalam angket tidak boleh mendua(double barreled) sehingga menyulitkan responden untuk memberikan jawaban.
5.   Tidak menanyakan yang sudah lupa
6.   Pertanyaan tidak menggiring. Artinya pertanyaan tidak menggiring responden kepada yang baik atau yang buruk saja.
7.   Panjang Pertanyaan. Pertanyaan yang terlalu panjang akan membuat responden merasa jenuh untuk menjawabnya.
8.   Urutan Pertanyaan. Urutan dalam hal ini harus dimulai dari yang umum menuju hal yang spesifik, dari hal mudah menuju hal yang sulit, atau diacak.
9.   Prinsip Pengukuran
 Angket yang diberikan kepada responden untuk mengukur variable yang akan  diteliti. Oleh karena itu harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliable tentang variable yang diukur. Maka sebelum angket diberikan kepada responden harus diuji ddulu validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Karena instrument yang tidak valid akan mengahasilkan yang juga tidak valid dan reliable.
10.Penampilan Fisik
Penmpilan angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi responden dan keseriusannya dalam mengisi angket.[11]
3. Observasi
 Observasi sebagai teknik pengumpulan data memk punyai cirri yang specifi bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dengan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berbicara dengan orang, maka metode observasi tidak terbatas pada orang tetapi juga objek-objek alam yang lain. Karena observasi berada bersama objek yang diselidiki secra langsung maupun tidak langsung. Observasi yang dilakukan waktu terjadinya perinsitiwa disebut dengan observasi secara langsung, dan observasi yang dilakukan di lain waktu dengan peinsitiwa disebut dengan observasi tidak langsung, seperti melalui film, rangkaian slide, atau rangkai foto-foto.[12]
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi observasi partisipan maupun observasi non participant.
1.    Observasi Patisipan (observasi Berperan Serta)
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari dengan orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan penelitian, peniliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan ini, maka data akan diperoleh dengan lebih lengkap , tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
2.   Observasi Non Partisipan
Dalam observasi ini peneliti tidak terlibat lagsung dan hanya sebagai pengamat independent. Peneliti mencatat, menganalisa dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan tentang prilaku masyarakat. Dalam observasi non participant ini peniliti tidak akan mendapatkan data yang mendalam dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai di balik prilaku yang tampak, terucapkan, dan yang tertulis.[13]

Observasi dilihat dari segi bentuknya ada dua, yaitu :
a.   Observasi Tersetruktur, yaitu observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya. Ini dilakukan jika peneliti telah tahu dengan pasti tentang variable apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan, peneliti menggunakan instrument penelitian yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya.
b.   Observasi Tidak Tersetruktur, yaitu observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrument yang telah baku, tetapi hanya rambu-rambu pengamatan.[14]

D.Teknik Analisis Data
Menurut Patton, 1980 menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis. Jika dikaji, pada dasarnya definisi pertama lebih menitikberatkan pengorganisasian data sedangkan yang ke dua lebih menekankan maksud dan tujuan analisis data. Dengan demikian definisi tersebut dapat disintesiskan menjadi: Analisis data proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.[15]
Dari uraian tersebut di atas dapatlah kita menarik garis bawah analisis data bermaksud pertama- tama mengorganisasikanm data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengategorikannya. Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif.

1.   Teknik Analisa Data Kualitatif
Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan di dalam proposal. Karena datanya kuantitatif maka teknik analisa data menggunakan metode statistik yang sudah tersedia. Misalnya akan menguji hidpotesis hubungan antara dua variabel, bila ditanya ordinal maka statistik yang digunakan adalah korelasi Spearman Rank, sedangkan bila datanya interval atau ratio maka yang digunakan adalah Korelasi Pearson Product Moment. Bila akan menguji signifikansi komparasi data dua sampel, dan datanya interval atau ratio dugunakan t-test dua sampelm, bila datanya nominal dugunakan Chi Kuadrat. Selanjutnya bila akan menguji hipotesis komparatif lebih dari dua sampel, datanya interval, maka digunakan analisis varian.[16]
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakana teknik pengumpulan data yang bermacam-macam(triangulasi), dan dilakukan dengan terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan dilakukan terus menerus seperti itu maka akan mengakibatkan variasi data yang tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif(walaupun tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada pola yang jelasm sehingga sering mengalami kesulitan di dalam menganalisis, seperti yang dinyatakan oleh Miles dan Huberman(1984) seperti yang dikutip Sugiyono bahwa yang paling sulit dan serius dalam analisis data kualitatif adalah karena metode analisis belum dirumuskan dengan baik.[17]
Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga dapat disimpulkan apakah data itu diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis tersebut diterima, maka hipotesisi itu berkembang menjadi teori.
Nasution seperti yang dikutip oleh Sugiyono mengatakan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjuan ke lapangan, dan berlanjut terus sampai penulisan hasil penelitian. Dan kenyataannya banyak analisis data pada penelitian kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan data.[18]
Ada beberapa model analisis data dalam penelitian kualitatif, yaitu ;
1.   Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan cara mengidentifikasi satu atau unit data, yaitu satuan terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian. Sesudah satuan diperoleh, langkah berikutnya adalah membuat koding, yaitu membuat kode pada setiap satuan agar supaya tetap dapat ditelusuri data satuannya, berasal dari sumber mana.
2.  Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dan penyajian data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan bahwa yang paling penting dalam penyajian data pada penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.[19]
Dalam mendisplaykan data, huruf besar, huruf kecil, dan angka disusun ke dalam urutan sehingga strukturnya dapat dipahami, selanjutnya setelah dilakukan analisis secara mendalam, ternyata ada hubungan yang interaktif antara tiga kelompok tersebut.
Dalam perakteknya tidak semudah ilustrasi yang diberikan, karena fenomena sosial bersifat kompleks dan dinamis sehingga apa yang ditemukan pada saat memasuki lapangan dengan setelah berlangsung agak lama di lapangan akan mengalami perkembangan data. Dan setelah dibuktikan ternyata hipotesis yang telah dibuat didukung oleh data di lapangan, maka hipotesis itu terbukti dan akan menjadi teori.
3.  Conclusion Drawing/Verification
Langkah ketiga dalam anlisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal,  yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang lebih kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.[20]
  
Sedangkan Teknik Analisis Data Penelitian Kuantitatif
Setelah terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera digarap oleh peneliti, khususnya yang bertugas mengolah data. Ada yang menyebut data preparation, ada pula data analisis.
Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga langkah, yaitu:
1.    Persiapan
2.   Tabulasi
3.   Penerapan data sesuai dengan pendektan penelitian

1.   Persiapan
a.   Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi, apalagi intsrumennya anonim, perlu sekali dicek sejauh mana atau identitas apa saja yang sangat diperlukan bagi pengolahan data lebih lanjut.
b.   Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen pengumpulan data.
c.    Mengecek macam isian data. Jika di dalam instrumen termuat sebuah atau beberapa item yang diisi “tidak tahu” atau isian lain bukan yang dikehendaki peneliti, padahal isian yang diharapkan tersebut merupakan variabel pokok, maka item itu perlu didrop.[21]

2.  Tabulasi
Termasuk dalam kegiatan tabulasi ini antara lain:
1.    Memberikan skor(scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor, misalnya tes, angket bentuk pilihan ganda, rating scale, dan sebagainya.
2.   Memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi sekor.
3.   Mengubah Jenis data, disesuaikan atau dimodifikasikan dengan teknik analisis yang akan digunakan.
4.   Memberikan kode dalam hubungan dengan pengolahan data memberikan kode pada semua variabel, kemudian mencoba menentukan tempatnya di dalam coding sheet dalam kolom beberapa baris keberapa.[22]


3.  Penerapan Data sesuai dengan Pendekatan Penelitian
Yang dimaksud dengan data yang diterapkan dalam perhitungan adalah data yang disesuaikan dengan jenis data, yakni diskrit, ordinal, interval, dan ratio. Pemilihan terhadap rumus yang digunakan kadang-kadang disesuaikan dengan jenis data, tetepi adakalanya peneliti menentukan pendekatan atau rumus, kemudian data yang ada dirubah disesuaikan dengan rumus yang sudah dipilih.
Ketika membicarakan jenis data, bagi peneliti yang menyukai statistik, ada berbagai rumus yang dapat digunakan untuk mengolah data. Apabila peneliti berkeinginan untuk menggunakan jasa komputer, sebetulnya tinggal menyerahkan data kepada pengolah data, dan tinggal menunggu hasilnya.[23]
Kemudian untuk menganalisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian kuantitatif, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik inferensial meliputi statistik parametris dan statistik nonparametris.[24]
Statistik parametris dan nonparametris terdapat dalam statistik inferensial. Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel. Pengertian statistik di sini adalah data yang diperoleh dari sampel sehingga disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara parameter(data populasi) dan statistik (data sampel). Hanya dalam kenyataannya nilai parameter jarang diketahui. Sedangkan statistik nonparametris tidak menguji parameter populasi, tetapi menguji distribusi.[25]
Penggunaan statistik parametris dan nonparametris tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik parametris digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio, sedangkan statistik nonparametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data nominal, ordinal.






KESIMPULAN

Dari apa yang dijelaskan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa :
-Teknik pengambilan data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian, karena data merupakan unsur untuk memperoleh kesimpulan dan jawaban dari apa yang diteliti. Ketika proses tersebut keliru secara teknis, maka akan menghasilkan kesimpulan yang keliru. Sehingga penting kemudian untuk mengetahui teknik pengambilan data.
-Teknik pengambilan data pada penelitian kualitatif meliputi; wawancara, observasi, dokumen, triangulasi dan focus group discussion. Sedangkan teknik untuk mengumpulkan data dalam penelitian kuantitatif adalah observasi, kuesioner(angket), dan interview.
-Sedangkan teknik analisis data dari penelitian kuantitatif adalah reduksi data, display data, dan menyusun kesimpulan. Sedangkan untuk penelitian kuantitatif dalah persiapan, tabulasi, dan penerapan data sesuai dengan pendekatan yang ditempuh dengan statistik deskriptif dan statistik inferensial.


DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsini, Prof. Dr., Prosedur Penelitian. Jakarta: Asdi Mahasatya, 2006.
Miles, Huberman, M.B., A.M,  Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Baru. Jakarta:  UIPress, 1992.
Margono, Drs. S ., Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Moleong, Prof. Dr. Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Rosda Karya, 2008.
Nazir, Moh., Ph. D, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985.

Sukmadinata, Prof. Dr. Nana Saodih, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Roesda Karya, 2006.
Sugiyono, Prof. Dr., Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alvabeta, 2008.




[1] Prof. Dr. Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2006), 222-223
[2] Prof. Dr. Nana Saodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Roesda Karya, 2006), 216
[3] Miles, M.B. dan Huberman, A.M,  Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Baru,(Jakarta:  UIPress, 1992), 223
[4] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alvabeta, 2008), 137-138
[5] Ibid, 140
[6] Ibid, 220
[7] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D, 240
[8] Ibid, 241
[9] Prof. Dr. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatf, (Bnadung, Rosda Karya, 2008), 157-158
[10] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D, 142
[11] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D, 144

[12] Drs. S . Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 158
[13] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D, 146
[14] Ibid, 146
[15] Prof. Dr. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatf, 103
[16] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D, 243
[17] Ibid, 244
[18] Ibid, 245
[19] Ibid, 248
[20] Ibid, 252-253
[21] Prof. Dr. Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, 236
[22] Moh. Nazir, Ph. D, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), 415
[23] Ibid, 237
[24] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D, 149
[25] Ibid, 149

MAKALAH VARIABEL DAN HIPOTESA PENELITIAN

VARIABEL DAN HIPOTESA PENELITIAN PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan pada hakekatnya muncul karena adanya rasa ingin tahu yang tinggi d...