Friday, October 20, 2017

MAKALAH VARIABEL DAN HIPOTESA PENELITIAN


Hasil gambar untuk variabel dan hipotesis

VARIABEL DAN HIPOTESA PENELITIAN

PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan pada hakekatnya muncul karena adanya rasa ingin tahu yang tinggi dalam diri manusia. Kegiatan manusia dalam hal ini ditempuh dengan pelbagai macam cara dan usaha, baik yang ilmiah maupun tidak ilmiah. Maka dengan adanya kemajuan dan perkembangan zaman yang semakin pesat, usaha penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan ini dilalui dengan menghimpun dan menemukan hubungan-hubungan yang ada antara fakta yang diamati secara seksama, hal ini yang kemudian menjadi titik awal sebuah penelitian.
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah, usaha untuk menganalisa serta mengadakan konstruksi, secara metodologis, sistematis dan konsisten. Kegiatan ini tidak lepas dari format, metode dan kerangka yang harus disajikan secara sistematis, diantaranya adalah variabel dan hipotesa. Variabel merupakan konsep yang sangat penting, dimana peneliti harus mengukur nilai sesuatu untuk menghubungkan konsep yang abstrak dengan realita, agar dapat merumuskan dan menguji hipotesa tanpa ada kesulitan.
Sedangkan hipotesa, sangat membantu si peneliti dalam menentukan arah setiap tindakannya selama proses penelitian, sebab dengan perumusan hipotesa yang benar maka tujuan penelitian pun akan jelas. Disamping itu, variable dan hipotesa yang benar akan membantu peneliti dalam pengumpulan data yang jelas, relevan dan akurat. Sehingga proses penelitian akan lebih efektif dan efisien jika didukung oleh variable dan hipotesa yang terkonsep dengan benar.
Untuk itu, disini penulis berusaha memaparkan beberapa hal mengenai variabel dan hipotesa yang meliputi definisi, macam-macam, perumusan dan kegunaan masing-masing secara umum.


PEMBAHASAN
A. Variabel penelitian
1.   Definisi Variabel
Variabel berasal dari kata bahasa Inggris variable yang berarti faktor tak tetap atau berubah-ubah. Kemudian arti variable dalam bahasa Indonesia lebih tepat disebut bervariasi. Berarti variable sosial adalah fenomena social yang bervariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu standar dan sebagainya.[1]
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Pengertian lain dalam penelitian, bahwa variabel adalah suatu peubah penelitian yang dapat diukur atau sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep tertentu.
Pengukuran variabel adalah proses menentukan jumlah atau intensitas informasi mengenai orang, peristiwa, gagasan, dan atau obyek tertentu serta hubungannya dengan masalah atau peluang bisnis. Dengan kata lain, menggunakan proses pengukuran yaitu dengan menetapkan angka atau tabel terhadap karakteristik atau atribut dari suatu obyek, atau setiap jenis fenomena atau peristiwa yang menggunakan aturan-aturan tertentu yang menunjukkan jumlah dan atau kualitas dari faktor-faktor yang diteliti.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel penelitian adalah seseorang atau obyek yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal-hal tersebut.

2.  Macam-Macam Variabel
Dalam penelitian, setelah memperoleh pengertian tentang konsep dan definisi operasional variabel, langkah berikutnya adalah menentukan variabel yang memiliki hubungan antar variabel yang satu dengan variabel lain. Berikut adalah macam-macam variabel dan bisa dibedakan menjadi:
a.     Variabel Independen, yaitu: variable yang dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas atau peubah bebas yang juga sering disebut dengan variabel stimulus, atau predictor, atau variabel antecedent. Yaitu variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat atau tidak bebas), atau yang menyebabkan terjadinya variasi bagi peubah tak bebas (variabel dependen).
b.     Variabel Dependen, yaitu: dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai peubah tak bebas, variabel output, criteria, atau konsekuen. Variabel ini sering disebut sebagai peubah tak bebas, atau variabel terikat. Variable terikat atau peubah tak bebas ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable sebab atau peubah bebas.
c.      Variable Moderator, yaitu: peubah yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent. Variabel ini sering disebut juga sebagai peubah bebas kedua.  Bila suami istri mempunyai anak, maka anak dapat disebut sebagai variabel moderator, karena dapat memperkuat hubungan emosional antara suami dan istri.
d.     Variabel intervening adalah peubah yang secara teoritis mempengaruhi (memperlemah dan memperkuat) hubungan antara variabel independent (peubah bebas) dengan variable dependent (peubah terikat), akan tetapi tidak dapat diamati dan diukur secara matematis.
e.      Variabel kontrol adalah peubah yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independent (peubah bebas) terhadap variabel dependent (peubah tak bebas) tidak dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diamati si peneliti. Variabel kontrol ini sering digunakan dalam penelitian komparatif, yang bersifat melakukan perbandingan.[2]

3.  Contoh-contoh variabel Penelitian

1.    Variabel Independen dan Dependen
-         Kualitas pelayan Petugas kesehatan dan Kepuasan Masyarakat:
Kualitas Pelayanan = variabel independent (VI) dan Kepuasan Masyarakat = variabel dependen (VD)
-         Kenaikan harga BBM dan daya beli masyarakat : kenaikan harga BBM adalah variabel independen (VI) dan daya beli adalah variabel dependen (VD);
-         Kemampuan kerja dan produktivitas: Kemampuan kerja = VI dan Produktivitas = VD
-         Intensif dan motivasi : Intensif = VD dan motivasi kerja = VD, atau bisa sebaliknya, karena kedua variabel bisa berbentuk hubungan reciprocal / saling mempengaruhi/timbal balik.
Untuk dapat menentukan yang mana variabel independen, dan dependen atau variabel yang lain, harus dilihat konteksnya dengan dilandasi konsep teoritis maupun hasil dari pengamatan yang empiris. Untuk itu, sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti, perlu melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada obyek yang akan diteliti. Jangan sampai terjadi membuat rancangan penelitian dilakukan dibelakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di obyek studi pendahuluan.
Sering terjadi pada rumusan masalah penelitian, dimana setelah dirumuskan ternyata masalah itu tidak menjadi pada obyek penelitian. Setelah masalah dapat dipahami dengan jelas maka peneliti dapat menentukan variabel-varibel penelitiannya.

2.   Variabel Moderator
Secara teoritis kalau harga murah, maka akan banyak pembelinya tetapi sering terjadi penjualan dengan harga murah, tetapi tidak banyak pembelinya. Hal ini tentu ada variabel moderator yang mempengaruhi. Untuk hal ini variabel moderatornya yang dijual tidak berkualitas atau modelnya sudah usang.
Contoh lainnya adalah hubungan suami-istri akan menjadi semakin akrab bila mempunyai anak, dan akan semakin renggang bila ada pihak ke tiga. Anak adalah variabel moderator yang memperkuat hubungan, dan pihak ke tiga adalah yang memperlemah hubungan.





3.  Variabel Intervening
Seperti telah dikemukakan bahwa variabel Intervening adalah variabel yang memperlemah dan memperkuat hubungan antara variabel independen dan dependen, tetapi bersifat toeritis, sehingga tidak teramati dan tidak dapat diukur (kalau variabel moderatornya dapat diukur).
Sebagai contoh misalnya, ada dua pelaku bisnis dalam bidang yang sama, modalnya sama, tempat usahanya sama. Pelaku bisnis yang satu lebih sukses karena ia sering datang ke tempat-tempat keramat, misalnya ke Gunung Kawi. Datang ke Gunung Kawi ini adalah sebagai variabel intervening, karena aktivitasnya tidak dapat dijelaskan secara rasional dan tidak terukur. Contoh lain misalnya, gaji pegawai tinggi, pemimpin berperilaku baik, tetapi prestasi kerjanya rendah. Setelah diteliti ternyata pegawai tersebut sedang frustasi. Jadi, frustasi adalah sebagai Variable Intervening. Secara teoritis frustasi akan mempengaruhi prestasi pegawai, tetapi frustasi ini tidak dapat diukur.

4.   Variabel Control
Variabel ini ditetapkan oleh peneliti, jika peneliti ingin mengontrol supaya variabel diluar yang diteliti tidak mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan dependen, atau ingin melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.
Misalnya akan membandingkan penampilan kerja petugas pemasaran antara lulusan Sekolah Menengah Umum (SMU) dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Untuk bisa membandingkan penampilan kerja kedua lulusan sekolah itu maka peneliti harus menetapkan variabel controlnya. Dalam hal ini variabel controlnya adalah: Pekerjaan yang dikerjakan, alat untuk mengerjakan, pengalaman kerja, iklim kerja organisasi dimana pegawai tersebut harus sama. Tanpa ada variabel controlnya akan sulit ditemukan apakah perbedaan penampilan karyawan tersebut karena factor pendidikan (SMU-SMK) atau bukan.
Pada kenyataannya, gejala-gejala sosial itu meliputi berbagai macam variabel saling terkait secara simultan baik variabel independent, dependen, moderator dan intervening, sehingga peneliti yang baik akan mengamati semua variabel tersebut. Tetapi karena adanya keterbatasan dalam berbagai hal, maka peneliti sering hanya memfokuskan pada variabel penelitian saja, yaitu variabel independen dan dependen. Dalam penelitian kualitatif hubungan antara semua variabel tersebut akan diamati karena penelitian kualitatif berasumsi tidak dapat diklasifikasikan tetapi merupakan satu kesatuan (holistic).


B.  Hipotesa penelitian
1.   Definisi Hipotesis
Secara etimologi, hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti sebelum dan “thesis” berarti dalil atau hukum atau pendapat/kesimpulan.
Secara teminologi, ada beberapa pendapat dalam hal ini, seperti yang dikutip Soerjono Soekanto, diantaranya:
-         Mely G. Tan (1977): Rumusan yang menyatakan harapan adanya hubungan tertentu antara dua fakta atau lebih merupakan suatu hipotesa.
-         John F. Runcie (1976): Hypotheses = those testable guesses that lead to the tentative confirmation or rejection of theories.
-         James A. black dan Dean J. champion (1976): A hypothesis is a tentative statement liare tentative statements about things that the researcher wishes to support or refute.[3]
Sedang menurut Kartini, hipotesa itu berarti stelling, patokan, pendirian, dalil yang dianggap benar; juga berarti “onderstelling”, persangkaan, dugaan yang dianggap benar untuk sementara dan perlu dibuktikan kebenarannya. Jadi, hipotesa itu merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian, yang harus diuji kebenarannya dengan jalan research.[4]
Jadi hipotesis pada intinya adalah suatu dalil atau hukum yang dianggap belum menjadi dalil yang sesungguhnya, karenanya masih harus diuji dan dibuktikan melalui sebuah penelitian setelah itu. Dan untuk menjadi dalil atau hukum, maka harus ada bentuk kesinambungan maupun hubungan dari gejala (konsep/variable) yang tidak berubah pada situasi tertentu, dan kemudian tidak ada pengecualiaan dalam kebenarannya.
Hipotesis, secara sederhana merupakan dugaan sementara yang diharapkan terjadi dalam penelitian, hal ini bisa berangkat dari pertanyaan penelitian yang dinyatakan sebagai hipotesis. Contohnya:
-         Pertanyaan penelitian: Apakah ada perbedaan minat siswa terhadap pelajaran IPA antara siswa yang diajar oleh guru yang sama gendernya dan guru yang berbeda gendernya?
-         Hipotesis: Siswa yang belajar IPA dari guru yang sama gendernya akan lebih tinggi minatnya dibandingkan dengan siswa yang belajar IPA dari guru yang berbeda gendernya.

2.  Fungsi Hipotesa
Dalam pandangan Kartini Kartono, tanpa hipotesa, maka proses pengumpulan data itu merupakan usaha pencarian yang buta. Karena hipotesa itu memberikan pengarahan pada penyelidikan dan pemecahan masalah; dapat membatasi data informasi yang relevan dan mengeliminasi data lain yang tidak berkaitan dengan permasalahannya.[5]
Hal ini tidak jauh berbeda dari pendapat Pauline V. Young (1966), dimana fungsi suatu hipotesa adalah:
-         Memberikan suatu pengarahan yang definitif dan mantap bagi suatu penelitian.
-         Memberikan ruang lingkup yang tegas, dan merupakan suatu patokan untuk dapat memilih unsur-unsur yang relevan bagi penelitian.
-         Memberikan tujuan yang tegas bagi peneliti dalam melakukan penelitian.
-         Dapat mencegah pengumpulan data yang tidak ada hubungannya dengan tujuan serta hakekat penelitian yang akan dilaksanakan.[6]
Disini, secara terperinci Soejono memaparkan bahwa fungsi hipotesa adalah:
a.   Memberikan petunjuk dan pengarahan pada penelitian serta pemecahan masalah.
b.   Memberikan batasan pada data informasi yang relevan seperlunya saja dengan mengeliminasi data lain yang tidak berhubungan dengan inti permasalahan.
c.    Menyadarkan kita akan keterbatasan indera manusia dan alat-alat pengukur hasil ciptaan manusia dalam menanggapi permasalahan social yang rumit.
d.   Mengurangi kesalahan dalam usaha pengumpulan data.[7]

3.  Ciri-Ciri Hipotesa
Hipotesis yang baik, mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
a.   Hipotesis harus menyatakan hubungan,
b.   Hipotesis harus sesuai dengan fakta,
c.    Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dan tumbuh dengan ilmu pengetahuan,
d.   Hipotesis harus dapat diuji,
e.    Hipotesis harus sederhana,
f.     Hipotesis harus bisa menerangkan fakta.[8]

4.  Pembagian Hipotesa
Black dan Champion, seperti dikutip Soerjono, membedakan tipe utama hipotesis menjadi tiga, yaitu hipotesa penelitian (research hypotheses) atau hipotesa kerja, hipotesa nol (null hypotheses) dan hipotesa statistik (statistical hypotheses).[9]
Menurut Black dan Champion, hipotesa penelitian atau hipotesa kerja biasanya diambil dari teori yang dijadikan acuan si peneliti mengenai suatu gejala sosial tertentu, karenanya dia percaya bahwa hipotesanya benar, sebab diambil dari teori yang mantap, namun demikian, hipotesis ini masih bersifat tentatif dan masih harus diuji kebenarannya.
Sedangkan hipotesa nol merupakan sarana untuk menguji hipotesa kerja, dimana ia harus diuji atau dibuktikan secara empiris. Fungsinya adalah sebagai penyangkalan terhadap gejala tertentu, atau hubungan antara gejala-gejala tertentu. Hipotesa ini lebih sering digunakan karena lebih objektif antara teori probabilitas dan uji hipotesa penelitian, apakah benar atau salah. Karenanya, hipotesa ini pada umumnya digunakan dalam penelitian eksperimental.
Terakhir, hipotesa statistik adalah pernyataan-pernyataan mengenai populasi statistik yang atas dasar informasi yang diperoleh dari data penelitian, ingin dipertahankan atau dinyatakan tidak berlaku. Bermula dari objek-objek dalam hipotesa nol yang semula dipergunakan kemudian dikwantifikasikan sehingga menjadi hipotesa statistik  dan dapat dievaluasikan secara kwantitatif.
Sedangkan hipotesis dalam pandangan Suharsimi dapat dibagi menjadi dua macam saja,[10]yaitu:
a.   Hipotesis kerja, atau disebut dengan hipotesis alternative, disingkat Ha. Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan dua kelompok.
Rumusannya:
-         Jika……maka….
-         Ada perbedaan antara…..dan….
-         Ada pengaruh…….terhadap…..
b.   Hipotesis nol, atau disebut hipotesis statistik, disingkat Ho. Karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Rumusannya:
-         Tidak ada perbedaan antara ……..dengan…..
-         Tidak ada pengaruh……terhadap…..


5.  Perumusan dan Pengujian Hipotesis
Cara merumuskan hipotesis adalah dengan membuat kerangka teori terlebih dahulu, lalu kemudian mengeksplorasi hubungan-hubungan yang ada atau terjadi dalam permasalahan yang sedang diteliti. Sebab hipotesis dibentuk dengan suatu pernyataan tentang frekuensi kejadian atau dari hubungan antarvariabel-variabel, baik itu dalam bentuk pengaruh maupun korelasi lain. Disamping juga, hipotesa dapat dinyatakan dalam bentuk sebab-akibat atau hipotesa kausal.
Petunjuk dalam merumuskan hipotesis adalah seperti berikut:
-         Hipotesa harus dirumuskan secara jelas dan padat, serta spesifik,
-         Hipotesa sebaiknya dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan,
-         Hipotesa sebaiknya menyatakan hubungan antardua atau lebih variable yang dapat diukur,
-         Hipotesa hendaknya dapat diuji,
-         Hipotesa sebaiknya mempunyai kerangka teori[11]
Menguji hipotesa dapat dilakukan melalui dua hal, yaitu dengan konsistensi logis, baik itu deduktif maupun induktif, dan menguji hipotesa dengan mencocokkan dengan fakta, hal ini sering dilakukan pada penelitian dengan metode percobaan.


C. Penutup
Sebuah penelitian dengan variable yang konkret dapat bermanfaat untuk menentukan batasan ukuran sebuah objek yang akan diteliti, sehingga informasi dan data mengenai objek tersebut tidak akan sia-sia namun sangat membantu kelancaran proses penelitian. Termasuk juga dalam hal merumuskan hipotesa, sebab hipotesa akan membantu menentukan arah penelitian agar terfokus pada permasalahan yang sedang diteliti.
Untuk itu, perumusan hipotesis sangat penting, karena kebaikan dan keburukan hipotesis dalam perumusannya tergantung beberapa faktor, yaitu sampai sejauh mana hipotesis tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan, apakah hipotesis tersebut sesuai dengan teori darimana hipotesis tersebut berasal, dan sampai sejauh manakah hipotesis tersebut akan dapat memberikan informasi mengenai penelitian yang dilakukan.

 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Bogdan, R. &S. Taylor, Introduction to Qualitative Research Methods, New York: John Willey&Sons, 1975.
Bungin, Burhan, Metode Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga University Press, 2001.
Kartono, Kartini, Pengantar Methodology Research Social, Bandung: Penerbit Alumni,1976.
Nizar, Mohammad, Metode penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia,1985.
Soekamto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia, 1986.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010.
www.suhartoumm.wordpress.com



[1] Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial (Surabaya: Airlangga University Press, 2001),76.
[2]Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), 61-64. Lihat juga www.suhartoumm.wordpress.com
[3] Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:Universitas Indonesia, 1986), hal.148
[4] Kartini Kartono, Pengantar Methodology Research Social, (Bandung:Penerbit Alumni,1976), 120.
[5] Kartini, Pengantar Methodology……., 121
[6] R. Bogdan &S. Taylor, Introduction to Qualitative Research Methods, (New York:John Willey&Sons, 1975), 80.
[7] Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum……, 149.
[8] Mohammad Nizar, Metode penelitian, (Jakarta:Ghalia Indonesia,1985), 183
[9] Soerjono, Pengantar Penelitian ……, hal.150-152
[10] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 73-74.
[11] Nazir, Metode penelitian….., 190-191.

No comments:

Post a Comment

MAKALAH VARIABEL DAN HIPOTESA PENELITIAN

VARIABEL DAN HIPOTESA PENELITIAN PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan pada hakekatnya muncul karena adanya rasa ingin tahu yang tinggi d...