VARIABEL
DAN HIPOTESA PENELITIAN
PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan pada hakekatnya muncul karena
adanya rasa ingin tahu yang tinggi dalam diri manusia. Kegiatan manusia dalam
hal ini ditempuh dengan pelbagai macam cara dan usaha, baik yang ilmiah maupun
tidak ilmiah. Maka dengan adanya kemajuan dan perkembangan zaman yang semakin
pesat, usaha penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan ini dilalui dengan
menghimpun dan menemukan hubungan-hubungan yang ada antara fakta yang diamati
secara seksama, hal ini yang kemudian menjadi titik awal sebuah penelitian.
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah, usaha untuk
menganalisa serta mengadakan konstruksi, secara metodologis, sistematis dan
konsisten. Kegiatan ini tidak lepas dari format, metode dan kerangka yang harus
disajikan secara sistematis, diantaranya adalah variabel dan hipotesa. Variabel
merupakan konsep yang sangat penting, dimana peneliti harus mengukur nilai
sesuatu untuk menghubungkan konsep yang abstrak dengan realita, agar dapat merumuskan
dan menguji hipotesa tanpa ada kesulitan.
Sedangkan hipotesa, sangat membantu si peneliti
dalam menentukan arah setiap tindakannya selama proses penelitian, sebab dengan
perumusan hipotesa yang benar maka tujuan penelitian pun akan jelas. Disamping
itu, variable dan hipotesa yang benar akan membantu peneliti dalam pengumpulan
data yang jelas, relevan dan akurat. Sehingga proses penelitian akan lebih
efektif dan efisien jika didukung oleh variable dan hipotesa yang terkonsep
dengan benar.
Untuk itu, disini penulis berusaha memaparkan
beberapa hal mengenai variabel dan hipotesa yang meliputi definisi, macam-macam,
perumusan dan kegunaan masing-masing secara umum.
PEMBAHASAN
A. Variabel
penelitian
1.
Definisi Variabel
Variabel berasal dari kata bahasa
Inggris variable yang berarti faktor tak tetap atau berubah-ubah.
Kemudian arti variable dalam bahasa Indonesia lebih tepat disebut
bervariasi. Berarti variable sosial adalah fenomena social yang bervariasi
dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu standar dan sebagainya.[1]
Variabel mengandung pengertian
ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda
dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Pengertian lain dalam penelitian,
bahwa variabel adalah suatu peubah penelitian yang dapat diukur atau sesuatu yang
digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh
satuan penelitian tentang sesuatu konsep tertentu.
Pengukuran variabel adalah proses
menentukan jumlah atau intensitas informasi mengenai orang, peristiwa, gagasan,
dan atau obyek tertentu serta hubungannya dengan masalah atau peluang bisnis. Dengan
kata lain, menggunakan proses pengukuran yaitu dengan menetapkan angka atau
tabel terhadap karakteristik atau atribut dari suatu obyek, atau setiap jenis
fenomena atau peristiwa yang menggunakan aturan-aturan tertentu yang
menunjukkan jumlah dan atau kualitas dari faktor-faktor yang diteliti.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa variabel penelitian adalah seseorang atau obyek yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal-hal tersebut.
2. Macam-Macam
Variabel
Dalam
penelitian, setelah memperoleh pengertian tentang konsep dan definisi
operasional variabel, langkah berikutnya adalah menentukan variabel yang
memiliki hubungan antar variabel yang satu dengan variabel lain. Berikut
adalah macam-macam variabel dan bisa dibedakan menjadi:
a. Variabel
Independen, yaitu: variable yang dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel
bebas atau peubah bebas yang juga sering disebut dengan variabel stimulus,
atau predictor, atau variabel antecedent. Yaitu variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat atau tidak
bebas), atau yang menyebabkan terjadinya variasi bagi peubah tak bebas (variabel
dependen).
b. Variabel
Dependen, yaitu: dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai peubah tak
bebas, variabel output, criteria, atau konsekuen. Variabel ini sering disebut
sebagai peubah tak bebas, atau variabel terikat. Variable terikat atau
peubah tak bebas ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variable sebab atau peubah bebas.
c. Variable
Moderator, yaitu: peubah yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah)
hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent. Variabel ini
sering disebut juga sebagai peubah bebas kedua. Bila suami istri
mempunyai anak, maka anak dapat disebut sebagai variabel moderator, karena
dapat memperkuat hubungan emosional antara suami dan istri.
d. Variabel
intervening adalah peubah yang secara teoritis mempengaruhi (memperlemah dan
memperkuat) hubungan antara variabel independent (peubah bebas) dengan variable
dependent (peubah terikat), akan tetapi tidak dapat diamati dan diukur secara
matematis.
e. Variabel
kontrol adalah peubah yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh
variabel independent (peubah bebas) terhadap variabel dependent (peubah tak
bebas) tidak dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diamati si peneliti.
Variabel kontrol ini sering digunakan dalam penelitian komparatif, yang
bersifat melakukan perbandingan.[2]
3. Contoh-contoh
variabel Penelitian
1.
Variabel Independen
dan Dependen
-
Kualitas pelayan
Petugas kesehatan dan Kepuasan Masyarakat:
Kualitas Pelayanan = variabel independent (VI) dan Kepuasan
Masyarakat = variabel dependen (VD)
-
Kenaikan harga BBM dan
daya beli masyarakat : kenaikan harga BBM adalah variabel independen (VI) dan
daya beli adalah variabel dependen (VD);
-
Kemampuan kerja dan
produktivitas: Kemampuan kerja = VI dan Produktivitas = VD
-
Intensif dan motivasi
: Intensif = VD dan motivasi kerja = VD, atau bisa sebaliknya, karena kedua
variabel bisa berbentuk hubungan reciprocal / saling mempengaruhi/timbal balik.
Untuk dapat menentukan yang mana
variabel independen, dan dependen atau variabel yang lain, harus dilihat
konteksnya dengan dilandasi konsep teoritis maupun hasil dari pengamatan yang
empiris. Untuk itu, sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti,
perlu melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada obyek yang akan
diteliti. Jangan sampai terjadi membuat rancangan penelitian dilakukan
dibelakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di
obyek studi pendahuluan.
Sering terjadi pada rumusan
masalah penelitian, dimana setelah dirumuskan ternyata masalah itu tidak
menjadi pada obyek penelitian. Setelah masalah dapat dipahami dengan jelas maka
peneliti dapat menentukan variabel-varibel penelitiannya.
2.
Variabel
Moderator
Secara teoritis kalau harga murah,
maka akan banyak pembelinya tetapi sering terjadi penjualan dengan harga murah,
tetapi tidak banyak pembelinya. Hal ini tentu ada variabel moderator yang
mempengaruhi. Untuk hal ini variabel moderatornya yang dijual tidak berkualitas
atau modelnya sudah usang.
Contoh lainnya adalah hubungan
suami-istri akan menjadi semakin akrab bila mempunyai anak, dan akan semakin
renggang bila ada pihak ke tiga. Anak adalah variabel moderator yang memperkuat
hubungan, dan pihak ke tiga adalah yang memperlemah hubungan.
3. Variabel
Intervening
Seperti telah dikemukakan bahwa
variabel Intervening adalah variabel yang memperlemah dan memperkuat hubungan
antara variabel independen dan dependen, tetapi bersifat toeritis, sehingga
tidak teramati dan tidak dapat diukur (kalau variabel moderatornya dapat
diukur).
Sebagai contoh misalnya, ada dua
pelaku bisnis dalam bidang yang sama, modalnya sama, tempat usahanya sama.
Pelaku bisnis yang satu lebih sukses karena ia sering datang ke tempat-tempat
keramat, misalnya ke Gunung Kawi. Datang ke Gunung Kawi ini adalah sebagai
variabel intervening, karena aktivitasnya tidak dapat dijelaskan secara
rasional dan tidak terukur. Contoh lain misalnya, gaji pegawai tinggi, pemimpin
berperilaku baik, tetapi prestasi kerjanya rendah. Setelah diteliti ternyata
pegawai tersebut sedang frustasi. Jadi, frustasi adalah sebagai Variable
Intervening. Secara teoritis frustasi akan mempengaruhi prestasi pegawai,
tetapi frustasi ini tidak dapat diukur.
4.
Variabel
Control
Variabel ini ditetapkan oleh
peneliti, jika peneliti ingin mengontrol supaya variabel diluar yang diteliti
tidak mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan dependen, atau ingin
melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.
Misalnya akan membandingkan
penampilan kerja petugas pemasaran antara lulusan Sekolah Menengah Umum (SMU) dengan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Untuk bisa membandingkan penampilan kerja
kedua lulusan sekolah itu maka peneliti harus menetapkan variabel controlnya.
Dalam hal ini variabel controlnya adalah: Pekerjaan yang dikerjakan, alat untuk
mengerjakan, pengalaman kerja, iklim kerja organisasi dimana pegawai tersebut
harus sama. Tanpa ada variabel controlnya akan sulit ditemukan apakah perbedaan
penampilan karyawan tersebut karena factor pendidikan (SMU-SMK) atau bukan.
Pada kenyataannya, gejala-gejala
sosial itu meliputi berbagai macam variabel saling terkait secara simultan baik
variabel independent, dependen, moderator dan intervening, sehingga peneliti
yang baik akan mengamati semua variabel tersebut. Tetapi karena adanya
keterbatasan dalam berbagai hal, maka peneliti sering hanya memfokuskan pada
variabel penelitian saja, yaitu variabel independen dan dependen. Dalam
penelitian kualitatif hubungan antara semua variabel tersebut akan diamati
karena penelitian kualitatif berasumsi tidak dapat diklasifikasikan tetapi
merupakan satu kesatuan (holistic).
B. Hipotesa
penelitian
1.
Definisi Hipotesis
Secara etimologi, hipotesis
berasal dari kata “hypo” yang berarti sebelum dan “thesis” berarti
dalil atau hukum atau pendapat/kesimpulan.
Secara teminologi, ada beberapa pendapat
dalam hal ini, seperti yang dikutip Soerjono Soekanto, diantaranya:
-
Mely G. Tan (1977): Rumusan
yang menyatakan harapan adanya hubungan tertentu antara dua fakta atau lebih
merupakan suatu hipotesa.
-
John F. Runcie (1976):
Hypotheses = those testable guesses that lead to the tentative confirmation or
rejection of theories.
-
James A. black dan
Dean J. champion (1976): A hypothesis is a tentative statement liare tentative
statements about things that the researcher wishes to support or refute.[3]
Sedang menurut Kartini, hipotesa
itu berarti stelling, patokan, pendirian, dalil yang dianggap benar; juga
berarti “onderstelling”, persangkaan, dugaan yang dianggap benar untuk
sementara dan perlu dibuktikan kebenarannya. Jadi, hipotesa itu merupakan
jawaban sementara dari suatu penelitian, yang harus diuji kebenarannya dengan
jalan research.[4]
Jadi hipotesis pada intinya adalah
suatu dalil atau hukum yang dianggap belum menjadi dalil yang sesungguhnya,
karenanya masih harus diuji dan dibuktikan melalui sebuah penelitian setelah
itu. Dan untuk menjadi dalil atau hukum, maka harus ada bentuk kesinambungan
maupun hubungan dari gejala (konsep/variable) yang tidak berubah pada situasi tertentu,
dan kemudian tidak ada pengecualiaan dalam kebenarannya.
Hipotesis, secara sederhana
merupakan dugaan sementara yang diharapkan terjadi dalam penelitian, hal ini
bisa berangkat dari pertanyaan penelitian yang dinyatakan sebagai hipotesis. Contohnya:
-
Pertanyaan penelitian:
Apakah ada perbedaan minat siswa terhadap pelajaran IPA antara siswa yang
diajar oleh guru yang sama gendernya dan guru yang berbeda gendernya?
-
Hipotesis: Siswa yang
belajar IPA dari guru yang sama gendernya akan lebih tinggi minatnya
dibandingkan dengan siswa yang belajar IPA dari guru yang berbeda gendernya.
2. Fungsi
Hipotesa
Dalam pandangan Kartini Kartono,
tanpa hipotesa, maka proses pengumpulan data itu merupakan usaha pencarian yang
buta. Karena hipotesa itu memberikan pengarahan pada penyelidikan dan pemecahan
masalah; dapat membatasi data informasi yang relevan dan mengeliminasi data
lain yang tidak berkaitan dengan permasalahannya.[5]
Hal ini tidak jauh berbeda dari
pendapat Pauline V. Young (1966), dimana fungsi suatu hipotesa adalah:
-
Memberikan suatu
pengarahan yang definitif dan mantap bagi suatu penelitian.
-
Memberikan ruang
lingkup yang tegas, dan merupakan suatu patokan untuk dapat memilih unsur-unsur
yang relevan bagi penelitian.
-
Memberikan tujuan yang
tegas bagi peneliti dalam melakukan penelitian.
-
Dapat mencegah
pengumpulan data yang tidak ada hubungannya dengan tujuan serta hakekat
penelitian yang akan dilaksanakan.[6]
Disini, secara terperinci Soejono
memaparkan bahwa fungsi hipotesa adalah:
a.
Memberikan petunjuk
dan pengarahan pada penelitian serta pemecahan masalah.
b.
Memberikan batasan
pada data informasi yang relevan seperlunya saja dengan mengeliminasi data lain
yang tidak berhubungan dengan inti permasalahan.
c.
Menyadarkan kita akan
keterbatasan indera manusia dan alat-alat pengukur hasil ciptaan manusia dalam
menanggapi permasalahan social yang rumit.
d.
Mengurangi kesalahan
dalam usaha pengumpulan data.[7]
3. Ciri-Ciri
Hipotesa
Hipotesis yang baik, mempunyai
cirri-ciri sebagai berikut:
a.
Hipotesis harus
menyatakan hubungan,
b.
Hipotesis harus sesuai
dengan fakta,
c.
Hipotesis harus
berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dan tumbuh dengan ilmu pengetahuan,
d.
Hipotesis harus dapat
diuji,
e.
Hipotesis harus
sederhana,
f.
Hipotesis harus bisa
menerangkan fakta.[8]
4. Pembagian
Hipotesa
Black dan Champion, seperti
dikutip Soerjono, membedakan tipe utama hipotesis menjadi tiga, yaitu hipotesa
penelitian (research hypotheses) atau hipotesa kerja, hipotesa nol (null
hypotheses) dan hipotesa statistik (statistical hypotheses).[9]
Menurut Black dan Champion, hipotesa
penelitian atau hipotesa kerja biasanya diambil dari teori yang dijadikan acuan
si peneliti mengenai suatu gejala sosial tertentu, karenanya dia percaya bahwa
hipotesanya benar, sebab diambil dari teori yang mantap, namun demikian, hipotesis
ini masih bersifat tentatif dan masih harus diuji kebenarannya.
Sedangkan hipotesa nol merupakan
sarana untuk menguji hipotesa kerja, dimana ia harus diuji atau dibuktikan
secara empiris. Fungsinya adalah sebagai penyangkalan terhadap gejala tertentu,
atau hubungan antara gejala-gejala tertentu. Hipotesa ini lebih sering
digunakan karena lebih objektif antara teori probabilitas dan uji hipotesa
penelitian, apakah benar atau salah. Karenanya, hipotesa ini pada umumnya
digunakan dalam penelitian eksperimental.
Terakhir, hipotesa statistik
adalah pernyataan-pernyataan mengenai populasi statistik yang atas dasar
informasi yang diperoleh dari data penelitian, ingin dipertahankan atau
dinyatakan tidak berlaku. Bermula dari objek-objek dalam hipotesa nol yang
semula dipergunakan kemudian dikwantifikasikan sehingga menjadi hipotesa
statistik dan dapat dievaluasikan secara
kwantitatif.
Sedangkan hipotesis dalam
pandangan Suharsimi dapat dibagi menjadi dua macam saja,[10]yaitu:
a.
Hipotesis kerja, atau
disebut dengan hipotesis alternative, disingkat Ha. Hipotesis kerja menyatakan
adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan dua kelompok.
Rumusannya:
-
Jika……maka….
-
Ada perbedaan
antara…..dan….
-
Ada
pengaruh…….terhadap…..
b.
Hipotesis nol, atau
disebut hipotesis statistik, disingkat Ho. Karena biasanya dipakai dalam
penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik.
Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak
adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Rumusannya:
-
Tidak ada perbedaan
antara ……..dengan…..
-
Tidak ada
pengaruh……terhadap…..
5. Perumusan
dan Pengujian Hipotesis
Cara merumuskan hipotesis adalah
dengan membuat kerangka teori terlebih dahulu, lalu kemudian mengeksplorasi
hubungan-hubungan yang ada atau terjadi dalam permasalahan yang sedang
diteliti. Sebab hipotesis dibentuk dengan suatu pernyataan tentang frekuensi
kejadian atau dari hubungan antarvariabel-variabel, baik itu dalam bentuk
pengaruh maupun korelasi lain. Disamping juga, hipotesa dapat dinyatakan dalam
bentuk sebab-akibat atau hipotesa kausal.
Petunjuk dalam merumuskan hipotesis
adalah seperti berikut:
-
Hipotesa harus
dirumuskan secara jelas dan padat, serta spesifik,
-
Hipotesa sebaiknya
dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan,
-
Hipotesa sebaiknya
menyatakan hubungan antardua atau lebih variable yang dapat diukur,
-
Hipotesa hendaknya
dapat diuji,
-
Hipotesa sebaiknya
mempunyai kerangka teori[11]
Menguji hipotesa dapat dilakukan
melalui dua hal, yaitu dengan konsistensi logis, baik itu deduktif maupun
induktif, dan menguji hipotesa dengan mencocokkan dengan fakta, hal ini sering
dilakukan pada penelitian dengan metode percobaan.
C. Penutup
Sebuah penelitian dengan variable yang
konkret dapat bermanfaat untuk menentukan batasan ukuran sebuah objek yang akan
diteliti, sehingga informasi dan data mengenai objek tersebut tidak akan
sia-sia namun sangat membantu kelancaran proses penelitian. Termasuk juga dalam
hal merumuskan hipotesa, sebab hipotesa akan membantu menentukan arah
penelitian agar terfokus pada permasalahan yang sedang diteliti.
Untuk itu, perumusan hipotesis
sangat penting, karena kebaikan dan keburukan hipotesis dalam perumusannya
tergantung beberapa faktor, yaitu sampai sejauh mana hipotesis tersebut sesuai
dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan, apakah hipotesis tersebut sesuai
dengan teori darimana hipotesis tersebut berasal, dan sampai sejauh manakah
hipotesis tersebut akan dapat memberikan informasi mengenai penelitian yang
dilakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Bogdan, R. &S.
Taylor, Introduction to Qualitative Research Methods, New York: John
Willey&Sons, 1975.
Bungin, Burhan, Metode
Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga University Press, 2001.
Kartono, Kartini, Pengantar
Methodology Research Social, Bandung: Penerbit Alumni,1976.
Nizar, Mohammad, Metode penelitian, Jakarta:
Ghalia Indonesia,1985.
Soekamto, Soerjono, Pengantar
Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia, 1986.
Sugiyono, Metode
Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010.
www.suhartoumm.wordpress.com
[1] Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial (Surabaya :
Airlangga University Press, 2001),76.
[2]Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung : Alfabeta, 2010), 61-64. Lihat juga www.suhartoumm.wordpress.com
[3] Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum,
(Jakarta:Universitas Indonesia, 1986), hal.148
[4] Kartini Kartono, Pengantar Methodology Research Social,
(Bandung:Penerbit Alumni,1976), 120.
[5] Kartini, Pengantar Methodology……., 121
[6] R. Bogdan &S. Taylor , Introduction
to Qualitative Research Methods, (New York:John Willey&Sons, 1975), 80.
[7] Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum……, 149.
[8] Mohammad Nizar, Metode penelitian, (Jakarta:Ghalia Indonesia,1985),
183
[9] Soerjono, Pengantar Penelitian ……, hal.150-152
[10] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis
(Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 73-74.
[11] Nazir, Metode penelitian….., 190-191.
No comments:
Post a Comment