Tuesday, October 17, 2017

MAKALAH BAHASA ARAB SEBAGAI SIMBOL KEOTENTIKAN KITAB SUCI AL-QURAN

BAHASA ARAB SEBAGAI SIMBOL KEOTENTIKAN
KITAB SUCI AL-QURAN

A.  Pendahuluan
Al-Qur’an adalah sentral ajaran bagi umat Islam. Al-Qur’an tidak hanya menjelaskan satu pokok masalah (akidah), tetapi menyangkut seluruh aspek kehidupan umat manusia, baik kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Al-Qur’an bagi kaum muslimin adalah verbum dei (kalamullah)[1] yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad, Nabi yang ummi[2] melalui perantara Jibril selama kurang lebih dua puluh tiga tahun lamanya.
Al-Qur’an bukan hanya menjadi seperangkat kitab yang memberikan garis aturan, tetapi juga menjadi kunci setiap problem kehidupan bagi umat manusia, karena al-Qur’an adalah hudan (petunjuk) bagi umat manusia. Tidak ada kitab maha lengkap dibandingkan al-Qur’an, yaitu sebuah kitab yang memiliki keluarbiasaan yang sangat dahsyat. Segala keistimewaan al-Qur’an tersebut, membuktikan keotentikannya sebagai firman Tuhan, sebagaimana di sebutkan dalam al-Qur’an sendiri : Qs. Hud : 1. Allah berfirman :
الر كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آَيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ
Artinya : Alif laam raa, (inilah) suatu Kitab yang ayat-ayat-Nya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu[3]
Al-Qur’an bukan hanya sekedar serangkaian huruf, tetapi memiliki makna yang tersirat didalamnya. Al-Qur’an memiliki kandungan nilai-nilai universal yang serba lengkap, baik nilai-nilai religiusitas maupun sosial untuk memenuhi kehidupan umat manusia. Umat manusia sendiri memiliki taraf pemikiran dan kemampuan akal yang berbeda, maka al-Qur’an merupakan petunjuk yang diarahkan ke hati, agar terbuka dalam menerima nasihat, dan ada yang diarahkan ke akal, agar merenungkan pembahasan logis dan batil, dan lain sebagainya.
Ajaran universal yang terkandung dalam al-Qur’an tersebut membuktikan keabsahan al-Qur’an sebagai mu’jizat terbesar dalam sejarah kemukjizatan para Nabi dan para Rasul. Salah satu aspek kehebatan al-Qur’an adalah kandungan nilai-nilai kehidupan yang selalu relevan dengan setiap perkembangan zaman. Al-Qur’an selalu mampu mengimbangi bahasa zaman serta mampu memberikan jawaban-jawaban logis atas problem hidup umat manusia. Inilah salah satu fungsi hudan yang dimiliki oleh al-Qur’an.
Dalam kesempatan ini, penulis mencoba untuk menguraikan gambaran bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an untuk membuktikan keotentikannya sebagai kitab universal sepanjang masa. Setelah melalui beberapa penelitian oleh para ulama Islam dan cendikiawan muslim, bahasa Arab terbukti adalah pilihan Allah yang paling tepat dalam menyampaikan dan menjaga ajaran Islam kepada umat manusia melalui al-Qur’an.


B.   Bahasa Arab Sebagai Definisi Al-Qur’an
Quraish Shihab dalam bukunya berjudul Mu’jizat al-Qur’an menguraikan bahwa Al-Qur’an diturunkan di negeri Arab tidak lepas dari pertimbangan logis, salah satunya adalah faktor geografis dan segala polemik yang terjadi didalamnya. Wilayah Arab menjadi tempat paling strategis yang dipilih Allah untuk penurunan al-Qur’an, sebab kondisi sosial dan moral – pada saat itu – sangat rusak dan membutuhkan perhatian khusus al-Qur’an, sehingga diharapkan al-Qur’an akan menyebar dari wilayah tersebut.
Bagi Shihab, Timur Tengah merupakan jalur penghubung antara Timur dan Barat. Maka wajarlah jika kawasan ini menjadi tempat menyampaikan pesan ilahi yang terakhir dan yang ditujukan kepada seluruh manusia di seluruh penjuru dunia. [4]
Salah satu media penyebaran al-Qur’an adalah dengan menguasai bahasa, karena bahasa merupakan corong utama penyebaran al-Qur’an. Apalagi, bahasa adalah bagian dari sebuah peradaban, maka mengusai sebuah peradaban secara otomatis harus menguasai bahasa yang menjadi corong utama peradaban itu sendiri. Ajaran al-Qur’an akan dapat dikenal apabila umat Islam mampu menawarkan berbagai gagasan dan nilai-nilai al-Qur’an dengan memanfaatkan media bahasa umat manusia, karena bahasa pada dasarnya adalah kekuataan vital dalam penyebaran ajaran al-Qur’an. Untuk itu, Allah memilih bahasa Arab, seperti yang termaktub dalam surat Asy-Syu’aara ayat 195 :
بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ
Dengan bahasa Arab yang jelas.
Ibnu hasnun dalam bukunya berjudul al-Lughaat fi al-Qur’an menerangkan bahwa Ibnu Abbas mentafsirkan ayat bilisanin ‘arabiyyin dengan bahasa orang Quraisy, sebab mereka tidak memahami bahasa selain bahasa Arab. Ibnu Abbas berpendapat bahwa tidak ada bahasa yang seluas dan seuniversal bahasa Arab, meski bahasa Arab memiliki kemiripan teks dengan bahasa lain, namun secara essensi bahasa Arab tidak bercampur aduk dengan bahasa lain. Hal ini dikarenakan al-Qur’an diturunkan dengan konteks dan makna kata yang berbeda dari bahasa lain.[5]
Dan masih banyak ayat-ayat yang menjelaskan bahwa al-Qur’an diturunkan Allah dalam bahasa Arab dan tidak dengan bahasa lain.[6] Dan hingga detik ini, bahasa Al-Qur’an tidak berubah sedikitpun, berbeda dengan kitab-kitab agama lain seperti Bibel dan Perjanjian Lama yang telah mengalami distorsi.
C. Sejarah Bahasa Arab Sejak Dahulu Hingga Turunnya al-Qur’an
Bahasa Arab adalah sebuah bahasa Semitik yang muncul dari daerah yang sekarang termasuk wilayah Arab Saudi. Bahasa ini adalah sebuah bahasa yang terbesar dari segi jumlah penutur dalam keluarga bahasa Semitik. Bahasa ini berkerabat dekat dengan bahasa Ibrani, Aramaik (aremea), Suryani, Kaldea, dan Babylonia. Bahasa Arab Modern berasal dari Bahasa Arab Klasik yang telah menjadi bahasa kesusasteraan dan bahasa liturgi Islam sejak lebih kurang abad ke-6. Kata-kata bahasa Arab pada umumnya mempunyai dasar tiga huruf mati yang dapat dibentuk dengan berbagai bentuk.[7]
Bahasa Arab telah memberi banyak kosakata kepada bahasa lain dari dunia Islam, sama seperti peranan Latin kepada kebanyakan bahasa Eropa. Semasa Abad Pertengahan bahasa Arab juga merupakan alat utama budaya, terutamanya dalam sains, matematika dan filsafat, yang menyebabkan banyak bahasa Eropa turut meminjam banyak kosakata dari bahasa Arab.[8]
Sehingga bahasa Arab telah dipergunakan di jazirah Arabia untuk kurun waktu sedikitnya 2000 tahun. Bahasa Arab Klasik adalah bahasa formal yang dipergunakan di kawasan Hejaz sekitar 1500 tahun yang lalu. Catatan tertulis yang berkaitan dengan penggunaan bahasa Arab klasik sampai saat ini masih terdapat, termasuk di dalamnya syair-syair Arab yang amat terkenal pada masa pra Islam (600 AD).[9]
Al-Qur’a>n diturunkan di Jazirah Arab khususnya masyarakat Mekkah, dimana pada saat itu Mekkah merupakan kota yang memiliki peradaban kapitalis khususnya yang berhubungan dengan milieu dunia perniagaan. Untuk itu, beberapa istilah-istilah perniagaan bisa didapatkan dalam al-Qur’a>n.[10] Kebiasaan yang dilakukan masyarakat adalah berdagang, dimana mereka berinteraksi dengan para saudagar yang berasal dari berbagai daerah, termasuk turki, Persia, dan lain sebagainya, sehingga bahasa arab yang menjadi bahasa ibu mereka sedikit dipengaruhi oleh bahasa-bahasa para saudagar yang datang dari berbagai daerah.
Peradaban bahasa terutama kesusasteraan Arab berkembang sangat pesat. penguasaan bahasa Arab dan penyampaiannya dalam bentuk tulisan dan percakapan akan selalu mengundang penghormatan dan rasa kagum. Setiap kabilah memiliki ciri khas tersendiri di dalam intonasi berbahasa. Sehingga Alla>h tentunya memformat setiap kalam-Nya sebagai respon kehidupan mereka dengan bahasa yang tentunya lebih fasi>h dan dapat dipahami oleh mereka sehingga struktur kebahasaan yang dimiliki al-Qur’a>n dapat membuktikan kemu’jizatannya[11], dengan diturunkan secara berangsur-angsur dalam bentuk satu surat dan satu ayat, sebagaimana difirmankan oleh Alla>h di dalam al-Qur’a>n:
$¯RÎ) çm»oYø9tRr& $ºRºuäöè% $wŠÎ/ttã öNä3¯=yè©9 šcqè=É)÷ès?
Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.[12]
وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآَنًا أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلَا فُصِّلَتْ آَيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ
Dan jika Kami jadikan Al Qur'an itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?". Apakah (patut Al Qur'an) dalam bahasa asing, sedang (rasul adalah orang) Arab? [13]
Ayat di atas menunjukkan akan struktur bahasa Al-Qur’an yang diturunkan oleh Alla>h kepada nabi Muhammad Saw, yaitu bahasa Quraisy. Karena al-Qur’a>n diturunkan oleh Alla>h sebagai wahyu bagi Nabi Muhammad Saw, maka ia diturunkan dengan tata bahasa yang sangat sempurna, sebagai respon agar bisa dipahami dan mudah dihafalkan oleh masyarakat Arab pada khususnya yang memiliki keragaman di dalam intonasi pengucapan dalam komunikasi interaktifnya.
Sejak saat itu, penyebaran sastra arab sangat erat kaitannya dengan bersinarnya Islam secara luas ke berbagai belahan dunia terutama pada abad ke 7 hijriah, hal ini dikarenakan ia adalah bahasa Al-Qur’an yang mulia. Bahasa yang indah ini menyebar ke berbagai penjuru timur dan barat, sehingga sebagian besar peradaban dunia pada masa itu sangat terwarnai oleh peradaban Islam. Mereka yang berperan mengembangkan sastra arab pada masa kejayaan Islam berasal dari berbagai suku bangsa, diantara mereka berasal dari Jazirah Arab, Mesir, Romawi, Armenia, Barbar, Andalusia dan sebagainya, walau berbeda bangsa namun mereka semua bersatu diatas Islam dan Bahasa Arab, mereka berbicara dan menulis karya sastra serta berbagai kajian keilmuan lainnya dengan Bahasa Arab .

D.  Perbandingan Bahasa Arab dengan Bahasa Kitab kitab Taurat dan Injil (Bible)
Adnin Armas dalam artikelnya mengutip pernyataan Arthur Jeffery, seorang orientalis barat, pengkaji sejarah al-Qur’an secara kritis, yang mengklaim bahwa al-Qur’an terpengaruh berbagai bahasa asing seperti Ethipia, Aramaik, Ibrani, Syriak, Yunani kuno, Persia dan bahasa lainnya. Jadi, kosa kata yang ada di dalam al-Qur’an mengambil istilah-istilah dari Yahudi, Kristen, dan budaya lain.[14]
Pendekatan filologis terhadap al-Qur’an seperti ini juga dilakukan oleh orientalis lain, sebab mereka menganggap bahwa tidak ada yang baru dalam al-Qur’an. Asumsi mereka sangat keliru, karena kosa kata suatu bahasa itu bisa saja sama, namun konsepnya berbeda. Islam datang membawa makna baru yang justru mengkritik ajaran Yahudi dan Kristen yang telah terdistorsi. Islam yang menyempurnakan kekurangan dan kesalahan yang ada dalam agama tersebut.
Salah satu contohnya adalah tentang kematian Nabi Isa as di tiang salib, kaum muslimin sepakat bahwa Nabi Isa tidak mati disalib, sedangkan di kalangan Kristen terdapat perbedaan pendapat mengenai kematian Yesus di tiang salib. Ini menunjukkan kaum Muslimin tidak ada yang ragu dengan kesepakatan tersebut. Jadi, keyakinan kaum Muslimin jauh lebih kukuh. Berbeda dengan kalangan Kristiani yang telah, sedang, akan dan terus mengalami berbagai ketidaksepakatan, sekalipun dalam prinsip-prinsip yang sangat mendasar, apalagi mengenai status kitab Bibel, yang telah lama diragukan keasliannya dari kalangan Kristen sendiri.[15]
E.   Bukti Bahwa al-Qur’an Bersifat Universal
Penggunaan bahasa Arab dalam al-Qur’an sudah direncanakan Allah dengan berbagai hikmah yang bisa dikaji secara ilmiah. Namun muncul asumsi bahwa bahasa al-Qur’an merupakan bahasa yang tidak universal, karena al-Qur’an diturunkan di wilayah Arab yang berbahasa Arab, sehingga untuk kemudahan dalam proses komunikasi dan pemahaman makna dalam al-Qur’an diperlukan bahasa yang dipahami oleh Rasulullah sebagai penyampai wahyu kepada masyarakat Arab.
Secara historis, dapat dilihat bahwa bahasa yang berasal dari rumpun Semit yang masih bertahan sampai saat ini adalah bahasa Arab. Bahkan Bible (Old Testament) yang diklaim bahasa aslinya Ibrani (Hebrew) telah musnah, sehingga tidak ada naskah asli dari Perjanjian Lama. Meskipun begitu, menurut Isra’il Wilfinson, dalam bukunya Tarikh al-Lughat al-Samiyyah (History of Semitic Language), seperti dikutip Prof. Al-A’zami, mengatakan bahwa ternyata bahasa asli Perjanjian Lama itu tidak disebut Ibrani.[16]
Sedangkan Gospel, Injil yang diklaim berbahasa asli Yunani juga telah hilang, sehingga tidak ada naskah asli dari Injil. Bahkan, ini bertentangan dengan bahasa Yesus yang sama sekali tidak paham bahasa Yunani. Bukankah ini mencederai sakralitas Injil yang diklaim sebagai “firman Tuhan”?[17]
Pendapat lain mengatakan bahwa Taurat yang berbahasa Ibrani dan Bibel yang berbahasa Aramaik tidak sampai ke tangan umatnya dengan bahasa yang asli karena telah dirubah menjadi bahasa Latin Romawi. Keduanya disajikan bersama dengan paket Bibel berbahasa Latin yang disimpan dan disajikan untuk masing-masing negara melalui bahasanya sendiri-sendiri, dengan wewenang penuh untuk mengubah dan mengganti sesuai keinginan.[18]
Disini keotentikan al-Qur’an terbukti dengan tetap memakai bahasa asli yaitu bahasa Arab, bukan terjemahan, karena bagaimanapun terjemahan telah mengurangi keotentikan sebuah teks. Namun al-Qur’an tetap bertahan selama berabad-abad lamanya, Islam pun tetap menyebar dan banyak dianut masyarakat dari berbagai bangsa dan etnis. Bandingkan dengan maraknya pemikiran-pemikiran barat dan doktrin-doktrin agama lain yang penyebarannya harus melalui proses penerjemahan yang panjang dari masa ke masa.
Melihat dari sisi kenabian, seluruh Nabi diutus Allah kepada suatu kaum untuk menjelaskan kitab Allah sesuai dengan bahasa mereka. Allah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 4:
وَما أَرسَلنا مِن رَسولٍ إلّا بِلِسانِ قَومِهِ لِيُبَينَ لهم....
Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka.
Bahwa setiap Nabi menyeru kepada manusia lewat bahasa kaumnya dimana beliau diutus. Ibnu Abbas mengatakan bahwa semua kitab yang diturunkan sebelum al-Qur’an berbahasa Ibrani diterjemahkan oleh malaikat Jibril kepada para Nabi untuk diterangkan kepada kaum tersebut atau kepada orang-orang yang belajar bahasa kitab tersebut sehingga mereka dapat mengerti makna-maknanya.[19]
Para Nabi tersebut diutus Allah kepada kaum tertentu saja, Nabi Nuh misalnya, diutus kepada kaumnya (QS. 7:59), Hud kepada kaumnya (QS. 7:65), Shaleh kepada kaumnya (QS. 7:73), Luth kepada kaumnya (QS. 7:80), Syuaib kepadaa kaumnya juga (QS. 85) dan Musa kepada kaum Fir’aun dan pengikutnya (QS. 7:103).
Sedangkan dakwah nabi Muhammad saw, bukan hanya terfokus pada kaum Quraisy saja, tidak pula untuk Jazirah Arabia saja, tapi seluruh umat manusia di muka bumi.[20] Jika kalangan orientalis menganggap Al-Qur’an tidak universal, maka seharusnya yang lebih tidak universal adalah Bibel.
F.   Al-Qur’an Sebagai Mukjizat Nabi Muhammad saw dan umat Islam
Melihat dari data-data diatas, secara ilmiah, al-Qur’an sebagai kitab penutup dan pelengkap kitab-kitab Allah sebelumnya memiliki keistimewaan tersendiri yang membedakannya dari kitab-kitab lain. Untuk itu al-Qur’an disebut sebagai mukjizat Rasulullah saw yang tidak tertandingi kehebatannya dan tidak ditiru oleh makhluk manapun termasuk diri rasulullah sendiri, karena al-Qur’an merupakan kalamullah yang haq.
Diantara bukti mukjizat al-Qur’an termaktub didalamnya yaitu:
-        قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآَنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرً[21]
-        أمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (13) فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّمَا أُنْزِلَ بِعِلْمِ اللَّهِ وَأَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (14)[22]
Kata mukjizat sendiri oleh Manna’ Qitthan dalam bukunya mabahits fi Ulumil Qur’an diartikan dengan :
أمر خارق للعادة مقرون بالتحدي سالم عن المعارضة[23]
Yaitu sesuatu yang terjadi diluar kebiasaan untuk dijadikan sebuah pembuktian yang tidak dapat dipungkiri dan dilawan dengan apapun. Maka disini begitupun juga dengan al-Qur’an, yang mana Allah jadikan mukjizat bagi Nabi Muhammad saw yang tidak dapat ditandingi makhluk manapun.
Para ulama seperti Abu Bakar al-Baqilani, Ibnu ‘Arabi, al-Rumani dan lain-lain, seperti yang dikutip al-Zarkasyi, sepakat bahwa al-Qur’an merupakan mukzijat Rasulullah saw yang misinya melindungi manusia dari kegelapan menuju cahaya Ilahi dengan izin-Nya. Al-Qur’an adalah firman langsung dari Allah untuk memberi peringatan dan kabar gembira.[24]
Beberapa ulama berbeda pendapat dalam membagi bidang kemukjizatan al-Qur’an, diantaranya:
-          al-Murtadha mengatakan bahwa mukjizat al-Qur’an terletak pada kelemahan bangsa Arab untuk melawannya.
-          Ada juga yang mengatakan mukjizat al-Qur’an dari segi Balaghah
-          Dalam bidang fawashil dan maqathi’
-          Dan lain-lain
Secara umum, i’jaz al-Qur’an meliputi tiga hal:
1.   mukjizat secara bahasa
yakni sepandai apapun orang-orang Quraisy dalam kondisi kesusastraan bahasa Arab yang tinggi pada saat itu, tidak seorang pun dari mereka yang mampu menandingin, meniru apalagi membuat satu ayat pun yang sama dengan al-Qur’an.
2.   mukjizat secara ilmiah
secara ilmiah, seluruh kandungan al-Qur’an dari hal-hal berupa kisah-kisah dan keilmuan serta teknilogi tidak akan didapat di kitab suci manapun
3.   mukjizat dalam syariat
mukjizat al-Qur’an yang berisi hukum-hukum dan peraturan yang dapat mencakupi seluruh zaman hanya di dapat di al-Qur’an[25]

DAFTAR PUSTAKA
-          Ibnu Taimiyah, Al-Jawab al-Shahih Liman Baddala Dina al-Masih (Cairo:Daar Ibnu Al-Haytsam, 2003), Jilid 1,
-          Muhammad Husein adz-Dzahabi, At-Tafsir wa al-Mufassirun (Mesir, Dar al-Maktub, 1976).
-          Ibnu Hasnun, Al-Lughaat fi al-Qur’an, (http://www.alwarraq.com)
-          Muhammad ‘Ali al Shabuni, al Tibya>n fi> Ulu>mi al Qur’a>n (Bairut, Muassasah Mana>hilul Irfa>n, 1981).
-          Muhammad Mustafa al-A`zami, The History of The Qur'anic Text (Jakarta: Gema Insani, 2005).
-          Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an (Yogyakarta:Forum Kajian Budaya dan Agama, 2005)
-          Departemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahnya, (Jakarta, Tiga Serangkai 2008)
-          M. Qurays Shihab, Mu’jizat al-Qur’an : Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan Pemberitaan Ghaib (Bandung:Mizan, 1998).
-          Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an
-          Adnin Armas, “Kritik Arthur Jeffery Terhadap Al-Qur’an”, majalah ISLAMIA, Thn 1, No. 2, (Juni-Agustus,2004).
-          Adnin Armas, Metodologi Bibel dalam Studi Al-Qur’an, (Jakarta:Gema Insani, 2005)
-          Muhammad Mustafa al-A`zami, The History of The Qur'anic Text.
-          Irene handoyo, Sejarah dan Keaslian Al-Qur’an, dalam http://menjawab-misionaris.blogspot.com/2009/01/islam-dihujat-sejarah-dan-keaslian-al.html (15 April 2009)




[1] Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an (Yogyakarta:Forum Kajian Budaya dan Agama, 2005) hal.1
[2] Muhammad Husein adz-Dzahabi, At-Tafsir wa al-Mufassirun (Mesir, Dar al-Maktub, 1976), hlm. 32
[3] Departemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahnya, (Jakarta, Tiga Serangkai 2008)

[4] M. Qurays Shihab, Mu’jizat al-Qur’an : Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan Pemberitaan Ghaib (Bandung:Mizan, 1998), hlm. 105-106
[5] Ibnu Hasnun, Al-Lughaat fi al-Qur’an, (http://www.alwarraq.com), jilid 1, hal. 1
[6] Lihat surat Yusuf:2, Ar-Ra’d:37, Thaha:113, Az-Zumar:28, Fusshilat:2, As-Syura:7, az-Zukhruf:3, dan lain-lainnya.
[7] M. Qurasih Shihab, Mu’jizat Al- Qur’a>n, (Bandung; Mizan 2004), hal. 90-92
[8] http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab
[9] http://www.arabacademy.com/cgi-bin/library_courses/faq_i.htm
[10] Lebih lengkapnya baca Kehidupan di Jazirah Arab di buku Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an karya Taufik Adnan Amal, hal. 11-14.
[11]Muhammad ‘Ali al Shabuni, al Tibya>n fi> Ulu>mi al Qur’a>n (Bairut, Muassasah Mana>hilul Irfa>n, 1981), hal. 209
[12]Surat Yusuf, 21:22
[13]Surat Fusshilat, 41:44
[14] Adnin Armas, “Kritik Arthur Jeffery Terhadap Al-Qur’an”, majalah ISLAMIA, Thn 1, No. 2, (Juni-Agustus,2004), hal. 7-8
[15] Adnin Armas, Metodologi Bibel dalam Studi Al-Qur’an, (Jakarta:Gema Insani, 2005)
[16] Muhammad Mustafa al-A`zami, The History of The Qur'anic Text (Jakarta: Gema Insani, 2005), hal. 259
[17] Muhammad Mustafa al-A`zami, The History of The Qur'anic Text, hal. 259

[18] Irene handoyo, Sejarah dan Keaslian Al-Qur’an, dalam http://menjawab-misionaris.blogspot.com/2009/01/islam-dihujat-sejarah-dan-keaslian-al.html (15 April 2009)
[19] Ibnu Taimiyah, Al-Jawab al-Shahih Liman Baddala Dina al-Masih (Cairo:Daar Ibnu Al-Haytsam, 2003), Jilid 1, hal. 188-189. Lihat juga Ibnu Hasnun, Al-Lughaat fi al-Qur’an, (http://www.alwarraq.com), jilid 1, hal. 1
[20] Baca QS. 25:1, 34:28, 7:158 dan 9:33
[21] Surat al-Isra’, 17:88
[22] Surat Hud, 11:13
[23]Mann-a' al-Qata-n. Maba-hith fi ulum al-Qur'a-n.(Beirut: Mu'assasah al-Risalah, 1973), hal. 265
[24] Badru al-Din al-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulumil Qur’an (Yas’ub), Jilid 2, Hal. 90
[25] Lebih lengkapnya baca [25]Mann-a' al-Qata-n. Maba-hith fi ulum al-Qur'a-n.(Beirut: Mu'assasah al-Risalah, 1973), hal. 265

No comments:

Post a Comment

MAKALAH VARIABEL DAN HIPOTESA PENELITIAN

VARIABEL DAN HIPOTESA PENELITIAN PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan pada hakekatnya muncul karena adanya rasa ingin tahu yang tinggi d...