BAHASA
ARAB SEBAGAI SIMBOL KEOTENTIKAN
KITAB
SUCI AL-QURAN
A. Pendahuluan
Al-Qur’an adalah sentral ajaran bagi umat Islam.
Al-Qur’an tidak hanya menjelaskan satu pokok masalah (akidah), tetapi
menyangkut seluruh aspek kehidupan umat manusia, baik kehidupan dunia maupun
kehidupan akhirat. Al-Qur’an bagi kaum muslimin adalah verbum dei (kalamullah)[1]
yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad, Nabi yang ummi[2] melalui perantara Jibril selama kurang lebih dua puluh
tiga tahun lamanya.
Al-Qur’an bukan hanya menjadi seperangkat kitab yang
memberikan garis aturan, tetapi juga menjadi kunci setiap problem kehidupan
bagi umat manusia, karena al-Qur’an adalah hudan (petunjuk) bagi umat
manusia. Tidak ada kitab maha lengkap dibandingkan al-Qur’an, yaitu sebuah
kitab yang memiliki keluarbiasaan yang sangat dahsyat. Segala keistimewaan
al-Qur’an tersebut, membuktikan keotentikannya sebagai firman Tuhan,
sebagaimana di sebutkan dalam al-Qur’an sendiri : Qs. Hud : 1. Allah berfirman
:
الر
كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آَيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ
Artinya : Alif laam raa, (inilah) suatu Kitab yang ayat-ayat-Nya
disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari
sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu[3]
Al-Qur’an bukan hanya sekedar serangkaian huruf, tetapi
memiliki makna yang tersirat didalamnya. Al-Qur’an memiliki kandungan
nilai-nilai universal yang serba lengkap, baik nilai-nilai religiusitas maupun
sosial untuk memenuhi kehidupan umat manusia. Umat manusia sendiri memiliki
taraf pemikiran dan kemampuan akal yang berbeda, maka al-Qur’an merupakan
petunjuk yang diarahkan ke hati, agar terbuka dalam menerima nasihat, dan ada
yang diarahkan ke akal, agar merenungkan pembahasan logis dan batil, dan lain
sebagainya.
Ajaran universal yang terkandung dalam al-Qur’an tersebut
membuktikan keabsahan al-Qur’an sebagai mu’jizat terbesar dalam sejarah
kemukjizatan para Nabi dan para Rasul. Salah satu aspek kehebatan al-Qur’an
adalah kandungan nilai-nilai kehidupan yang selalu relevan dengan setiap
perkembangan zaman. Al-Qur’an selalu mampu mengimbangi bahasa zaman serta mampu
memberikan jawaban-jawaban logis atas problem hidup umat manusia. Inilah salah
satu fungsi hudan yang dimiliki oleh al-Qur’an.
Dalam kesempatan ini, penulis mencoba untuk menguraikan
gambaran bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an untuk membuktikan keotentikannya
sebagai kitab universal sepanjang masa. Setelah melalui beberapa penelitian
oleh para ulama Islam dan cendikiawan muslim, bahasa Arab terbukti adalah
pilihan Allah yang paling tepat dalam menyampaikan dan menjaga ajaran Islam
kepada umat manusia melalui al-Qur’an.
B. Bahasa
Arab Sebagai Definisi Al-Qur’an
Quraish Shihab dalam bukunya berjudul Mu’jizat
al-Qur’an menguraikan bahwa Al-Qur’an diturunkan di negeri Arab
tidak lepas dari pertimbangan logis, salah satunya adalah faktor geografis dan
segala polemik yang terjadi didalamnya. Wilayah Arab menjadi tempat paling
strategis yang dipilih Allah untuk penurunan al-Qur’an, sebab kondisi sosial
dan moral – pada saat itu – sangat rusak dan membutuhkan perhatian khusus
al-Qur’an, sehingga diharapkan al-Qur’an akan menyebar dari wilayah tersebut.
Bagi Shihab, Timur Tengah merupakan jalur penghubung
antara Timur dan Barat. Maka wajarlah jika kawasan ini menjadi tempat
menyampaikan pesan ilahi yang terakhir dan yang ditujukan kepada seluruh
manusia di seluruh penjuru dunia. [4]
Salah satu media penyebaran al-Qur’an adalah dengan
menguasai bahasa, karena bahasa merupakan corong utama penyebaran al-Qur’an.
Apalagi, bahasa adalah bagian dari sebuah peradaban, maka mengusai sebuah
peradaban secara otomatis harus menguasai bahasa yang menjadi corong utama
peradaban itu sendiri. Ajaran al-Qur’an akan dapat dikenal apabila umat Islam
mampu menawarkan berbagai gagasan dan nilai-nilai al-Qur’an dengan memanfaatkan
media bahasa umat manusia, karena bahasa pada dasarnya adalah kekuataan vital
dalam penyebaran ajaran al-Qur’an. Untuk itu, Allah memilih bahasa Arab,
seperti yang termaktub dalam surat Asy-Syu’aara ayat 195 :
بِلِسَانٍ
عَرَبِيٍّ مُبِينٍ
Dengan
bahasa Arab yang jelas.
Ibnu
hasnun dalam bukunya berjudul al-Lughaat fi al-Qur’an menerangkan bahwa
Ibnu Abbas mentafsirkan ayat bilisanin ‘arabiyyin dengan bahasa orang
Quraisy, sebab mereka tidak memahami bahasa selain bahasa Arab. Ibnu Abbas
berpendapat bahwa tidak ada bahasa yang seluas dan seuniversal bahasa Arab,
meski bahasa Arab memiliki kemiripan teks dengan bahasa lain, namun secara
essensi bahasa Arab tidak bercampur aduk dengan bahasa lain. Hal ini dikarenakan
al-Qur’an diturunkan dengan konteks dan makna kata yang berbeda dari bahasa
lain.[5]
Dan
masih banyak ayat-ayat yang menjelaskan bahwa al-Qur’an diturunkan Allah dalam
bahasa Arab dan tidak dengan bahasa lain.[6]
Dan hingga detik ini, bahasa Al-Qur’an tidak berubah sedikitpun, berbeda dengan
kitab-kitab agama lain seperti Bibel dan Perjanjian Lama yang telah mengalami
distorsi.
C. Sejarah Bahasa Arab Sejak Dahulu
Hingga Turunnya al-Qur’an
Bahasa
Arab adalah sebuah bahasa Semitik yang muncul dari daerah yang sekarang termasuk
wilayah Arab
Saudi. Bahasa ini adalah sebuah bahasa yang terbesar dari segi jumlah
penutur dalam keluarga bahasa Semitik. Bahasa ini berkerabat dekat dengan bahasa Ibrani,
Aramaik (aremea), Suryani, Kaldea, dan Babylonia. Bahasa Arab Modern berasal
dari Bahasa Arab Klasik yang
telah menjadi bahasa kesusasteraan dan bahasa liturgi Islam sejak lebih
kurang abad
ke-6. Kata-kata bahasa Arab pada umumnya mempunyai dasar tiga huruf mati
yang dapat dibentuk dengan berbagai bentuk.[7]
Bahasa
Arab telah memberi banyak kosakata kepada bahasa lain dari dunia Islam, sama seperti
peranan Latin
kepada kebanyakan bahasa Eropa. Semasa Abad
Pertengahan bahasa Arab juga merupakan alat utama budaya, terutamanya dalam
sains, matematika dan filsafat, yang menyebabkan banyak bahasa Eropa turut
meminjam banyak kosakata
dari bahasa Arab.[8]
Sehingga
bahasa Arab telah dipergunakan di jazirah Arabia untuk kurun waktu sedikitnya
2000 tahun. Bahasa Arab Klasik adalah bahasa formal yang dipergunakan di
kawasan Hejaz sekitar 1500 tahun yang lalu. Catatan tertulis yang berkaitan
dengan penggunaan bahasa Arab klasik sampai saat ini masih terdapat, termasuk
di dalamnya syair-syair Arab yang amat terkenal pada masa pra Islam (600 AD).[9]
Al-Qur’a>n
diturunkan di Jazirah Arab khususnya masyarakat
Mekkah, dimana pada saat itu Mekkah merupakan kota yang memiliki peradaban
kapitalis khususnya yang berhubungan dengan milieu dunia perniagaan. Untuk itu,
beberapa istilah-istilah perniagaan bisa didapatkan dalam al-Qur’a>n.[10]
Kebiasaan yang dilakukan masyarakat adalah berdagang, dimana mereka berinteraksi
dengan para saudagar yang berasal dari berbagai daerah, termasuk turki, Persia,
dan lain sebagainya, sehingga bahasa arab yang menjadi bahasa ibu mereka
sedikit dipengaruhi oleh bahasa-bahasa para saudagar yang datang dari berbagai
daerah.
Peradaban bahasa terutama kesusasteraan Arab berkembang
sangat pesat. penguasaan
bahasa Arab dan penyampaiannya dalam bentuk tulisan dan percakapan akan selalu
mengundang penghormatan dan rasa kagum. Setiap
kabilah memiliki ciri khas tersendiri di dalam intonasi berbahasa. Sehingga
Alla>h tentunya memformat setiap kalam-Nya sebagai respon kehidupan mereka
dengan bahasa yang tentunya lebih fasi>h dan dapat dipahami oleh mereka
sehingga struktur kebahasaan yang dimiliki al-Qur’a>n dapat membuktikan
kemu’jizatannya[11],
dengan diturunkan secara berangsur-angsur dalam bentuk satu surat dan satu
ayat, sebagaimana difirmankan oleh Alla>h di dalam al-Qur’a>n:
$¯RÎ) çm»oYø9tRr& $ºRºuäöè% $wÎ/ttã öNä3¯=yè©9 cqè=É)÷ès?
Sesungguhnya
kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahaminya.[12]
وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآَنًا أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلَا
فُصِّلَتْ آَيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ
Dan jika Kami jadikan Al Qur'an
itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan:
"Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?". Apakah (patut Al Qur'an)
dalam bahasa asing, sedang (rasul adalah orang) Arab? [13]
Ayat
di atas menunjukkan akan struktur bahasa Al-Qur’an yang diturunkan oleh Alla>h
kepada nabi Muhammad Saw, yaitu bahasa Quraisy. Karena al-Qur’a>n diturunkan
oleh Alla>h sebagai wahyu bagi Nabi Muhammad Saw, maka ia diturunkan dengan
tata bahasa yang sangat sempurna, sebagai respon agar bisa dipahami dan mudah
dihafalkan oleh masyarakat Arab pada khususnya yang memiliki keragaman di dalam
intonasi pengucapan dalam komunikasi interaktifnya.
Sejak
saat itu, penyebaran sastra arab sangat erat kaitannya dengan bersinarnya Islam secara
luas ke berbagai belahan dunia terutama pada abad ke 7 hijriah, hal ini
dikarenakan ia adalah bahasa Al-Qur’an yang mulia. Bahasa yang indah ini
menyebar ke berbagai penjuru timur dan barat, sehingga sebagian besar peradaban
dunia pada masa itu sangat terwarnai oleh peradaban Islam. Mereka yang berperan
mengembangkan sastra arab pada masa kejayaan Islam berasal dari berbagai suku
bangsa, diantara mereka berasal dari Jazirah Arab, Mesir, Romawi, Armenia,
Barbar, Andalusia dan sebagainya, walau berbeda bangsa namun mereka semua bersatu
diatas Islam dan Bahasa Arab, mereka berbicara dan menulis karya sastra serta berbagai
kajian keilmuan lainnya dengan Bahasa Arab .
D. Perbandingan
Bahasa Arab dengan Bahasa Kitab kitab Taurat dan Injil (Bible)
Adnin
Armas dalam artikelnya mengutip pernyataan Arthur Jeffery, seorang orientalis
barat, pengkaji sejarah al-Qur’an secara kritis, yang mengklaim bahwa al-Qur’an
terpengaruh berbagai bahasa asing seperti Ethipia, Aramaik, Ibrani, Syriak,
Yunani kuno, Persia dan bahasa lainnya. Jadi, kosa kata yang ada di dalam
al-Qur’an mengambil istilah-istilah dari Yahudi, Kristen, dan budaya lain.[14]
Pendekatan
filologis terhadap al-Qur’an seperti ini juga dilakukan oleh orientalis lain,
sebab mereka menganggap bahwa tidak ada yang baru dalam al-Qur’an. Asumsi
mereka sangat keliru, karena kosa kata suatu bahasa itu bisa saja sama, namun
konsepnya berbeda. Islam datang membawa makna baru yang justru mengkritik
ajaran Yahudi dan Kristen yang telah terdistorsi. Islam yang menyempurnakan
kekurangan dan kesalahan yang ada dalam agama tersebut.
Salah
satu contohnya adalah tentang kematian Nabi Isa as di tiang salib, kaum
muslimin sepakat bahwa Nabi Isa tidak mati disalib, sedangkan di kalangan
Kristen terdapat perbedaan pendapat mengenai kematian Yesus di
tiang salib. Ini menunjukkan kaum Muslimin tidak ada yang ragu dengan
kesepakatan tersebut. Jadi, keyakinan kaum Muslimin jauh lebih kukuh. Berbeda
dengan kalangan Kristiani yang telah, sedang, akan dan terus mengalami berbagai
ketidaksepakatan, sekalipun dalam prinsip-prinsip yang sangat mendasar, apalagi
mengenai status kitab Bibel, yang telah lama diragukan keasliannya dari
kalangan Kristen sendiri.[15]
E. Bukti
Bahwa al-Qur’an Bersifat Universal
Penggunaan
bahasa Arab dalam al-Qur’an sudah direncanakan Allah dengan berbagai hikmah
yang bisa dikaji secara ilmiah. Namun muncul asumsi bahwa bahasa al-Qur’an
merupakan bahasa yang tidak universal, karena al-Qur’an diturunkan di wilayah
Arab yang berbahasa Arab, sehingga untuk kemudahan dalam proses komunikasi dan
pemahaman makna dalam al-Qur’an diperlukan bahasa yang dipahami oleh Rasulullah
sebagai penyampai wahyu kepada masyarakat Arab.
Secara
historis, dapat dilihat bahwa bahasa yang berasal dari rumpun Semit yang masih
bertahan sampai saat ini adalah bahasa Arab. Bahkan Bible (Old Testament) yang
diklaim bahasa aslinya Ibrani (Hebrew) telah musnah, sehingga tidak ada naskah
asli dari Perjanjian Lama. Meskipun begitu, menurut Isra’il Wilfinson, dalam
bukunya Tarikh al-Lughat al-Samiyyah (History of Semitic Language),
seperti dikutip Prof. Al-A’zami, mengatakan bahwa ternyata bahasa asli
Perjanjian Lama itu tidak disebut Ibrani.[16]
Sedangkan
Gospel, Injil yang diklaim berbahasa asli Yunani juga telah hilang, sehingga
tidak ada naskah asli dari Injil. Bahkan, ini bertentangan dengan bahasa Yesus
yang sama sekali tidak paham bahasa Yunani. Bukankah ini mencederai sakralitas
Injil yang diklaim sebagai “firman Tuhan”?[17]
Pendapat
lain mengatakan bahwa Taurat yang berbahasa Ibrani dan Bibel yang berbahasa Aramaik
tidak sampai ke tangan umatnya dengan bahasa yang asli karena telah dirubah
menjadi bahasa Latin Romawi. Keduanya disajikan bersama dengan paket Bibel
berbahasa Latin yang disimpan dan disajikan untuk masing-masing negara melalui
bahasanya sendiri-sendiri, dengan wewenang penuh untuk mengubah dan mengganti
sesuai keinginan.[18]
Disini
keotentikan al-Qur’an terbukti dengan tetap memakai bahasa asli yaitu bahasa
Arab, bukan terjemahan, karena bagaimanapun terjemahan telah mengurangi
keotentikan sebuah teks. Namun al-Qur’an tetap bertahan selama berabad-abad
lamanya, Islam pun tetap menyebar dan banyak dianut masyarakat dari berbagai
bangsa dan etnis. Bandingkan dengan maraknya pemikiran-pemikiran barat dan
doktrin-doktrin agama lain yang penyebarannya harus melalui proses penerjemahan
yang panjang dari masa ke masa.
Melihat dari sisi kenabian, seluruh
Nabi diutus Allah kepada suatu kaum untuk menjelaskan kitab Allah sesuai dengan
bahasa mereka. Allah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 4:
وَما أَرسَلنا مِن رَسولٍ إلّا بِلِسانِ قَومِهِ لِيُبَينَ لهم....
Kami tidak mengutus seorang rasul
pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan
terang kepada mereka.
Bahwa setiap Nabi menyeru kepada
manusia lewat bahasa kaumnya dimana beliau diutus. Ibnu Abbas mengatakan bahwa semua
kitab yang diturunkan sebelum al-Qur’an berbahasa Ibrani diterjemahkan oleh
malaikat Jibril kepada para Nabi untuk diterangkan kepada kaum tersebut atau kepada
orang-orang yang belajar bahasa kitab tersebut sehingga mereka dapat mengerti
makna-maknanya.[19]
Para Nabi tersebut diutus Allah kepada
kaum tertentu saja, Nabi Nuh misalnya, diutus kepada kaumnya (QS. 7:59), Hud
kepada kaumnya (QS. 7:65), Shaleh kepada kaumnya (QS. 7:73), Luth kepada kaumnya
(QS. 7:80), Syuaib kepadaa kaumnya juga (QS. 85) dan Musa kepada kaum Fir’aun
dan pengikutnya (QS. 7:103).
Sedangkan dakwah nabi Muhammad saw,
bukan hanya terfokus pada kaum Quraisy saja, tidak pula untuk Jazirah Arabia
saja, tapi seluruh umat manusia di muka bumi.[20]
Jika kalangan orientalis menganggap Al-Qur’an tidak universal, maka seharusnya
yang lebih tidak universal adalah Bibel.
F. Al-Qur’an
Sebagai Mukjizat Nabi Muhammad saw dan umat Islam
Melihat
dari data-data diatas, secara ilmiah, al-Qur’an sebagai kitab penutup dan
pelengkap kitab-kitab Allah sebelumnya memiliki keistimewaan tersendiri yang
membedakannya dari kitab-kitab lain. Untuk itu al-Qur’an disebut sebagai
mukjizat Rasulullah saw yang tidak tertandingi kehebatannya dan tidak ditiru
oleh makhluk manapun termasuk diri rasulullah sendiri, karena al-Qur’an
merupakan kalamullah yang haq.
Diantara
bukti mukjizat al-Qur’an termaktub didalamnya yaitu:
-
قُلْ لَئِنِ
اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآَنِ
لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرً[21]
-
أمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ
قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ
مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (13) فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكُمْ
فَاعْلَمُوا أَنَّمَا أُنْزِلَ بِعِلْمِ اللَّهِ وَأَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَهَلْ
أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (14)[22]
Kata mukjizat
sendiri oleh Manna’ Qitthan dalam bukunya mabahits fi Ulumil Qur’an
diartikan dengan :
Yaitu
sesuatu yang terjadi diluar kebiasaan untuk dijadikan sebuah pembuktian yang
tidak dapat dipungkiri dan dilawan dengan apapun. Maka disini begitupun juga
dengan al-Qur’an, yang mana Allah jadikan mukjizat bagi Nabi Muhammad saw yang
tidak dapat ditandingi makhluk manapun.
Para
ulama seperti Abu Bakar al-Baqilani, Ibnu ‘Arabi, al-Rumani dan lain-lain,
seperti yang dikutip al-Zarkasyi, sepakat bahwa al-Qur’an merupakan mukzijat
Rasulullah saw yang misinya melindungi manusia dari kegelapan menuju cahaya
Ilahi dengan izin-Nya. Al-Qur’an adalah firman langsung dari Allah untuk
memberi peringatan dan kabar gembira.[24]
Beberapa
ulama berbeda pendapat dalam membagi bidang kemukjizatan al-Qur’an,
diantaranya:
-
al-Murtadha
mengatakan bahwa mukjizat al-Qur’an terletak pada kelemahan bangsa Arab untuk
melawannya.
-
Ada juga yang
mengatakan mukjizat al-Qur’an dari segi Balaghah
-
Dalam bidang fawashil
dan maqathi’
-
Dan lain-lain
Secara umum, i’jaz
al-Qur’an meliputi tiga hal:
1. mukjizat
secara bahasa
yakni sepandai
apapun orang-orang Quraisy dalam kondisi kesusastraan bahasa Arab yang tinggi
pada saat itu, tidak seorang pun dari mereka yang mampu menandingin, meniru
apalagi membuat satu ayat pun yang sama dengan al-Qur’an.
2. mukjizat
secara ilmiah
secara ilmiah,
seluruh kandungan al-Qur’an dari hal-hal berupa kisah-kisah dan keilmuan serta
teknilogi tidak akan didapat di kitab suci manapun
3. mukjizat
dalam syariat
mukjizat
al-Qur’an yang berisi hukum-hukum dan peraturan yang dapat mencakupi seluruh
zaman hanya di dapat di al-Qur’an[25]
DAFTAR
PUSTAKA
-
Ibnu Taimiyah,
Al-Jawab al-Shahih Liman Baddala Dina al-Masih (Cairo:Daar Ibnu Al-Haytsam,
2003), Jilid 1,
-
Muhammad Husein
adz-Dzahabi, At-Tafsir wa al-Mufassirun (Mesir, Dar al-Maktub, 1976).
-
Ibnu Hasnun,
Al-Lughaat fi al-Qur’an, (http://www.alwarraq.com)
-
Muhammad ‘Ali al
Shabuni, al Tibya>n fi> Ulu>mi al Qur’a>n (Bairut, Muassasah
Mana>hilul Irfa>n, 1981).
-
Muhammad Mustafa
al-A`zami, The History of The Qur'anic Text (Jakarta: Gema Insani,
2005).
-
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an (Yogyakarta:Forum
Kajian Budaya dan Agama, 2005)
-
Departemen Agama
RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahnya, (Jakarta, Tiga Serangkai 2008)
-
M. Qurays Shihab, Mu’jizat al-Qur’an : Ditinjau dari Aspek Kebahasaan,
Isyarat Ilmiah, dan Pemberitaan Ghaib (Bandung:Mizan, 1998).
-
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an
-
Adnin Armas,
“Kritik Arthur Jeffery Terhadap Al-Qur’an”, majalah ISLAMIA, Thn 1, No.
2, (Juni-Agustus,2004).
-
Adnin Armas, Metodologi
Bibel dalam Studi Al-Qur’an, (Jakarta:Gema Insani, 2005)
-
Muhammad Mustafa
al-A`zami, The History of The Qur'anic Text.
-
Irene handoyo, Sejarah
dan Keaslian Al-Qur’an, dalam http://menjawab-misionaris.blogspot.com/2009/01/islam-dihujat-sejarah-dan-keaslian-al.html
(15 April 2009)
[1] Taufik
Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an (Yogyakarta:Forum Kajian
Budaya dan Agama, 2005) hal.1
[2] Muhammad Husein
adz-Dzahabi, At-Tafsir wa al-Mufassirun (Mesir, Dar al-Maktub, 1976),
hlm. 32
[3] Departemen Agama RI,
Al-Qur’a>n dan Terjemahnya, (Jakarta ,
Tiga Serangkai 2008)
[4] M.
Qurays Shihab, Mu’jizat al-Qur’an : Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat
Ilmiah, dan Pemberitaan Ghaib (Bandung:Mizan, 1998), hlm. 105-106
[6] Lihat surat Yusuf:2,
Ar-Ra’d:37, Thaha:113, Az-Zumar:28, Fusshilat:2, As-Syura:7, az-Zukhruf:3, dan
lain-lainnya.
[7] M. Qurasih Shihab, Mu’jizat
Al- Qur’a>n, (Bandung ;
Mizan 2004), hal. 90-92
[8]
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab
[9]
http://www.arabacademy.com/cgi-bin/library_courses/faq_i.htm
[10] Lebih lengkapnya
baca Kehidupan di Jazirah Arab di buku Rekonstruksi
Sejarah Al-Qur’an karya Taufik Adnan Amal, hal. 11-14.
[11]Muhammad ‘Ali al
Shabuni, al Tibya>n fi> Ulu>mi al Qur’a>n (Bairut, Muassasah
Mana>hilul Irfa>n, 1981), hal. 209
[14] Adnin Armas, “Kritik
Arthur Jeffery Terhadap Al-Qur’an”, majalah ISLAMIA, Thn 1, No. 2,
(Juni-Agustus,2004), hal. 7-8
[15] Adnin Armas, Metodologi
Bibel dalam Studi Al-Qur’an, (Jakarta :Gema
Insani, 2005)
[16] Muhammad Mustafa
al-A`zami, The History of The Qur'anic Text (Jakarta : Gema Insani, 2005), hal. 259
[17] Muhammad Mustafa
al-A`zami, The History of The Qur'anic Text, hal. 259
[18] Irene handoyo, Sejarah
dan Keaslian Al-Qur’an, dalam http://menjawab-misionaris.blogspot.com/2009/01/islam-dihujat-sejarah-dan-keaslian-al.html
(15 April 2009)
[19] Ibnu Taimiyah,
Al-Jawab al-Shahih Liman Baddala Dina al-Masih (Cairo :Daar Ibnu Al-Haytsam, 2003), Jilid 1,
hal. 188-189. Lihat juga Ibnu Hasnun, Al-Lughaat fi al-Qur’an, (http://www.alwarraq.com), jilid 1, hal. 1
[20] Baca QS. 25:1,
34:28, 7:158 dan 9:33
[21] Surat al-Isra’, 17:88
[22] Surat Hud, 11:13
[23]Mann-a'
al-Qata-n. Maba-hith fi ulum al-Qur'a-n.(Beirut:
Mu'assasah al-Risalah, 1973), hal. 265
[24] Badru al-Din
al-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulumil Qur’an (Yas’ub), Jilid 2, Hal. 90
[25] Lebih lengkapnya baca [25]Mann-a' al-Qata-n. Maba-hith fi
ulum al-Qur'a-n.(Beirut: Mu'assasah al-Risalah, 1973),
hal. 265

No comments:
Post a Comment