Thursday, October 19, 2017

MAKALAH DESAIN PENELITIAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Dalam melakukan penelitian salah satu hal yang penting ialah membuat desain penelitian. Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa desain yang benar seorang peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian dengan baik karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah yang jelas.
Agar tercapai pembuatan desain yang benar, maka peneliti perlu menghindari sumber potensial kesalahan dalam proses penelitian secara keseluruhan. Kesalahan-kesalahan tersebut ialah:
a.  Kesalahan Dalam Perencanaan
Kesalahan dalam perencanaan dapat terjadi saat peneliti membuat kesalahan dalam menyusun desain yang akan digunakan untuk mengumpulkan informasi. Kesalahan ini dapat terjadi pula bila peneliti salah dalam merumuskan masalah. Kesalahan dalam merumuskan masalah akan menghasilkan infromasi yang tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sedang diteliti. Cara mengatasi kesalahan ini ialah mengembangkan proposal yang baik dan benar yang secara jelas menspesifikasikan metode dan nilai tambah penelitian yang akan dijalankan.
b.  Kesalahan Dalam Pengumpulan Data
Kesalahan dalam pengumpulan data terjadi pada saat peneliti melakukan kesalahan dalam proses pengumpulan data di lapangan. Kesalahan ini dapat memperbesar tingkat kesalahan yang sudah terjadi dikarenakan perencanaan yang tidak matang. Untuk menghindari hal tersebut data yang dikoleksi harus merupakan represntasi dari populasi yang sedang diteliti dan metode pengumpulan datanya harus dapat menghasilkan data yang akurat. Cara mengatasi kesalahan ini ialah kehati-hatian dan ketepatan dalam menjalankan desain penelitian yang sudah dirancang dalam proposal.
c. Kesalahan Dalam Melakukan Analisa
Kesalahan dalam melakukan analisa dapat terjadi pada saat peneliti salah dalam memilih cara menganalisa data. Selanjutnya, kesalahan ini disebabkan pula adanya kesalahan dalam memilih teknik analisa yang sesuai dengan masalah dan data yang tersedia. Cara mengatasi masalah ini ialah buatlah justifikasi prosedur analisa yang digunakan untuk menyimpulkan dan memanipulasi data.
d. Kesalahan Dalam Pelaporan
Kesalahan dalam pelaporan terjadi jika peneliti membuat kesalahan dalam menginterprestasikan hasil-hasil penelitian. Kesalahan seperti ini terjadi pada saat memberikan makna hubungan-hubungan dan angka-angka yang diidentifikasi dari tahap analisa data. Cara mengatasi kesalahan ini ialah hasil analisa data diperiksa oleh orang-orang yang benar-benar ahli dan menguasai masalah hasil penelitian tersebut.

  
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DESAIN PENELITIAN
Desain artinya rencana, tetapi apabila dikaji lebih lanjut kata itu dapat berarti pula pola, potongan, bentuk, model, tujuan dna maksud. Penyusunan desain atau rancangan penelitian diarahkan oleh komponen-komponen penelitian yang telah dirumuskan terlebih dahulu. M. Jamiluddin Ritonga mengatakan bahwa seluruh komponen penelitian harus terjalin secara serasi dan tertib.[1] Sedangkan Fred N. Kerlinger mendefinisikan bahwa desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun demikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.[2]
Jadi dapat dikatakan bahwa pengertian desain penelitian adalah jalinan logis, terencana dan terstruktur antara komponen-komponen penelitian mulai dari pertanyaan penelitian hingga ke kesimpulan penelitian. Desain penelitian suatu penelitian harus lengkap dan jelas di mana peneliti akan secara konsisten, tertib dan terarah menjalankan penelitiannya.
Robert K. Yin menyimpulkan bahwa desain penelitian adalah semacam “cetak-biru” suatu penelitian, yang berkaitan dengan persoalan logikal yang dihadapi peneliti dalam menyusun desain penelitiannya, yaitu apa pertanyaan penelitiannya, apa data yang relevan, apa data yang dikumpulkan, dan bagaimana menganalisis hasilnya.[3]
Sementara J. Vredenbregt mengatakan bahwa masalah desain penelitian mempunyai tujuan untuk memberi suatu pertanggung jawab terhadap semua langkah yang akan diambil dalam rangka menyelesaikan suatu masalah (masalah penelitian) secara efektif. Lebih lanjut dikatakan J. Vredenbregt bahwa suatu desain penelitian menjelaskan keputusan metodis, operasionil dan organisatoris yang dibuat dengan tujuan untuk mengadakan suatu penelitian serelevan dan seekonomis mungkin.[4] Jalaluddin Rakhmat menambahkan bahwa desain penelitian menentukan validnya penelitian.[5] Untuk itu, menurut Fred N. Kerlinger desain penelitian mempunyai dua maksud atau kegunaan mendasar yaitu (1) menyediakan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian, dan (2) mengontrol atau mengendalikan varian.[6]
Menurut penulis, kegunaan penelitian yang nomor dua tersebut lebih ditujukan untuk desain penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dalam penelitiannya. Misalnya metode eksperimen. Sementara untuk penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, misalnya studi kasus, menurut Robert K. Yin peneliti hanya memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki kontrol terhadap fenomena kontemporer yang sedang diselidikinya.[7]
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa desain penelitian:
  1. sebagai cetak-biru yang memandu peneliti dalam proses mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan hingga menyimpulkan jawaban terhadap pertanyaan penelitian
  2. disusun secara terencana dan terstruktur dalam rangka menyelesaikan suatu masalah penelitian secara efektif,
  3. tersusun berdasarkan komponen-komponen penelitian secara lengkap dan jelas, teratur dan tertib,
  4. menjelaskan keputusan metodis, operasional, dan organisatoris,
  5. untuk memberi pertanggung jawaban terhadap penyelesaian masalah penelitian secara relevan dan ekonomis, dan
  6. menentukan validnya penelitian.
Selain itu, berkaitan dengan rancangan penelitian, J. Vredenbregt menyimpulkan bahwa dengan demikian maka setiap penelitian didasarkan atas suatu masalah dan pada perumusan masalah tersebut kita dapat memakai sebagai titik tolak beberapa pendekatan yang berbeda. Ini berarti, desain penelitian dapat berbeda bergantung pada pendekatan penelitian dari suatu rumusan masalah penelitian. Pada pendekatan penelitian kuantitatif, desain penelitian disusun mengikuti mekanisme prosedur penelitian dalam pendekatan penelitian ini. Demikian juga halnya dengan pendekatan penelitian kualitatif. Namun yang perlu menjadi perhatian utama peneliti adalah apa rumusan masalah penelitiannya. Karena melalui rumusan masalah penelitian dapat disusun apa desain penelitiannya.[8]
Jadi yang terpenting dalam menyusun desain penelitian adalah bagaimana peneliti menentukan metodologi yang digunakan berdasarkan pada masalah penelitian yang akan dikajinya. Singkatnya, peneliti dalam mencari jawaban terhadap masalah penelitiannya harus konsisten dengan prosedur penelitian secara metodologis.
B. KARAKTERISTIK DESAIN PENELITIAN
Menurut Roger D.Wimmer, dan Joseph R. Dominick terdapat empat karakteristik desain penelitian yang harus diperhatikan jika suatu penelitian menginginkan hasil yang reliabel dan valid.[9] Karakteristik tersebut penulis terjemahkan sebagai berikut:
  1. Setting penelitian bersifat alamiah (naturalistic). Agar hasil penelitian memiliki validitas eksternal, maka penelitian harus dijalankan berdasarkan pada kondisi lingkungan yang lazim/normal. Artinya bahwa jika memungkinkan subyek seharusnya tidak menyadari adanya situasi penelitian; bahwa fenomena yang dianalisis bersifat tunggal (in a single session); dan bahwa variabel/peubah yang bersifat lazim, seperti suara (noise), seharusnya menjadi bagian penelitian. Juga, penelitian jangka panjang (long-term) harus lebih kondusif bagi suasana alamiah daripada penelitian jangka pendek (short-term).
  2. Hubungan sebab dan akibat yang jelas. Peneliti harus membuat setiap upaya untuk menyingkirkan hubungan variabel bebas atau pun terikat yang bersifat pengganggu atau palsu. Peneliti dapat menyajikan hasil penelitiannya dengan beberapa tingkat kepercayaan jika dan jika hanya keseluruhan dampak yang mengacaukan teridentifikasi.
  3. Pengukuran yang valid dan tidak menonjol (unobtrusive). Seharusnya tidak ada keterkaitan yang dapat dipersepsi antara komunikasi yang menyajikan subyek dan alat pengukuran yang digunakan. Subyek cenderung menjawab pertanyaan secara berbeda jika ia dapat mengidentifikasi tujuan penelitian. Juga, penelitian seharusnya dirancang untuk menaksir dampak baik segera maupun jangka panjang pada subyek. Untuk meyakinkan validitas pengukuran yang digunakan, suatu sampel harus cukup besar untuk membolehkan deteksi terhadap dampak atau perubahan-perubahan kecil. Varibel terikat seharusnya dipilih berdasarkan landasan relevansinya dengan penelitian dan pengetahuan peneliti tentangnya, bukan pada pilihan untuk menyenangkan penelitian.
  4. Realisme. Suatu desain penelitian sepenuhnya harus realistik (masuk akal). Ini berarti, penelitian memerlukan pertimbangan yang hari-hati terhadap ketersediaan waktu, uang, personil yang menjalankan penelitian, dan peneliti yang berkompeten dalam mengusulkan metodologi penelitian dan analisis statistik.
Peneliti, selain memperhatikan karakteristik desain penelitian di atas, secara metodologis pun ia perlu melakukan uji coba atau studi pendahuluan (pilot study) terhadap seluruh proses penelitiannya. Misalnya, melalui studi pendahuluan, peneliti akan dapat mengetahui apakah muncul kesalahan (errors) pada desain penelitiannya. Sebagaimana yang dikatakan Roger D.Wimmer, dan Joseph R. Dominick bahwa a pilot study is a small-scale version of the planned study and is designed to check for errors in the research design, measurement instrument(s), or equipment used.[10]
Sementara itu untuk penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif memiliki karakteristik desain penelitian yang berbeda secara signifikan, Thomas R. Lindlof menyebutnya berbeda secara radikal dengan pendekatan kuantitatif. Berikut ini penulis uraiakan secara singkat karakteristik desain penelitian untuk penelitian pendekatan kualitatif menurut Thomas R. Lindlof, yaitu:
  1. Suatu cara mengartikulasikan pertanyaan yang bersifat memaksa dan dapat diteliti yang menonjol bagi satu atau lebih khalayak.
  2. Peneliti kualitatif mengembangkan solusi desain yang unik bagi setiap proyeknya.
  3. Untuk mengontrol ketidaktentuan, peneliti kualitatif dapat menjalankan latihan di lapangan.
  4. Peneliti kualitatif mempertimbangkan tiga hal berikut:
a.    Formulasi pertanyaan dalam bentuk yang banyak adalah inti gambaran desain dan memulai suatu kajian.
b.    Setiap penggalan dan situasi menyajikan sesuatu keluwesan strategi unik yang menjadi bagian peneliti, tidak pernah-sebelum-bentuk konfigurasi pada
c.    Peneliti membagi kendali dalam penggalan penelitian dalam memahami aturan dan makna kehidupan sosial dari sisi dalam.[11]

C. KOMPONEN DESAIN PENELITIAN
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, desain penelitian diarahkan oleh variabel-variabel penelitian yang telah diidentifikasi oleh hipotesis yang akan diuji kebenarannya.[12] Demikian pula yang dikatakan Roger D.Wimmer, dan Joseph R. Dominick bahwa all procedures, including variables, samples, and questionnaire instrument, must be selected or designed in light of their appropriateness to the hypotheses or research question, and all items must be planned in advance.[13]
Jadi komponen desain penelitian meliputi pertanyaan penelitian, hipotesis, variabel-variabel penelitian.
Sementara untuk penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, khususnya studi kasus, Robert K. Yin menyebutkan ada lima komponen desain penelitian, yaitu (a) a study’s questions; (b) its proposition, if any; (c) its unit(s) of analysis; (d) the logic linking the data to the propositions; and (e) the criteria for interpreting the findings.[14]

D.  KRITERIA DESAIN PENELITIAN
Suatu desain penelitian yang baik tentu memiliki kriteria tertentu. Kriteria di sini dimaksudkan agar desain penelitian tersebut dapat memandu peneliti memperoleh hasil penelitian yang valid dan bermutu. Secara umum kriteria desain penelitian mencakup kategori reliabilitas dan validitas suatu penelitian. Selain itu, Fred N. Kerlinger menambahkan kriteria: (a) apakah menjawab pertanyaan penelitian?, (b) kontrol terhadap variabel bebas ekstra, (c) kemungkinan generalisasi.[15] Menurut penulis, kriteria (b) dan (c) tersebut lebih pas diterapkan pada desain penelitian yang digunakan oleh pendekatan penelitian kuantitatif, seperti metode eksperimen dan metode survei.

E.  TIPE-TIPE DESAIN PENELITIAN
Sebagaimana yang telah penulis sebutkan di atas bahwa desain penelitian antara satu metode penelitian dengan metode penelitian lainnya memiliki perbedaan. Perbedaan ini merupakan ciri khas masing-masing metode, dikarenakan perbedaan pendekatan penelitian maupun rumusan masalah penelitiannya.
Di bawah ini penulis uraikan beberapa tipe-tipe desain penelitian berdasarkan pada beberapa metode penelitian yang digunakan, sebagai berikut:
a.    Desain Penelitian Deskriptif. Desain penelitian ini biasanya digunakan untuk melukiskan secara sistematis satu fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual faktual dan cermat. Misalnya meneliti pendapat umum atau polling terhadap jumlah anak putus sekolah di DKI Jakarta tahun 2006.
b.    Desain Korelasional. Desain penelitian ini digunakan untuk menggambarkan hubungan antar dua variabel atau lebih. Misalnya mencari hubungan antara variabel X dan Y.
c.    Desain Eksperimental. Kita dapat mengategorikan desain eksperimental berdasarkan prosedur kontrol atau jumlah kelompok yang diteliti. Berdasarkan prosedur kontrol kita mengklasifikasikan empat desain: desain dirandom, desain di blok atau dijodohkan, desain faktorial, dan desain kovarian. Berdasarkan jumlah kelompok, ada desain satu kelompok saja (one-group design), desain dua kelompok (two-group design), dan desain lebih dari dua kelompok (multi-group desain).[16]
d.    Desain Penelitian Studi Kasus. Dalam penelitian studi kasus terdapat empat tipe desain penelitian, yaitu (1) single-case (holistic) design, (2) single-case (embedded) design, (3) multiple-case (holistic) design, (4) multiple-case (embedded) design.[17]

F.  PENYUSUNAN DESAIN PENELITIAN
Setelah mengidentifikasi dan merumuskan masalah penelitian dan menyelesaikan reviu kepustakaan, peneliti kemudian perlu mengembangkan desain penelitian (research design), yakni rencana atau strategi untuk melaksanakan penelitian. Pada dasarnya desain penelitian adalah deskripsi runtutan logis langkah-langkah penelitian yang mengaitkan data empiris yang akan dikumpulkan dengan pertanyaan awal penelitian. Seringkali desain penelitian selain dipaparkan secara naratif, juga dideskripsikan secara visual dalam bentuk bagan agar terkomunikasikan secara jelas.
Penelitian empiris perlu memiliki desain penelitian yang eksplisit, yang secara kasat mata memperlihatkan rencana tindakan (action plan) dari “sini” ke “sana”, dimana “sini” diartikan sebagai pertanyaan penelitian untuk dijawab, dan “sana” adalah jawaban terhadap pertanyaan (kesimpulan). Di antara sini dan sana harus dikembangkan sejumlah langkah-langkah, termasuk pengumpulan dan analisis data relevan.
Desain penelitian dapat dipandang sebagai cetak biru (blueprint) penelitian. Sebagai sebuah rencana, desain penelitian mencakup hal-hal seperti subyek penelitian, penyusunan alat pengumpul data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan akitivitas-aktivitas lain yang menggambarkan langkah dalam proses penelitian. Desain penelitian sangat penting peranannya dalam penelitian. Analisis data yang berkualitas tinggi (misalnya dengan statistika yang kompleks dan software komputer canggih) sekalipun tak akan dapat memperbaiki error mendasar dalam desain penelitian. Desain penelitian yang baik sangat membantu peneliti dalam memahami dan menafsirkan hasil studi dan menjamin bahwa peneliti mendapatkan hasil yang berguna.
Desain penelitian berbeda untuk tipe penelitian yang berbeda. Oleh karenanya desain penelitian kualitatif dan desain penelitian kuantitatif perlu dibahas secara terpisah.

1.  Desain Penelitian Kualitatif.
Peneliti kualitatif melakukan penelitian dalam setting alami, tidak memanipulasi atau mempengaruhi situasi. Sehingga desain penelitian cukup fleksibel dan toleran terhadap penyesuaian sepanjang pelaksanaan penelitian. Oleh karenanya desain penelitian kualitatif sering disebut desain kerja (working design).
Desain kerja adalah rencana awal untuk sebuah pelaksanaan penelitian, yang di dalamnya diputuskan tentang subyek penelitian, situs yang dipelajari, lama waktu pengumpulan data, variable-variabel yang diperhatikan. Misalnya, ketika memperhatikan angka drop-out, sekolah-sekolah khusus yang tepat harus diidentifikasi. Sekolah tidak dipilih secara acak melainkan dipilih karena karakteristiknya, misalnya sekolah dipilih karena dipandang sebagai sekolah dengan angka dropout tinggi. Proses ini disebut purposive sampling, yang berati bahwa unit-unit (sekolah dipilih karena karakteristiknya bersesuaian dengan fenomena yang diselidiki, bukan secara acak). Keputusan yang dibuat tentang siapa yang akan diinterviu atau diamati, misalnya siswa, guru, guru BP juga purposif sifatnya, jadi dapat saja berubah atau berkembang dalam perjalanan sesuai dengan keperluan penggalian informasi. Sekalipun dalam pelaksanaan penelitian kualitatif penyesuaian-penyesuaian senantiasa dilakukan, namun demikian desain kerja sebagai rencana awal tentunya perlu disusun.
a.  Hipotesis kerja
Penelitian kualitatif menggunakan model induksi, yang berarti bahwa pengumpulan data diawali tanpa teori atau hipotesis yang mengarahkannya. Namun demikian peneliti pasti terpengaruhi oleh latar belakang pengetahuan, pandangan, pengalaman masing-masing, serta informasi yang tersedia tentang masalah penelitian. Oleh karenanya peneliti pergi ke lapangan dengan sejumlah pertanyan dan hipotesis (dugaan-dugaan) yang diantisipasi sebelumnya. Namun demikian sepanjang pengumpulan dan analisis data, pertanyaan, hipotesis-hipotesisnya tadi dapat direviu, dibatalkan, atau diperluas. Sebagai contoh, ketika menyelidiki apa sebab suatu SMA berhasil meloloskan sebagaian besar siswanya ke peguruan tinggi ternama (“SMA berhasil”), peneliti pergi ke lapangan dengan hipotesis bahwa siswa sekolah itu pasti pempunyai kecerdasan di atas rata-rata anak seusianya, kapasitas ekonomi orang tuanya menengah ke atas, fasilitas pendidikan yang lebih baik, pembelajaran yang efektif, dan sebagainya. Selama proses penelitian di antara hipotesis-hipotesis itu mungkin ada yang terbukti, digugurkan, atau dibuat lebih spesifik, tergantung pada informasi-informasi yang berhasil dikumpulkan.

b.  Pengumpulan Data
Pertama yang diperlukan adalah akses pada sumber data dan menetapkan peran peneliti (participant observer atau hanya pengamat). Metode pengumpulan data mencakup observasi, interviu, pengumpulan dan reviu dokumen. Dalam kasus “SMA berhasil” peneliti dapat melakukan:
§ Interviu Kepala Sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang pengelolaan pembelajaran siswa yang dilakukan.
§ Interviu siswa untuk menggali informasi tentang bagaimana mereka belajar dan apa faktor-faktor yang memotivasi mereka belajar.
§  Interviu guru untuk mengetahui bagaimana usaha siswa belajar.
§ Mengamati proses pembelajaran untuk mengetahui metode dan pendekatan mengajar yang diterapkan guru, dan sikap siswa dalam proses pembelajaran.
 § Observasi ruang-ruang belajar untuk mengetahui kondisi fasilitas belajar dan bagaimana fasilitas itu dimanfaatkan.
§ Interviu orang tua siswa untuk memperoleh informasi tentang bagaimana siswa belajar di rumah.
§ Analis dokumen yang memuat data personal siswa, latar belakang sekolah, prestasi belajar pada jenjang pendidikan sebelumnya, dll.
Rekaman data penelitian kualitatif dipenuhi banyak protokol observasi dan interviu, serta dokumen. Disarankan untuk menyimpan catatan tentang apa yang peneliti lakukan dan apa yang peneliti pikirkan tentang apa yang diamatinya (catatan lapangan atau fieldnotes). Tulisan-tulisan itu dapat pula mencakup kemungkinan bias pribadi peneliti, perubahan desain kerja, dan hipotesis baru yang disarankan oleh data.

d.  Analisis dan interpretasi data
Analisis data penelitian kualitatif dimulai segera setelah pengumpulan data dimulai, karena peneliti secara terus menerus mengecek hipotesis kerjanya. Makin lama penelitian dilakukan, data yang dikumpulkan makin kurang, tetapi pada saat yang sama analisis semakin banyak dihasilkan.
Pada analisis data kualitatif, pembandingan perlu dilakukan terhadap teori awal atau hipotesis kerja. Tahap awal pengumpulan data dapat menyarankan suatu hipotesis atau teori. Dengan semakin banyak data yang dikumpulkan, akan dipastikan apakah hipotesis dan teori yang dipikirkan tadi tadi ditunjang, ditolak, atau dikembangkan. Prosedur triangulasi (mencari sumber-sumber data lain) perlu dilakukan untuk lebih meyakinkan penolakan atau penerimaan hipotesis atau teori tersebut. Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses kategorisasi, deskripsi, dan sintesis.
Desain Kerja
 § Penetapan Subyek
 
§ Seleksi situs
 
§ Durasi studi (kerangka waktu)
Hipotesis Kerja
 
§ Variabel-variabel yang mungkin diidentifikasi 
 § Masalah-masalah yang dibayangkan sebelumnya
Pengumpulan Data
 
§ Pertanyaan-pertanyaan penelitian 
 § Interviu Analisis dan Interpretasi data
 
§ Observasi
 
§ Reduksi data
 § Pengumpulan dokumen
 
§ Organisasi data
 
§ Pengujian hipotesis dan teori
 
§ Deskripsi
  1. Desain Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif pada dasarnya mencari hubungan kausal, dalam bentuk eksperimental (dalam banyak kasus berupa quasi-experimental) atau asosiasi (korelasional) dalam rangka menjelaskan relasi antarfenomena. Desain studi kuantitatif selalu menghadapi tiga persoalan mendasar, yakni pengukuran, pengendalian (control) dan keterwakilan (representative). Hal-hal ini harus dipecahkan secara tuntas dalam tahap perancangan jika penelitian ingin menghasilkan kesimpulan yang dapat diterima (acceptable) oleh umum. Kualitas data bergantung pada alat ukur dan prosedur pengukuran. Oleh karenanya jenis alat ukur, bagaimana dikembangkan, bagaimana alat ukur itu diuji keabsahannya (validitas), penting untuk diungkapkan dalam desain penelitian. Pengendalian ditujukan agar relasi kausal antar variable tergantung dan variable bebas yang sedang diteliti dapat disimpulkan secara pasti, terbebas dari bias-bias akibat adanya faktor lain yang dapat berpengaruh. Oleh karenanya bagaimana faktor lain dikendalikan dalam studi kuantitatif perlu dipaparkan dalam desain penelitian. Representasi (kerepresentatifan) suatu sampel menjadi penting dalam studi kuantitatif karena studi ini berusaha menarik generalisasi untuk lingkup populasi berdasarkan fenomena dalam lingkup sampel. Oleh karenanya teknik sampling sangat penting untuk dikemukakan dalam desain penelitian.
Salah satu tujuan desain dalam penelitian kuantitatif adalah mengontrol variable-variabel luar (extraneous varuable) yang potensial berpengaruh. Hal ini dilakukan melalui pembatasan kondisi penelitian, yang disebut juga pengendalian variable. Pengendalian variabel dapat dilakukan melalui: (1) randomisasi, (2) memasukan kondisi atau faktor-faktor luar ke dalam desain sebagai variable bebas, (3) membuat kondisi-kondisi atau faktor-faktor luar tadi konstan, (4) pengendalian secara statistika.
Karakteristik Desain penelitian yang baik dalam penelitian kuantitatif adalah: (1) bebas dari bias, (2) keterpisahan variable-variabel, (3) pengendalian terhadap variabel extraneous, (4) presisi statistika untuk pengujian hipotesis.

  BAB III
PENUTUP

A.  Simpulan
Riset yang baik perlu dirancang aktivitas dan sumberdayanya dengan baik pula. Rancangan riset atau desain riset adalah rencana dari struktur riset yang mengarahkan proses dan hasil riset sedapat mungkin menjadi valid, objektif, efisien dan efektif.
Riset yang baik memiliki tingkat kekuatan pengujian (power of the test) yang tinggi, yang dapat ditingkatkan dengan:
1. Meningkatkan ukuran sampel
2. Memperkecil alpha

B.  Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang menempuh mata kuliah Metodologi Penelitian. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.




[1] M. Jamiluddin Ritonga, Riset Kehumasan, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. 2004), 32-33
[2] Fred N. Kerlinger, Asas-Asas Penelitian Behavioral, Edisi Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993), 483
[3] Robert K. Yin, Case Study Research Design and Methods, Revised Edition, volume 5, (New Delhi: Sage Publications, Inc,1989), 29
[4] J. Vredenbregt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia. 1984), 27-28
[5] Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remadja Karya CV, 1989), 29
[6] Fred N. Kerlinger,  Asas-Asas Penelitian, 483
[7] Robert K. Yin, Case Study Research, 20
[8] J. Vredenbregt, Metode dan Teknik, 27
[9] Roger D.Wimmer, Joseph R. Dominick, Mass Media Research An Introduction, Belmont, (California: Wadsworth Publishing Company. 1983), 47
[10] Roger D.Wimmer, Joseph R. Dominick, Mass Media Research, 47
[11] Thomas R. Lindlof, Qualitative Communication Research Methods, volume 3, (New Delhi: Sage Publications, Inc. 1995), 63-65
[12] M. Jamiluddin Ritonga, Riset, 32
[13] Roger D.Wimmer, Joseph R. Dominick, Mass Media Research, 47
[14] Robert K. Yin, Case Study Research, 29
[15] Fred N. Kerlinger,  Asas-Asas Penelitian, 518-524
[16] Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian, 51
[17] Robert K. Yin, Case Study Research, 46

No comments:

Post a Comment

MAKALAH VARIABEL DAN HIPOTESA PENELITIAN

VARIABEL DAN HIPOTESA PENELITIAN PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan pada hakekatnya muncul karena adanya rasa ingin tahu yang tinggi d...