BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam melakukan penelitian salah
satu hal yang penting ialah membuat desain penelitian. Desain penelitian
bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah
berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Tanpa desain yang benar seorang peneliti tidak akan
dapat melakukan penelitian dengan baik karena yang bersangkutan tidak mempunyai
pedoman arah yang jelas.
Agar tercapai pembuatan desain
yang benar, maka peneliti perlu menghindari sumber potensial kesalahan dalam
proses penelitian secara keseluruhan. Kesalahan-kesalahan tersebut ialah:
a.
Kesalahan Dalam Perencanaan
Kesalahan
dalam perencanaan dapat terjadi saat peneliti membuat kesalahan dalam menyusun
desain yang akan digunakan untuk mengumpulkan informasi. Kesalahan ini dapat
terjadi pula bila peneliti salah dalam merumuskan masalah. Kesalahan dalam
merumuskan masalah akan menghasilkan infromasi yang tidak dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang sedang diteliti. Cara mengatasi kesalahan ini ialah
mengembangkan proposal yang baik dan benar yang secara jelas menspesifikasikan
metode dan nilai tambah penelitian yang akan dijalankan.
b.
Kesalahan Dalam Pengumpulan Data
Kesalahan
dalam pengumpulan data terjadi pada saat peneliti melakukan kesalahan dalam
proses pengumpulan data di lapangan. Kesalahan ini dapat memperbesar tingkat
kesalahan yang sudah terjadi dikarenakan perencanaan yang tidak matang. Untuk
menghindari hal tersebut data yang dikoleksi harus merupakan represntasi dari
populasi yang sedang diteliti dan metode pengumpulan datanya harus dapat
menghasilkan data yang akurat. Cara mengatasi kesalahan ini ialah kehati-hatian
dan ketepatan dalam menjalankan desain penelitian yang sudah dirancang dalam
proposal.
c.
Kesalahan Dalam Melakukan Analisa
Kesalahan
dalam melakukan analisa dapat terjadi pada saat peneliti salah dalam memilih
cara menganalisa data. Selanjutnya, kesalahan ini disebabkan pula adanya
kesalahan dalam memilih teknik analisa yang sesuai dengan masalah dan data yang
tersedia. Cara mengatasi masalah ini ialah buatlah justifikasi prosedur analisa
yang digunakan untuk menyimpulkan dan memanipulasi data.
d.
Kesalahan Dalam Pelaporan
Kesalahan
dalam pelaporan terjadi jika peneliti membuat kesalahan dalam
menginterprestasikan hasil-hasil penelitian. Kesalahan seperti ini terjadi pada
saat memberikan makna hubungan-hubungan dan angka-angka yang diidentifikasi
dari tahap analisa data. Cara mengatasi kesalahan ini ialah hasil analisa data
diperiksa oleh orang-orang yang benar-benar ahli dan menguasai masalah hasil
penelitian tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DESAIN PENELITIAN
Desain artinya
rencana, tetapi apabila dikaji lebih lanjut kata itu dapat berarti pula pola,
potongan, bentuk, model, tujuan dna maksud. Penyusunan desain atau rancangan
penelitian diarahkan oleh komponen-komponen penelitian yang telah dirumuskan
terlebih dahulu. M. Jamiluddin Ritonga mengatakan bahwa seluruh komponen
penelitian harus terjalin secara serasi dan tertib.[1]
Sedangkan Fred N. Kerlinger mendefinisikan bahwa desain penelitian adalah
rencana dan struktur penyelidikan yang disusun demikian rupa sehingga peneliti
akan dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.[2]
Jadi dapat dikatakan
bahwa pengertian desain penelitian adalah jalinan logis, terencana dan
terstruktur antara komponen-komponen penelitian mulai dari pertanyaan
penelitian hingga ke kesimpulan penelitian. Desain penelitian suatu penelitian
harus lengkap dan jelas di mana peneliti akan secara konsisten, tertib dan
terarah menjalankan penelitiannya.
Robert K. Yin
menyimpulkan bahwa desain penelitian adalah semacam “cetak-biru” suatu
penelitian, yang berkaitan dengan persoalan logikal yang dihadapi peneliti
dalam menyusun desain penelitiannya, yaitu apa pertanyaan penelitiannya, apa
data yang relevan, apa data yang dikumpulkan, dan bagaimana menganalisis
hasilnya.[3]
Sementara J. Vredenbregt
mengatakan bahwa masalah desain penelitian mempunyai tujuan untuk memberi suatu
pertanggung jawab terhadap semua langkah yang akan diambil dalam rangka
menyelesaikan suatu masalah (masalah penelitian) secara efektif. Lebih lanjut
dikatakan J. Vredenbregt bahwa suatu desain penelitian menjelaskan keputusan
metodis, operasionil dan organisatoris yang dibuat dengan tujuan untuk
mengadakan suatu penelitian serelevan dan seekonomis mungkin.[4]
Jalaluddin Rakhmat menambahkan bahwa desain penelitian menentukan validnya
penelitian.[5]
Untuk itu, menurut Fred N. Kerlinger desain penelitian mempunyai dua maksud
atau kegunaan mendasar yaitu (1) menyediakan jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan penelitian, dan (2) mengontrol atau mengendalikan varian.[6]
Menurut penulis,
kegunaan penelitian yang nomor dua tersebut lebih ditujukan untuk desain
penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dalam penelitiannya.
Misalnya metode eksperimen. Sementara untuk penelitian yang menggunakan
pendekatan kualitatif, misalnya studi kasus, menurut Robert K.
Yin peneliti hanya
memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki kontrol terhadap fenomena
kontemporer yang sedang diselidikinya.[7]
Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa desain penelitian:
- sebagai
cetak-biru yang memandu peneliti dalam proses mengumpulkan, menganalisis,
dan menyajikan hingga menyimpulkan jawaban terhadap pertanyaan penelitian
- disusun
secara terencana dan terstruktur dalam rangka menyelesaikan suatu masalah
penelitian secara efektif,
- tersusun
berdasarkan komponen-komponen penelitian secara lengkap dan jelas, teratur
dan tertib,
- menjelaskan
keputusan metodis, operasional, dan organisatoris,
- untuk
memberi pertanggung jawaban terhadap penyelesaian masalah penelitian
secara relevan dan ekonomis, dan
- menentukan
validnya penelitian.
Selain itu,
berkaitan dengan rancangan penelitian, J. Vredenbregt menyimpulkan bahwa dengan
demikian maka setiap penelitian didasarkan atas suatu masalah dan pada
perumusan masalah tersebut kita dapat memakai sebagai titik tolak beberapa
pendekatan yang berbeda. Ini berarti, desain penelitian dapat berbeda bergantung
pada pendekatan penelitian dari suatu rumusan masalah penelitian. Pada
pendekatan penelitian kuantitatif, desain penelitian disusun mengikuti
mekanisme prosedur penelitian dalam pendekatan penelitian ini. Demikian juga
halnya dengan pendekatan penelitian kualitatif. Namun yang perlu menjadi
perhatian utama peneliti adalah apa rumusan masalah penelitiannya. Karena
melalui rumusan masalah penelitian dapat disusun apa desain penelitiannya.[8]
Jadi yang terpenting
dalam menyusun desain penelitian adalah bagaimana peneliti menentukan
metodologi yang digunakan berdasarkan pada masalah penelitian yang akan
dikajinya. Singkatnya, peneliti dalam mencari jawaban terhadap masalah
penelitiannya harus konsisten dengan prosedur penelitian secara metodologis.
B. KARAKTERISTIK DESAIN
PENELITIAN
Menurut Roger D.Wimmer,
dan Joseph R. Dominick terdapat empat karakteristik desain penelitian yang
harus diperhatikan jika suatu penelitian menginginkan hasil yang reliabel dan
valid.[9]
Karakteristik tersebut penulis terjemahkan sebagai berikut:
- Setting
penelitian bersifat alamiah (naturalistic). Agar hasil penelitian memiliki
validitas eksternal, maka penelitian harus dijalankan berdasarkan pada
kondisi lingkungan yang lazim/normal. Artinya bahwa jika memungkinkan
subyek seharusnya tidak menyadari adanya situasi penelitian; bahwa
fenomena yang dianalisis bersifat tunggal (in a single session); dan bahwa
variabel/peubah yang bersifat lazim, seperti suara (noise), seharusnya
menjadi bagian penelitian. Juga, penelitian jangka panjang (long-term)
harus lebih kondusif bagi suasana alamiah daripada penelitian jangka
pendek (short-term).
- Hubungan
sebab dan akibat yang jelas. Peneliti harus membuat setiap upaya untuk
menyingkirkan hubungan variabel bebas atau pun terikat yang bersifat pengganggu
atau palsu. Peneliti dapat menyajikan hasil penelitiannya dengan beberapa
tingkat kepercayaan jika dan jika hanya keseluruhan dampak yang
mengacaukan teridentifikasi.
- Pengukuran
yang valid dan tidak menonjol (unobtrusive). Seharusnya tidak ada keterkaitan
yang dapat dipersepsi antara komunikasi yang menyajikan subyek dan alat
pengukuran yang digunakan. Subyek cenderung menjawab pertanyaan secara
berbeda jika ia dapat mengidentifikasi tujuan penelitian. Juga, penelitian
seharusnya dirancang untuk menaksir dampak baik segera maupun jangka
panjang pada subyek. Untuk meyakinkan validitas pengukuran yang digunakan,
suatu sampel harus cukup besar untuk membolehkan deteksi terhadap dampak
atau perubahan-perubahan kecil. Varibel terikat seharusnya dipilih berdasarkan
landasan relevansinya dengan penelitian dan pengetahuan peneliti
tentangnya, bukan pada pilihan untuk menyenangkan penelitian.
- Realisme.
Suatu desain penelitian sepenuhnya harus realistik (masuk akal). Ini
berarti, penelitian memerlukan pertimbangan yang hari-hati terhadap
ketersediaan waktu, uang, personil yang menjalankan penelitian, dan
peneliti yang berkompeten dalam mengusulkan metodologi penelitian dan
analisis statistik.
Peneliti, selain
memperhatikan karakteristik desain penelitian di atas, secara metodologis pun
ia perlu melakukan uji coba atau studi pendahuluan (pilot study) terhadap
seluruh proses penelitiannya. Misalnya, melalui studi pendahuluan, peneliti
akan dapat mengetahui apakah muncul kesalahan (errors) pada desain penelitiannya.
Sebagaimana yang dikatakan Roger D.Wimmer, dan Joseph R. Dominick bahwa a pilot
study is a small-scale version of the planned study and is designed to check
for errors in the research design, measurement instrument(s), or equipment
used.[10]
Sementara itu untuk
penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif memiliki karakteristik desain
penelitian yang berbeda secara signifikan, Thomas R. Lindlof menyebutnya
berbeda secara radikal dengan pendekatan kuantitatif. Berikut ini penulis
uraiakan secara singkat karakteristik desain penelitian untuk penelitian
pendekatan kualitatif menurut Thomas R. Lindlof, yaitu:
- Suatu
cara mengartikulasikan pertanyaan yang bersifat memaksa dan dapat diteliti
yang menonjol bagi satu atau lebih khalayak.
- Peneliti
kualitatif mengembangkan solusi desain yang unik bagi setiap proyeknya.
- Untuk
mengontrol ketidaktentuan, peneliti kualitatif dapat menjalankan latihan
di lapangan.
- Peneliti
kualitatif mempertimbangkan tiga hal berikut:
a. Formulasi pertanyaan dalam
bentuk yang banyak adalah inti gambaran desain dan memulai suatu kajian.
b. Setiap penggalan dan situasi
menyajikan sesuatu keluwesan strategi unik yang menjadi bagian peneliti, tidak
pernah-sebelum-bentuk konfigurasi pada
c. Peneliti membagi kendali dalam
penggalan penelitian dalam memahami aturan dan makna kehidupan sosial dari sisi
dalam.[11]
C.
KOMPONEN DESAIN PENELITIAN
Dalam penelitian
yang menggunakan pendekatan kuantitatif, desain penelitian diarahkan oleh
variabel-variabel penelitian yang telah diidentifikasi oleh hipotesis yang akan
diuji kebenarannya.[12]
Demikian pula yang dikatakan Roger D.Wimmer, dan Joseph R. Dominick bahwa all
procedures, including variables, samples, and questionnaire instrument, must be
selected or designed in light of their appropriateness to the hypotheses or
research question, and all items must be planned in advance.[13]
Jadi komponen desain
penelitian meliputi pertanyaan penelitian, hipotesis, variabel-variabel
penelitian.
Sementara untuk
penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, khususnya studi kasus, Robert
K. Yin menyebutkan ada lima komponen desain penelitian, yaitu (a) a study’s
questions; (b) its proposition, if any; (c) its unit(s) of analysis; (d) the
logic linking the data to the propositions; and (e) the criteria for
interpreting the findings.[14]
D.
KRITERIA DESAIN PENELITIAN
Suatu desain
penelitian yang baik tentu memiliki kriteria tertentu. Kriteria di sini
dimaksudkan agar desain penelitian tersebut dapat memandu peneliti memperoleh
hasil penelitian yang valid dan bermutu. Secara umum kriteria desain penelitian
mencakup kategori reliabilitas dan validitas suatu penelitian. Selain itu, Fred
N. Kerlinger menambahkan kriteria: (a) apakah menjawab pertanyaan penelitian?,
(b) kontrol terhadap variabel bebas ekstra, (c) kemungkinan generalisasi.[15]
Menurut penulis, kriteria (b) dan (c) tersebut lebih pas diterapkan pada desain
penelitian yang digunakan oleh pendekatan penelitian kuantitatif, seperti
metode eksperimen dan metode survei.
E.
TIPE-TIPE DESAIN PENELITIAN
Sebagaimana yang
telah penulis sebutkan di atas bahwa desain penelitian antara satu metode
penelitian dengan metode penelitian lainnya memiliki perbedaan. Perbedaan ini
merupakan ciri khas masing-masing metode, dikarenakan perbedaan pendekatan
penelitian maupun rumusan masalah penelitiannya.
Di bawah ini penulis
uraikan beberapa tipe-tipe desain penelitian berdasarkan pada beberapa metode
penelitian yang digunakan, sebagai berikut:
a. Desain Penelitian Deskriptif.
Desain penelitian ini biasanya digunakan untuk melukiskan secara sistematis satu
fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual
faktual dan cermat. Misalnya meneliti pendapat umum atau polling terhadap
jumlah anak putus sekolah di DKI Jakarta tahun 2006.
b. Desain Korelasional. Desain
penelitian ini digunakan untuk menggambarkan hubungan antar dua variabel atau
lebih. Misalnya mencari hubungan antara variabel X dan Y.
c. Desain Eksperimental. Kita dapat
mengategorikan desain eksperimental berdasarkan prosedur kontrol atau jumlah
kelompok yang diteliti. Berdasarkan prosedur kontrol kita mengklasifikasikan
empat desain: desain dirandom, desain di blok atau dijodohkan, desain
faktorial, dan desain kovarian. Berdasarkan jumlah kelompok, ada desain satu
kelompok saja (one-group design), desain dua kelompok (two-group design), dan
desain lebih dari dua kelompok (multi-group desain).[16]
d. Desain Penelitian Studi Kasus.
Dalam penelitian studi kasus terdapat empat tipe desain penelitian, yaitu (1)
single-case (holistic) design, (2) single-case (embedded) design, (3) multiple-case
(holistic) design, (4) multiple-case (embedded) design.[17]
F. PENYUSUNAN DESAIN PENELITIAN
Setelah
mengidentifikasi dan merumuskan masalah penelitian dan menyelesaikan reviu
kepustakaan, peneliti kemudian perlu mengembangkan desain penelitian (research
design), yakni rencana atau strategi untuk melaksanakan penelitian. Pada
dasarnya desain penelitian adalah deskripsi runtutan logis langkah-langkah
penelitian yang mengaitkan data empiris yang akan dikumpulkan dengan pertanyaan
awal penelitian. Seringkali desain penelitian selain dipaparkan secara naratif,
juga dideskripsikan secara visual dalam bentuk bagan agar terkomunikasikan
secara jelas.
Penelitian empiris
perlu memiliki desain penelitian yang eksplisit, yang secara kasat mata
memperlihatkan rencana tindakan (action plan) dari “sini” ke “sana”, dimana
“sini” diartikan sebagai pertanyaan penelitian untuk dijawab, dan “sana” adalah
jawaban terhadap pertanyaan (kesimpulan). Di antara sini dan sana harus dikembangkan sejumlah
langkah-langkah, termasuk pengumpulan dan analisis data relevan.
Desain penelitian
dapat dipandang sebagai cetak biru (blueprint) penelitian. Sebagai sebuah
rencana, desain penelitian mencakup hal-hal seperti subyek penelitian,
penyusunan alat pengumpul data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,
dan akitivitas-aktivitas lain yang menggambarkan langkah dalam proses
penelitian. Desain penelitian sangat penting peranannya dalam penelitian.
Analisis data yang berkualitas tinggi (misalnya dengan statistika yang kompleks
dan software komputer canggih) sekalipun tak akan dapat memperbaiki error
mendasar dalam desain penelitian. Desain penelitian yang baik sangat membantu
peneliti dalam memahami dan menafsirkan hasil studi dan menjamin bahwa peneliti
mendapatkan hasil yang berguna.
Desain penelitian
berbeda untuk tipe penelitian yang berbeda. Oleh karenanya desain penelitian
kualitatif dan desain penelitian kuantitatif perlu dibahas secara terpisah.
1. Desain Penelitian Kualitatif.
Peneliti kualitatif
melakukan penelitian dalam setting alami, tidak memanipulasi atau mempengaruhi
situasi. Sehingga desain penelitian cukup fleksibel dan toleran terhadap
penyesuaian sepanjang pelaksanaan penelitian. Oleh karenanya desain penelitian
kualitatif sering disebut desain kerja (working design).
Desain kerja adalah
rencana awal untuk sebuah pelaksanaan penelitian, yang di dalamnya diputuskan
tentang subyek penelitian, situs yang dipelajari, lama waktu pengumpulan data,
variable-variabel yang diperhatikan. Misalnya, ketika memperhatikan angka drop-out,
sekolah-sekolah khusus yang tepat harus diidentifikasi. Sekolah tidak dipilih
secara acak melainkan dipilih karena karakteristiknya, misalnya sekolah dipilih
karena dipandang sebagai sekolah dengan angka dropout tinggi. Proses ini
disebut purposive sampling, yang berati bahwa unit-unit (sekolah dipilih karena
karakteristiknya bersesuaian dengan fenomena yang diselidiki, bukan secara
acak). Keputusan yang dibuat tentang siapa yang akan diinterviu atau diamati,
misalnya siswa, guru, guru BP juga purposif sifatnya, jadi dapat saja berubah
atau berkembang dalam perjalanan sesuai dengan keperluan penggalian informasi.
Sekalipun dalam pelaksanaan penelitian kualitatif penyesuaian-penyesuaian
senantiasa dilakukan, namun demikian desain kerja sebagai rencana awal tentunya
perlu disusun.
a. Hipotesis kerja
Penelitian kualitatif
menggunakan model induksi, yang berarti bahwa pengumpulan data diawali tanpa
teori atau hipotesis yang mengarahkannya. Namun demikian peneliti pasti
terpengaruhi oleh latar belakang pengetahuan, pandangan, pengalaman
masing-masing, serta informasi yang tersedia tentang masalah penelitian. Oleh
karenanya peneliti pergi ke lapangan dengan sejumlah pertanyan dan hipotesis
(dugaan-dugaan) yang diantisipasi sebelumnya. Namun demikian sepanjang
pengumpulan dan analisis data, pertanyaan, hipotesis-hipotesisnya tadi dapat
direviu, dibatalkan, atau diperluas. Sebagai contoh, ketika menyelidiki apa
sebab suatu SMA berhasil meloloskan sebagaian besar siswanya ke peguruan tinggi
ternama (“SMA berhasil”), peneliti pergi ke lapangan dengan hipotesis bahwa
siswa sekolah itu pasti pempunyai kecerdasan di atas rata-rata anak seusianya,
kapasitas ekonomi orang tuanya menengah ke atas, fasilitas pendidikan yang
lebih baik, pembelajaran yang efektif, dan sebagainya. Selama proses penelitian
di antara hipotesis-hipotesis itu mungkin ada yang terbukti, digugurkan, atau
dibuat lebih spesifik, tergantung pada informasi-informasi yang berhasil
dikumpulkan.
b. Pengumpulan Data
Pertama yang diperlukan adalah
akses pada sumber data dan menetapkan peran peneliti (participant observer atau
hanya pengamat). Metode pengumpulan data mencakup observasi, interviu,
pengumpulan dan reviu dokumen. Dalam kasus “SMA berhasil” peneliti dapat
melakukan:
§ Interviu Kepala Sekolah untuk
mengumpulkan informasi tentang pengelolaan pembelajaran siswa yang dilakukan.
§ Interviu siswa untuk menggali
informasi tentang bagaimana mereka belajar dan apa faktor-faktor yang
memotivasi mereka belajar.
§ Interviu guru untuk mengetahui bagaimana usaha
siswa belajar.
§ Mengamati proses pembelajaran
untuk mengetahui metode dan pendekatan mengajar yang diterapkan guru, dan sikap
siswa dalam proses pembelajaran.
§ Observasi ruang-ruang belajar untuk mengetahui
kondisi fasilitas belajar dan bagaimana fasilitas itu dimanfaatkan.
§ Interviu orang tua siswa untuk
memperoleh informasi tentang bagaimana siswa belajar di rumah.
§ Analis dokumen yang memuat data
personal siswa, latar belakang sekolah, prestasi belajar pada jenjang
pendidikan sebelumnya, dll.
Rekaman data penelitian
kualitatif dipenuhi banyak protokol observasi dan interviu, serta dokumen.
Disarankan untuk menyimpan catatan tentang apa yang peneliti lakukan dan apa
yang peneliti pikirkan tentang apa yang diamatinya (catatan lapangan atau fieldnotes).
Tulisan-tulisan itu dapat pula mencakup kemungkinan bias pribadi peneliti,
perubahan desain kerja, dan hipotesis baru yang disarankan oleh data.
d. Analisis dan interpretasi data
Analisis data penelitian
kualitatif dimulai segera setelah pengumpulan data dimulai, karena peneliti
secara terus menerus mengecek hipotesis kerjanya. Makin lama penelitian
dilakukan, data yang dikumpulkan makin kurang, tetapi pada saat yang sama
analisis semakin banyak dihasilkan.
Pada analisis data kualitatif,
pembandingan perlu dilakukan terhadap teori awal atau hipotesis kerja. Tahap
awal pengumpulan data dapat menyarankan suatu hipotesis atau teori. Dengan
semakin banyak data yang dikumpulkan, akan dipastikan apakah hipotesis dan
teori yang dipikirkan tadi tadi ditunjang, ditolak, atau dikembangkan. Prosedur
triangulasi (mencari sumber-sumber data lain) perlu dilakukan untuk lebih
meyakinkan penolakan atau penerimaan hipotesis atau teori tersebut. Analisis
data dalam penelitian kualitatif merupakan proses kategorisasi, deskripsi, dan
sintesis.
Desain Kerja
§ Penetapan Subyek
§ Seleksi situs
§ Durasi studi (kerangka waktu)
Hipotesis Kerja
§ Variabel-variabel yang mungkin diidentifikasi
§ Seleksi situs
§ Durasi studi (kerangka waktu)
Hipotesis Kerja
§ Variabel-variabel yang mungkin diidentifikasi
§ Masalah-masalah yang dibayangkan sebelumnya
Pengumpulan Data
§ Pertanyaan-pertanyaan penelitian
Pengumpulan Data
§ Pertanyaan-pertanyaan penelitian
§ Interviu Analisis dan Interpretasi data
§ Observasi
§ Reduksi data
§ Observasi
§ Reduksi data
§ Pengumpulan dokumen
§ Organisasi data
§ Pengujian hipotesis dan teori
§ Deskripsi
§ Organisasi data
§ Pengujian hipotesis dan teori
§ Deskripsi
- Desain
Penelitian Kuantitatif
Penelitian
kuantitatif pada dasarnya mencari hubungan kausal, dalam bentuk eksperimental
(dalam banyak kasus berupa quasi-experimental) atau asosiasi (korelasional)
dalam rangka menjelaskan relasi antarfenomena. Desain studi kuantitatif selalu
menghadapi tiga persoalan mendasar, yakni pengukuran, pengendalian (control)
dan keterwakilan (representative). Hal-hal ini harus dipecahkan secara tuntas
dalam tahap perancangan jika penelitian ingin menghasilkan kesimpulan yang
dapat diterima (acceptable) oleh umum. Kualitas data bergantung pada alat ukur
dan prosedur pengukuran. Oleh karenanya jenis alat ukur, bagaimana
dikembangkan, bagaimana alat ukur itu diuji keabsahannya (validitas), penting
untuk diungkapkan dalam desain penelitian. Pengendalian ditujukan agar relasi
kausal antar variable tergantung dan variable bebas yang sedang diteliti dapat
disimpulkan secara pasti, terbebas dari bias-bias akibat adanya faktor lain
yang dapat berpengaruh. Oleh karenanya bagaimana faktor lain dikendalikan dalam
studi kuantitatif perlu dipaparkan dalam desain penelitian. Representasi
(kerepresentatifan) suatu sampel menjadi penting dalam studi kuantitatif karena
studi ini berusaha menarik generalisasi untuk lingkup populasi berdasarkan
fenomena dalam lingkup sampel. Oleh karenanya teknik sampling sangat penting
untuk dikemukakan dalam desain penelitian.
Salah satu tujuan
desain dalam penelitian kuantitatif adalah mengontrol variable-variabel luar
(extraneous varuable) yang potensial berpengaruh. Hal ini dilakukan melalui
pembatasan kondisi penelitian, yang disebut juga pengendalian variable.
Pengendalian variabel dapat dilakukan melalui: (1) randomisasi, (2) memasukan
kondisi atau faktor-faktor luar ke dalam desain sebagai variable bebas, (3)
membuat kondisi-kondisi atau faktor-faktor luar tadi konstan, (4) pengendalian
secara statistika.
Karakteristik Desain
penelitian yang baik dalam penelitian kuantitatif adalah: (1) bebas dari bias,
(2) keterpisahan variable-variabel, (3) pengendalian terhadap variabel
extraneous, (4) presisi statistika untuk pengujian hipotesis.
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Riset yang baik
perlu dirancang aktivitas dan sumberdayanya dengan baik pula. Rancangan riset
atau desain riset adalah rencana dari struktur riset yang mengarahkan proses
dan hasil riset sedapat mungkin menjadi valid, objektif, efisien dan efektif.
Riset yang baik
memiliki tingkat kekuatan pengujian (power of the test) yang tinggi, yang dapat
ditingkatkan dengan:
1. Meningkatkan ukuran sampel
2. Memperkecil alpha
B. Saran
Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang menempuh mata kuliah Metodologi
Penelitian. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mohon
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
[1] M. Jamiluddin Ritonga, Riset
Kehumasan, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. 2004), 32-33
[2] Fred N. Kerlinger, Asas-Asas
Penelitian Behavioral, Edisi Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1993), 483
[3] Robert K. Yin, Case
Study Research Design and Methods, Revised Edition, volume 5, (New Delhi: Sage
Publications, Inc,1989), 29
[4] J. Vredenbregt, Metode
dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia. 1984), 27-28
[5] Jalaluddin Rakhmat, Metode
Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remadja Karya CV, 1989), 29
[6] Fred N. Kerlinger, Asas-Asas Penelitian, 483
[7] Robert K. Yin, Case
Study Research, 20
[8] J. Vredenbregt, Metode
dan Teknik, 27
[9] Roger D.Wimmer, Joseph R.
Dominick, Mass Media Research An Introduction, Belmont, (California:
Wadsworth Publishing Company. 1983), 47
[10] Roger D.Wimmer, Joseph R.
Dominick, Mass Media Research, 47
[11] Thomas R. Lindlof, Qualitative
Communication Research Methods, volume 3, (New Delhi: Sage Publications,
Inc. 1995), 63-65
[12] M. Jamiluddin Ritonga, Riset,
32
[13] Roger D.Wimmer, Joseph R.
Dominick, Mass Media Research, 47
[14] Robert K. Yin, Case
Study Research, 29
[15] Fred N. Kerlinger, Asas-Asas Penelitian, 518-524
[16] Jalaluddin Rakhmat, Metode
Penelitian, 51
[17] Robert K. Yin, Case
Study Research, 46

No comments:
Post a Comment