Tuesday, October 17, 2017

MAKALAH I’JAZUL QUR’AN

I’JAZUL QUR’AN

A.  PENDAHULUAN
Al-qur’an memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para ahli bahasa dan sastra arab untuk membuat suatu tandingan bagi al-qur’an, baik mengenai lafadz maupun isinya. Tantangan al-qur’an berlaku terhadap siapapun sampai hari kiamat. Namun ternyata sejarah membuktikan bahwa al-qur’an tidak pernah dapat tertandingi, apalagi pada masa sekarang atau pada masa yang akan dating saat bahasa arabnilai dan mutu sastranya tidak setinggi dan seindah sastra masa al-qur’an diturunkan, karena susunan al-qur’an itu memang bukan ciptaan akal pikiran manusia melainkan wahyu dari Allah SWT.
Begitu tinggi  nilai susunan ayat-ayat al-qur’an itu, begitu indah, padat makna dan isi yang terkandung di dalamnya, sehingga semenjak ia diturunkan sampai sekarang, tidak pernah para ahli absen menelitinya, baik dari kalangan umat Islam sendiri maupun dari kalangan non Islam. Yang ada Cuma kegairahan dan kesungguhan ulama’ menurut kemampuan dalam bidangnya masing-masing untuk meneliti dan menggali segi-segi yang menarik dari al-qur’an. Dari segi sastra telah menghasilkan cabang ilmu tersendiri yang bersumber dari apa yang disebut dengan I’jazul qur’an atau kemu’jizatan al-qur’an. Ilmu ini menggali sedalam-dalamnya dari makna dan lafadz betapa keindahan dan kehebatan ayat-ayat tersebut, betapa ia sanggup mematahkan atau mengalahkan segala karya-karya indah dalam bidang sastra arab di kala itu.

B.   PEMBAHASAN
1.   Pengertian I’jazul qur’an
Menurut  bahasa kata I’jaz adalah masdar dari kata kerja a’jaza yang berarti melemahkan. Kata a’jaza ini termasuk fi’il thulathi mazid yang berasal dari fi’il thulathi mujarrad ajaza yang berarti lemah, lawan dari qadara yang berarti kuat atau mampu.[1] Sedangkan al-qur’an , menurut bahasa adalah bacaan atau yang dibaca, al-qur’an adalah masdar yang diartikan dengan isim maf’ul, yaitu maqru’ (yang dibaca).[2]
Kata I’jazul qur’an ialah melemahkannya al-qur’an, suatu kata yang terdiri dari dua kata yang dimudhafkan, yaitu dimudhafkannya kata mashdar I’jaz kepada pelakunya yaitu al-qur’an, sehingga berarti melemahkannya al-qur’an. Sedangkan maf’ulnya (siapa obyek yang dilemahkan) dibuang atau tersimpan. Bila didatangkan akan berbunyi :

(Melemahkannya al-qur’an kepada manusia untuk mendatangkan apa yang telah ditantangkan kepada mereka, yaitu membuat kitab seperti al-qur’an ini).
Sebab kitab al-qur’an telah menantang pujangga-pujangga arab untuk membuat kitab seperti al-qur’an tetapi dari dulu sampai sekarang tidak ada yang mampu membuat tandingan itu, padahal tantangan al-qur’an itu sudah berkali-kali diturunkan dan yang disuruh menandingi seluruh isi , dikurangi hanya supaya menandingi dalam 10 surat saja, sampai terakhir hanya diminta membuat tandingan sebuah surat saja itupun tidak ada yang mampu menandinginya. Karena itu kitab al-qur’an betul-betul I’jaz atau benar-benar melemahkan manusia seluruhnya, tak ada seorangpun yang bisa menandingi tantangannya.[3]

2.   Beberapa segi kemu’jizatan al-qur’an
Yang dimaksud dengan sgi kemu’jizatan al-qur’an adalah hal-hal yang ada pada al-qur’an yang menunjukkan bahwa kitab itu adalah benar-benar wahyu dari Allah S.W.T dan ketidakmampuan jin dan manusia untuk membuat hal-hal yang sama seperti al-qur’an.[4] Beberapa segi kemu’jizatan al-qur’an antara lain :
1.   Aturan yang indah dan sama sekali berbeda dengan aturan yang berlaku dalam lisan (bahasa) arab, baik dari bentuk syair mapun prosa. Segi uslub yang mengagumkan dan berbeda dengan uslub bahasa arab, al-qur’an muncul dengan uslub yang begitu bagus dan indah. Di dalamnya terkandung nilai-nilai istimewa  yang tidak akan ada dalam ucapan manusia. Uslub dalam al-qur’an mempunyai keistimewaan antara lain:
a.    Kelembutan al-qur’an secara lafdziah yang terdapat dalam susunan suara dan keindahan sastranya.
b.   Keserasian al-qur’an baik untuk awam maupun cendekiawan
c.    Sesuai dengan akal pikiran dan perasaan dimana al-qur’an memberikan doktrin kepada akal dan hati serta merangkum kebenaran dan keindahan sekaligus.
d.   Keindahan sajian al-qur’an serta susunan bahasanya seolah-olah merupakan suatu bingkai yang dapat memukau akal dan memusatkan tanggapan serta perhatian.
e.    Keindahaan dalam liku-liku ucapan atau kalimat serta beraneka ragam dalam bentuknya, dalam arti bahwa dalam satu makna diungkapkan dalam beberapa lafadz dan susunan yang bermacam-macam yang semuanya indah dan halus.
f.     Al-qur’an mencakup dan memenuhi persyaratan antara bentuk global dan bentuk yang terperinci.
g.    Dapat dimengerti dekaligus dengan melihat segi yang tersurat.[5]
2.   Susunan yang baik berbeda dengan susunan bahasa arab. Keistimewaaan susunan al-qur’an sebagai berikut :
a.    Lafadz-lafadz al-qur’an yang jelas terasa dalam aturan suara dan keindahan bahasa.
b.   Pengaruhnya kepada umum khusus yang semuanya mengetahui kegunaannya dan merasakan kehebataannya.
c.     Pengaruhnya terhadap akal sehingga al-qur’an menyeru kepada akal dan hati serta mengumpulkan kebenaran dan keindahan sekaligus.
d.   Kesempurnaan al-qur’an dan hukum yaang dijelaskannya.
e.    Kelincahnnya dalam memutar ucpan dan keseniannya dalam bagian-bagian kalam.
f.     Pengumpulan al-qur’an diantara ijmal dan bayan.
g.    Konsekuensi makna bersama tujuan dalam lafadz.
3.   I’jaz (sederhana) yang indah dab kemegahan ucapan yang luar biasa di luar batas kemampuan manusia untuk menjangkaunya, apabila akan mendatangkan yang serupa dengannya.
4.   Mengetengahkan syari’at Tuhan yang sempurna dan lebih tinggi nilainya di atas semua syari’at yang ada, yang dikenalkan kepada manusia pada zaman dahulu maupun sekarng. Al-qur’an menjelaskan pokok-pokok aqidah, hukum-hukum ibadah, norma-norma keutamaan dan sopan santun, undang-undang hukum ekonomi, politik, sosial dan kemasyaraakatan, al-qur’anlah yang mengatur kehidupan keluarga dan masyarakat dan meletakkan dasar-dasar kemsnusiaan yang mulia dan adil.
5.   Menyampaikan berita-berita ghaib yang merupakan dasar dan bukti kuat bahwa al-qur’an bukan kalam manusia, tetapi kalam Dzat yang mengetahui perkara ghaib dan tidak ada sesuatu yang samar baginya. Seandainya al-qur’an itu rekaan nabi Muhammad, tentu akan nampak kesenjangan pada kabar-kabar ghaib, karena di mana terjadinya tidak cocok dengan yang dikabarkannya, maka akan terbuka kebohongan dan penipuan nabi Muhammad.[6]
6.   Tidak adanya pertentangan dengan ilmu pengetahuan modern, isyarat-isyarat yang rumit terhadap sebagian ilmu pengetahuan alam telah disinggung dalam al-qur’an sebelum ilmu pengetahuan itu sendiri menemukannya. Al-qur’an bukanlah kitab ilmu alam, arsitek dan fisika, tetapi al-qur’an adalah petunjuk atau pembimbing, kitab undang-undang dan perbaikan, namun demikian ayat-ayatnya tidak terlepas dari petunjuk yang detail, kebenaran-kebenaran yang samar terhadap beberapa masalah alami, di samping itu teori-teori ilmiah yang yang ada ada pada al-qur’an pada masa itu belum dikenal dan ilmu pengetahuan modern pun belum menemukan rahasia-rahasianya dan menemukan hal-hal baru.
7.   Senantiasa menepati janji dalam setiap apa yang telah dikabarkan, serta dalam setiap janji Allah kepada hambanya. Janji tersebut ada dua, yaitu : mutlak dan terbatas. Janji mutlak adalah seperti janji Allah untuk menolong Rasul-Nya dengan mengeluarkan orang-orang yang mengusir Rasul dari tanah airnya, dan memberi pertolongan kepada orang-orang mukmin untuk mengalahkan orang-orang kafir.
8.   Pendidikan dan ilmu pengetahuan yang terkandung di dalamnya dengan segala argumentasi dan hujjah yang kuat.
9.   Memenuhi segala kebutuhan manusia. Alqur’an datang dengan membawa petunjuk-petunjuk yang luas dan sempurna sesuai dengan kebutuhan manusia di segala tempat dan zaman. Hal itu akan lebih jelas apabila tujuan-tujuan luhur yang dimaksud al-qur’an untuk menyampaikan petunjuk dan bimbingannya yaitu perbaikan individu, masyarakat, aqidah, ibadah, akhlaq, hukum dan politik, urusan keuangan, urusan perang, kebudayaan ilmiah, membebaskan akal dan pikiran dari segala macam khurafat.
10.       Pengaruh di dalam hati, pengaruh yang sedemikian mendalam dan menggetarkan hati para pengikutsekaligus penantangnya. Pengaruh yang sangat besaryang ditimbulkan dalam hati pengikut dan  musuhnya, sehingga karena pengaruh yang besar itu, orang-orang musyrik sendiri keluar tengah malam untuk mendengarkan bacaan al-qur’an dari orang-orang Islam sehingga mereka saling memberi peringatan agar tidak mendengarkan al-qur’an serta mengeraskan suara gaduh.
11.       Keindahan bahasa dan uslub al-qur’an. Ini adalah segi kemu’jizatan al-qur’an yang pertama, karena memiliki kekhususan yang tinggi sehingga dengan ditulisnya al-qur’an dengan bahasa dan uslub yang yang begitu indah tersebut membuat manusia heran bahkan dapat melemahkan siapapun yang mendengarkannya. Keungglan bahasa al-qur’an itu terbukti tidak ada yang mampu menandinginya padahal Allah telah memberikan tantangan kepada manusia untuk membuat kitab seperti al-qur’an dan kenyataannya tidak ada seorangpun yang sanggup menandinginya.[7]
12.       Cara penyusunan bahasanya tampak baik, tertib, dan berkaitan antara yang satu dengan yang lain, sehingga tidak kelihatan adanya perbedaan-perbedaan antara surah yang satu dengan surah yang lain padahal al-qur’an diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun lebih. Ketika dibaca tidak kelihatan sedikitpun adanya  perbedaaan gaya bahasa, loncaatan kata dan kelainan ungkapan, justru sebaliknya tampak kebulatan dan kesinambungan antara yang satu dengan yang lain.
13.       Berisi beberapa ilmu pengetahuan yang banyak memberi acuan makhluk pada kebenaran dan kebahagian hidup di dunia dan akhirat, karena di dalamnya banyak berisi benih dari berbagai cabang ilmu pengetahuan. Al-qur’an itu seolah-olah bagaikan gudang yang penuh berbagai pengetahuan dan sumber bermacam-macam ilmu yang tak pernah kering, serta pangkal dasar dari prranata, tatanan dan tuntunan dalam berbagai segi kehidupan insan.
14.       Mampu memenuhi kebutuhan manusia, baik yang berupa petunjuk-petunjuk-petunjuk dalam dalam berbagai segi kehidupan ataupun berwujud tuntunan-tuntunan dalamm macam-macam peribadatan maupun yang berbentuk benih-benih dalam beraneka disiplin ilmu pengetahuan  di sepanjang zaman.
15.       Dalam segi cara-caranya mengadakan perbaikan dan kemaslalahtan-kemaslahan bagi umat manusia. Hal itu dilakukan dengan cara yang sangat bijaksana sehingga mengherankan dalam mengarahkan umat menuju jalan kebaikan, kemaslahaataan dan kesejahteraan dalam berbagai kehidupan.
16.       Adanya berita-berita ghaib dalam al-qur’an. Sebab, berita-berita ghaib yang menceritakan hal-hal yang telah terjadi ratusan ribu tahun yang lalu itu tidak mungkin diketahui oleh nabi, apalagi bisa menceritakannya, kalau bukan wahyu dari Allah yang Maha Mengetahui segala  rahasia dan kejadian.
17.       Adanya ayat teguran. Di dalam al-qur’an terkadang terdapat ayat yang berisi teguran  yang menegur kekeliruan nabi Muhammad baik dengan teguran secara tegas dan keras ataupun secara lunak dan lemah lembut.                                                                                                                     

Menurut pendapat sebagian ulama’ dalam hal beberapa I’jazul qur’an (kemu’jizatan al-qur’an) adalah:
h.   Segi sastranya (balaghoh). Demikian pendaat al-jahizh wafat 255 H.seorang ahli ilmu balaghoh (sastra al-quran) yang paling terdahulu. Karangan beliau yang brjudul nazhmul Qur’an yang tiada sampai kepada kita,. Namun dalam karya beliau yang lain yang bernama Alhayawah, Al-jahizh memberikan keterangan segi-segi I’jazul Al-Quran seperti: Ijaz, hadzf, zawaid, Isti’arah, dan seterusnya. Dalam segi ini tida seorangpun sanggup menciptakan susunan kata yang sama nilainya dengan ayat-ayat al-Quran. 
i.     Keistimewaan (I’jaz) Al-quran terletak pada susunannya yang sangat indah mengagumkan, disamping nilai bahasannya yang sangat halus dan tinggi. Kedua segi I’jazul Qur’an ini di kemukakan oleh imam Al-Baqillany.
j.     Kemu’jizatan Al-Quran terletak pada pemberitaannya mengenai soal-soal yang ghaib yang tak dicapai oleh akal manusia. Sesungguhnya kata Al-Arni di dalam Ibkaarul Afkar,letak kemukjizatan Al-Quran bukanlah pada peristiwa yang pernah terjadi pada zaman yang lalu, melainkan pada nilai pengetahuan tentang masalah-masalah ghaib yang di ungkapkan.
k.    Kemukjizatan al-Quran terletak pada gaya pengungkapanya terhadap satu masalah yang tidak prnah bertentangan atau berlawanan. Lihatlah umpamannya gaya bahasa Al-Quran dalam menceritakan kisah nabi musa pada beberapa ayat/surat, maksudnya sama, namun saling melengkapidan tidak ada yang bertentangan. Mereka berlandasan kepada firman Allah:
l.     Kemukjizatan Al-Quran yang tiada sanggup ditandingi manusia terletak pada nilai ayat-ayatnya mengandung prinsip-prinsip berbagai ilmu pengetahuan.          
3.   Macam-macam mu’jizat al-qur’an
Dalam menjelaskan macam-macam I’jaz al-qur’an ini para ulama berlainan keterangan. Hal ini disebabkan karena perbedaan tinjauan masing-masing, diantaranya adalah :
a.    Dr. Abd. Rozaq Naufal, dalam kitab al-I’jazu al-adadi lil qur’an al-karim menerangkan bahwa I’jaz al-quran itu ada 4 macam, yaitu :
1.) al-I’jazul balaghi, yaitu kemu’jizatan segi sastra balaghonya yang muncul pada masa peningkatan mutu sastra arab
2.) Al-I’jaz al-Tasyri’I, yaitu kemu’jizatan segi pensyariatan hukum-hukum ajarannya yang muncul pada masa penetapan hokum-hukum syari’at islam.
3.) Al-I’jaz al-ilmi, yaitu kemu’jizatan segi ilmu pengetahuan yang muncul pada masa kebangkitan ilmu dan sains di kalangan umat islam.
4.) Al-I’jaz al-Adadi, yaitu kemu’jizatan segi kuantiti atau matematis/statistic, yang muncul pada abad ilmu pengetahuan dan teknologi canggih sekarang. Sebagai gambaran I’jaz al-adadi menurut Dr. Abd Razzaq Naufal itu berikut ini diberikan contoh-contohnya :
a.)  Dalam al-qur’an kata iblis disebutkan sampai 11 kali, maka ayat yang menyuruh mohon perlindungan dari iblis itu juga disebutkan 11 kali pula.
b.) Kata sihir dengan segala bentuk tashrifnya dalam al-qur’an disebutkan sampai 60 kali, dan kata fitnah yang merupakan sebab dari sihir itu juga disebutkan sampai 60 kali pula.
c.)  Kata musibah dengan segala bentuk tashrifnya dalam al-qur’an disebutkan sampai 75 kali, yang kata musibah itu sendiri disebutkan 10 kali dan dengan jumlah 75 kali pada lafadz syukur dan semua bentuknya yang merupakan ungkapan bahagia terhindar dari musibah itu.
b.   Imam al-Khoththoby dalam buku al-bayan fi I’jaz al-qur’an mengatakan bahwa kemu’jizatan al-qur’an itu terfokus pada bidang kebalaghaan saja. Dengan kata lain, beliau mengangggap bahwa I’jaz al-qur’an itu hanya satu macam saja intinya, yaitu hanya I’jaz al-balaghi. Sebab, kemu’jizatan al-qur’an itu hanya terdiri dari segi balaghah saja, sekalipun dengan lafal dan maknanya bersama, maksudnya dengan susunan uslub yang demikian itu bisa mencakup kefashihan lafal, kebaikan susunan dan keindahan makna.
c.    Imam al-Jahidh di dalam kitab Nudzum al-qur’an dan hujaj al-nabawiyah serta al-bayan wa al-tabyin menegaskan bahwa kemu’jizatan al-qur’an itu terfokus pada bidang susunan alafal-lafalnya saja. Maksudnya I’jaz al-qur’an itu hanya satu macam saja, yaitu kemu’jizatan susunannya. Sebab, memang susunan lafal-lafal al-qur’an itu berbeda dari kitab-kitab lain, terutama dengan adanya lafal mufrad dan murakkab, adanya taqdim dan ta’khir, adanya hadzf dan dzikr, adanya fashl dan washl dan sebagainya yang sungguh menakjubkan.
4.   Mu’jizat alqur’an dari segi ghaib
Di dalam al-Quran ada berita-berita ghaib dan hal itu adalahmenunjukkan bahwa kitab suci tersebut betul-betulwahyu dari Allah SWT. Sebab, berita-berita ghaib yang menceritakan hal-hal yang telah terjadi ratusan ribu tahun lalu itu tidak mungkin di ketahui oleh Nabi, apalagi bias menceritakannya, kalau bukan wahyu dari Allah SWT yang maha mengetahuisegla rahasia dan keajaiban.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

Artinya : “dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tk ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Dan Dia mengetahui pa yang ada didaratan dan lautan,”Q.S.Al-An’am : 59
Berita-berita ghaib yng ada dalam al-Quran itu meliputi berita-berita ghaib dari masa lalu (ghuyubul mustakbilah).
Berita-berita ghaib yang menceritakan kejadian masa lalu adalah kisah para nabi / rasul dahulu bersama umat-umatnya. Kisah-kisah tersebut tidak mungkin disaksikan nabi Muhammad ataupun umatnya yang kebannyakan umi. Hl ini di tegaskan dalam surat Al-imran ayat 44, yang artinya : “yang demikian itu dalah sebagai dari berita-berita ghaib yang kami wahyukan kepadamu (Muhamad), padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melepat anak-anak panah mereka.”
Sedangkan yang menceritakan berita-berita ghaib pada masa kini adalah mengenai keterangan-keterangan Allah SWT dan sifat-sifat-Nya, malaikat, jin, setan, surga, neraka, dan sebagainya. Dan menjelaskan ihwal orang-orang munafik, seperti penjelasan ayat 107 surat al-taubah:
úïÏ%©!$#ur (#räsƒªB$# #YÉfó¡tB #Y#uŽÅÑ #\øÿà2ur $K)ƒÌøÿs?ur šú÷üt/ šúüÏZÏB÷sßJø9$# #YŠ$|¹öÎ)ur ô`yJÏj9 šUu%tn ©!$# ¼ã&s!qßuur `ÏB ã@ö6s% 4 £`àÿÎ=ósuŠs9ur ÷bÎ) !$tR÷Šur& žwÎ) 4Óo_ó¡ßsø9$# ( ª!$#ur ßpkôtƒ öNåk¨XÎ) šcqç/É»s3s9 ÇÊÉÐÈ
107.  Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang Telah memerangi Allah dan rasul-Nya sejak dahulu[660]. mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." dan Allah menjadi saksi bahwa Sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).

Dan berita ghaib yang menceritakan hal-hal yang akan datang adalah hal-hal yang pada waktu itu belum terjadi, tetapi kemudian betul-betul terjadi. Contohnya seperti pada surat al-rum ayat : 1-4
$O!9# ÇÊÈ ÏMt7Î=äñ ãPr9$# ÇËÈ þÎû oT÷Šr& ÇÚöF{$# Nèdur -ÆÏiB Ï÷èt/ óOÎgÎ6n=yñ šcqç7Î=øóuy ÇÌÈ Îû ÆìôÒÎ/ šúüÏZÅ 3 ¬! ãøBF{$# `ÏB ã@ö6s% .`ÏBur ß÷èt/ 4 7ͳtBöqtƒur ßytøÿtƒ šcqãZÏB÷sßJø9$# ÇÍÈ   
1.  Alif laam Miim[1160]
2.  Telah dikalahkan bangsa Rumawi[1161],
3.  Di negeri yang terdekat[1162] dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang[1163]
4.  Dalam beberapa tahun lagi[1164]. bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman,

Dalam ayat 3 tersebut disebutkan bahwa bangsa Romawi akan menang terhadap bangsa Persia, setelah dia dikalahkannya. Kemenangan bangsa Romawi itu belum terjadi waktu ayat ini diturunkan, tetapi sesuai dengan keterangan ayat 4 tersebut bahwa bangsa Romawi akan menang dalam waktu 2- tahun. Ramalan al-qur’an tersebut tepat, tidak sampai sembilan tahun bangsa Romawi dapat mengalahkan bangsa Persia sehingga kaum mukmin senang sekali.[8]
5.   Kemu’jizatan alqur’an dari segi tasyri’
Dalam diri manusia telah diciptakan oleh Allah naluri yang bekerja di dalam jiwa dan mempengaruhi kecenderungan-kecenderungan hidupnya. Akal sehat mungkin dapat menjaga pmiliknya dari ketergelinciran, akan tetapi arus kejiwaan yang menyimpang akan mengalahkan kekuasaan akal, oleh karena itu, maka untuk meluruskan manusia diperlukan pendidikan khusus baginya yang daapat mendidik mengembangkan serta membimbingnya ke arah kebaikan dan kebahagiaan.
Sepanjang sejarah, manusia telah mengenal berbagai macam doktrin, pandangan dan tasyri’ yang bertujuan tercapainya kebahagiaan, namun tidak satupun yang dapat mencapai keindahan dan keebesaran seperti yang dicapai al-qur’an dalam kemu’jizatan tasyri’nya.
Dalam hal ini, al-qur’an terlebih dahulu memulai dengan pendidikan individu dan menegakkan individu itu di atas penyucian jiwa dengan akidah tauhid yang dapat menyelamatkaannya dari khurafat dan wahm, mengalahkan perbudakan hawa nafsu dan syahwat agar kelak ia menjadi hamba Allah yang ikhlas dan tunduk kepada-Nya. Karena jika akidah seseorang telah benar, maka ia wajib menerima syari’at al-qur’an baik menyangkut kewajiban maupun ibadah, kaarena setiap ibadah yang difardlukan keada manusia itu dimaksudkan untuk kebaikan manusia tu sendiri. Shalat misalnya, bila dilakukan dengan serius dan khusyu’, maka akan mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan munkar, zakat dapat mencabut jiwa-jiwa kekikiran, pemujaan kepada harta benda dan keserkahan akan dunia dari jiwa oraang yang mau melakukannya, puasa adalah pengekang jiwa, penguat tekad dan penahan syahwat, haji merupakan perjalanan yang daapat menghibur jiwa dari kesulitan dan membukakan mata hati terhadap rahasia-rahasia Allah. Penunaian ibadah-ibadah-ibadah fardlu ini akan mendidik manusia untuk menyadari tanggung jawab dan untuk memikul semua beban agama dan akhlak mulia.
Setelah dari pendidikan individual, Islam meneruskan ke pembangunan keluarga, maka dalam hal ini disyyari’atkan perkawinan untuk memenuhi naluri seksualdan kelangsungan jenis manusia dalam keturunan yang bersih dan suci.
Kemudian datanglah sistem pemerintahan yang mengatur masyarakat Islam yang telah ditetapkan oleh al-qur’an dengan kaiddah-kaidah pemerintahan Islam dalam bentuk yang paling ideal dan baik, yaitu suatu sistem pemerintahan yang didasarkan pada musyawarah, persamaan dan larangan kekuasaan individual.
Al-qur’an juga telah menetapkan perlindungan terhadap macam-macam kebutuhan primer bagi kehidupan manusia: jiwa, kehormatan, harta benda dan akal. Selain itu juga, ditetapkan hukum mengenai hubungan internasional baik dalam masa perang maupun damai. Ringkasnya al-qur’an merupakan tasyri’ paripurna yang menegakkan kehidupan manusia di atas dasar konsep yang paling utama. Dan kemu’jizatan tasyri’nya ini bersama dengan kemu’jizatan ilmiah dan bahasaanya akan senantiasa eksis untuk selamanya. Dan tidak seoraangpun yang mengingkari bahwa al-qur’an telah memberikan pengaruh besar yang dapat mengubah wajah sejarah dunia.[9]

6.   Al-qur’an mu’jizat yang kekal
Mu’jizat yang dimiliki oleh para nabi ada dua kategori : pertama mu’jizat hissiyah (dapat ditangkap inderawi). Mu’jizat dalam kategori ini bersifat sementara, akan lenyap seiring perjalanan zaman dan akan hilang dengan wafatnya para nabi dan Rasul yang memilikinya. Orang yang mencarinya tidak akan menemukannya kecuali dalam bentuk kisah. Mu’jizat semacam ini seperti mu’jizat nabi Musa berupa tongkat yangb berubah menjadi ular karena ia diutus pada masa yang banyak ahli sihir dan merajalelanya sihir. Kedua, mu’jizat aqliyyah/maknawiyyah (hanya dapat ditangkap nalar/logika). Mu’jizat dalam kategori ini bersifat kekalsepanjang zaman dan dapat diperhatikan oleh orang yang mempunyai hati dan pikiran. Mu’jizat semacaam ini hanya ada satu yaitu al-qur’an yang diberikan Allah kepada nabi Muhammad. Al-qur’an turun setelah kemampuan manusia itu lengkap dan pemikirannya meningkat, karena risalah nabi Muhammad ditujukan kepada manusia setelah mevncapai tahap kepintaran dan pertumbuhan akalnya secara keseluruhan telah mencapai kesempurnaan. Mu’jizat nabi Muhammad bisa dicapai dengan akaal, ia berupa ide-ide yang abadi dan bisa ditangkap kearifannya oleh manusia dalam setiap generasinya.

C.   PENUTUP
1.   Kesimpulan
Kemu’jizatan al-qur’an dapat dibuktikan daalam bebrapaa segi, antara lain dari segi bahasa, tasyri’, ilmu-ilmu yang terkandung di dalamnya dan lain sebagainya. Karena mu’jizat itu sendiri adalah sesuatu yang luar biasa yang melemahkan manusia baik sendiri ataupun kolektif untuk mendatangkan sesuatu yang menyerupai atau menyamainya yang hanya diberikan kepada nabi atau rasul Allah.
Al-qur’an dengan segala macam isinya adalah abadi, tidak lenyap oleh lenyapnya hari, atau mati oleh wafatnya rasulullah, akan tetapi tegak di atas dunia, menentang setiap pendusta dan menjawab setiap yang ingkar dan sekaligus menyeru kepada seluruh umat untuk mengikuti petunjuknya menuju kebahagiaan yang hakiki. Kemu’jizatan al-qur’an bukan semata-mata untuk melemahkan manusia atau menyadarkan mereka atas kelemahannya untuk mendataangkan semisal al-qur’an, karena hal itu adalah sesuatu yang wajar bagi orang yang berakal, akan tetapi tujuan sebenarnya adalah untuk menjelaskan kebenaran al-qur’an itu sendiri dan rasul yang membawanya
2.   Saran
Di dalam makalah ini, penulis sadar betul akan semua kekurangan penulis baik secara materi maupun non materi sehingga penulis yakin masih banyak kekurangan dan kesalahan yang perlu untuk diperbaiki. Untuk itu, penulis berharap kepada semua teman-teman agar berkenan memberikan sumbangsih pemikiran dan mengkaji lebih dalam lagi terhadap makalah ini demi kesempurnaannya.




[1]Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2008), 267.
[2]Mboh
[3]Abdul Djalal, op.cit., 268.
[4]Ibid., 279.
[5]Ali al-Shabuny, Pengantar Studi Al-Qur’an (Bandung: PT al-Ma’arif, 1996), 103.
[6]Ali al-Shabuny, Ikhtisar Ulum al-Qur’an Praktis, (Jakarta: Putakan Amani, 2001), 157.
[7]Ibid., 281.
[8]Djalal, Ulum, 290
[9]Manna’ Khalil al-Qattan, Terj., Studi Ilmu Qur’an (Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 2009), 393-399 

No comments:

Post a Comment

MAKALAH VARIABEL DAN HIPOTESA PENELITIAN

VARIABEL DAN HIPOTESA PENELITIAN PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan pada hakekatnya muncul karena adanya rasa ingin tahu yang tinggi d...