Tuesday, October 17, 2017

MAKALAH TAFSIR TAHLILI

TAFSIR TAH}LI>LI>
Definisi dan TAHLILIMetodologi
Oleh: Haidar Idris

A.   Definisi Tafsir Tah}li>li>
Tah}li>li> adalah salah satu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari seluruh aspeknya.[1] Seorang penafsir yang mengikuti metode ini menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an secara runtut dari awal hingga akhirnya, dan surat demi surat sesuai dengan urutan mus}h}af ‘uthmani.[2]
Quraish Shihab mendefinisikan Metode tah}li>li> sebagai suatu metode tafsir yang mufasirnya berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai seginya dan memperhatikan runtutan ayat-ayat al-Qur’an sebagaimana tercantum di dalam mus}h}af.[3]

B.   Metode Tafsir Tah}li>li>
Dari definisi tafsir tah}li>li> di atas, dapat dipahami bahwa penafsir yang menggunakan metode ini harus menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an secara runtut ayat demi ayat dan surat demi surat seperti yang tertulis dalam mus}h}af ‘uthmani. Penafsir juga harus menafsirkan ayat demi ayat tersebut dari berbagai aspeknya.
Untuk ciri yang pertama (penafsiran harus runtut, ayat demi ayat sesuai dengan mus}h}af), dapat langsung dipahami dengan jelas. Terdapat kesamaan antara ciri metode tah}li>li> ini dengan metode ijma>li>. Ciri kuat metode tah}li>li> adalah ciri ke dua, yaitu penafsiran ayat-ayat tersebut diusahakan penafsirnya mencakup berbagai aspek yang mampu dijangkau olehnya. Ciri ke dua ini membedakan antara tafsir tah}li>li> dengan metode tafsir lainnya yaitu tafsir maud}u>‘i>, ijma>li>, dan muqa>rin.
Pada prakteknya, penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai aspeknya yang dianggap perlu oleh penafsirnya dimulai dari arti kosa kata, menjelaskan arti yang dikehendaki, juga unsur-unsur i’ja>z dan bala>ghah, serta kandungannya dalam berbagai aspek pengetahuan dan hukum, menyebutkan asba>b al-nuzu>l ayat, muna>sabah ayat-ayat al-Qur’an antara satu sama lain.[4] Dalam pembahasannya, penafsir biasanya merujuk riwayat-riwayat terdahulu baik yang diterima dari Nabi, Sahabat, ungkapan-ungkapan Arab pra-Islam maupun isra>’i>liyya>t.[5]
Dengan demikian, metode tah}li>li> ini dapat dikatakan sebagai salah satu metode yang sangat umum dan menggunakan berbagai macam pendekatan. Oleh sebab itu, menurut Quraish Shihab metode tah}li>li> ini merupakan metode paling populer di samping metode maud}ui.[6] Begitu luas cakupan metode tah}li>li> ini sehingga dapat dipilah lagi menjadi beberapa kategori dilihat dari kecenderungan penafsir menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an tersebut (corak). Kecenderungan ini bisa dikatakan sebagai konsekuensi logis dari perbedaan latar belakang serta pendekatan dan analisa data yang digunakan masing-masing mufassir.
Ditinjau dari kecenderungan penafsir, corak tafsirnya dapat berupa tafsi>r bi al-ma’thu>r, tafsi>r bi al-ra’y, al-tafsi>r al-s}u>fi, al-tafsi>r al-fiqhi, al-tafsi>r al-falsafi, al-tafsi>r al-‘ilmi, dan al- tafsi>r al-adabi al-ijtima>’i.[7] 

C.   Metodologi Penelitian Tafsir Tah}li>li>
Sebagai sebuah ilmu yang berdiri sendiri, penelitian tafsir harus memiliki sebuah metode. Untuk mendapat pengakuan sebagai sebuah ilmu, ilmu tafsir juga harus mengikuti prosedur penelitian ilmiah yaitu metode tersebut. Prosedur penelitian ilmiah yang ditetapkan para ahli cukup banyak, diantaranya adalah 1. perumusan/penentuan masalah,  2. penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis, 3. perumusan hipotesis, 4. pengujian hipotesis, 5. penarikan kesimpulan.[8]
Metode tafsir tah}li>li> yang dianggap sebagai metode dalam ilmu tafsir juga harus memenuhi prosedur penelitian ilmiah tersebut. Oleh sebab itu, berikut ini adalah prosedur penelitian ilmiah yang diaplikasikan dengan metode tah}li>li>.

1.   Perumusan dan penentuan masalah
Tafsir tah}li>li> termasuk dalam metode penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kandungan ayat demi ayat dalam al-Qur’an. Oleh sebab itu, masalah dalam tafsir tah}li>li> bermula dari objek utama yang diteliti yaitu ayat yang akan dideskripsikan.
Permasalahan yang akan dibahas bermula dari teks dan konteks sebuah ayat. Pemahaman awal/asumsi dari ayat tersebut nantinya akan diuji dengan menggunakan variabel-variabel lain dalam tafsir. Penelitian dalam kajian tafsir bersifat kualitatif. Oleh sebab itu, data-data dan variabel yang digunakan pun merupakan data-data kualitatif.
 Variable tersebut dapat berupa ayat, riwayat-riwayat yang berkenaan dengan ayat tersebut, baik yang datang dari Nabi, sahabat, tabi’in, asba>b al-nuzu>l, dan sebagainya. Pengumpulan variabel tersebut menggunakan teknik pengumpulan data.
Jadi, masalah yang akan diteliti menggunakan metode tah}li>li> ini adalah asumsi/pemahaman awal dari sebuah ayat dilihat dari berbagai aspeknya .

2.   Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis
Setelah data-data yang berfungsi sebagai variabel terkumpul, proses selanjutnya adalah menyusun kerangka berpikir untuk mengajukan hipotesis. Proses ini dimulai dengan melihat data yang terkumpul sebagai variabel dengan sudut pandang yang sama dengan topik permasalahan yang telah dirumuskan dari ayat yang akan ditafsirkan. Proses  ini berkaitan erat dengan teknik analisis data.

3.   Perumusan hipotesis
Dengan menggunakan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis, data-data yang telah terkumpul dan dianalisa akan menghasilkan beberapa hipotesis. Proses selanjutnya adalah merumuskan hipotesis-hipotesis tersebut menjadi beberapa topik pokok untuk kemudian diuji. Dalam tafsir tah}li>li>, perumusan hipotesis menjadi beberapa topik pokok yang akan dibahas seringkali berkaitan erat dengan kecenderungan dalam melihat sebuah ayat dari sudut pandang penafsirnya.

4.   Pengujian hipotesis
Suatu hipotesa selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua variabel atau lebih. Hubungan tersebut dapat dirumuskan secara eksplisit maupun implisit.[9] Dengan proses sebelumnya, yaitu perumusan hipotesis, maka langkah selanjutnya adalah mengolah hipotesis-hipotesis tersebut sebagai variabel untuk dianalisa lebih lanjut, atau diuji dengan teknik analisis tafsir.
Berikut ini teknik analisis tafsir yang dapat digunakan:[10]
a). Analisis isi (content analisis)
b). Analisis filologis
c). Analisis semantik

5.   Penarikan kesimpulan.
Setelah variabel-variabel dihubungkan menjadi hipotesa, kemudian diuji dan dianalisa dengan teknik analisis tafsir sehingga menjadi sebuah hipotesis, maka akan ditemukan benang merah yang harus ditarik untuk menjadi sebuah kesimpulan. Kesimpulan ini diambil dari hipotesis yang telah teruji untuk mejawab permasalahan yang diangkat pada perumusan masalah.
D.   Metode yang  digunakan
1. Metode pendekatan
Maksud pendekatan di sini adalah pola pikir yang digunakan untuk membahas suatu masalah. Berikut ini beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam tafsir tah}li>li>:
a. 1.) Pendekatan objektif
Pendekatan objektif adalah pendekatan empiris yang bertumpu pada kepentingan ilmiah semata. Dalam pendekatan ini dibicarakan kaitan antara ayat-ayat kauniyah yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’an dan ilmu-ilmu pengetahuan modern yang timbul pada masa sekarang.[11]
     2.) Pendekatan subjektif
Pendekatan subjektif adalah pendekatan yang terkait dengan kepentingan pribadi atau kelompok. Pendekatan tersebut tergantung pada warna budaya dan aqidah ahli tafsirnya.[12]

b. 1.) Pendekatan langsung
Pendekatan langsung adalah pendekatan yang menggunakan data primer. Data primer dalam kajian tafsir adalah al-Qur’an itu sendiri, hadis-hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah saw dan sahabat.[13] Ada jyga yang menambahkan pendapat tabi’in.[14]
    2.) Pendekatan tidak langsung
Pendekatan ini adalah pendekatan yang menggunakan data sekunder, yaitu upaya yang ditempuh setelah menggunakan data primer. Dengan kata lain, ia merupahan pengembangan dari pendekata pertama, seperti pendapat para ulama, riwayat kenyataan sejarah saat turunnya al-Qur’an, pengertian bahasa dan lafaz al-Qur’an, kaedah lafaz bahasa, kaedah-kaedah intinbat serta teori-teori ilmu pengetahuan.[15]

c. Pendekatan komprehensif
Pendekatan komprehensif merupakan pendekatan membahas objek penelitian tidak dari satu atau beberapa aspek tertentu saja, melainkan secara menyeluruh.[16]
d. 1.) Pendekatan disipliner
Pendekatan disipliner merupakan pendekatan yang mengkaji objek dari sisi sebuah disiplin ilmu. Pendekatan ini mengadung makna menggunakan konsep-konsep, asas-asas disiplin terkait untuk membahas masalah.[17]
     2.) Pendekatan multi disipliner
Pendekatan ini berupaya membahas dan mengkaji objek dari beberapa disiplin ilmu, artinya ada upaya untuk menafsirkan ayat al-Qur’an atau suatu objek dengan mengkaitkan disiplin-disiplin ilmu yang berbeda.[18]
     3.) Pendekatan inter disipliner
Pendekatan interdisipliner adalah suatu pendekatan yang membahas dan meneliti objek harus menggunakan beberapa disiplin ilmu.

2.  Metode pengumpulan data
Seperti dikatakan sebelumnya, penelitian ilmu tafsir bersifat kualitatif dan pastinya merupakan studi pustaka. Dalam metode penelitian dikenal juga dengan studi dokumenter. Objek penellitian dari metode tafsir adalah ayat-ayat al-Qur’an. Oleh sebab itu, tingkat akurasi data dari metode tafsir sangat valid,[19] mengingat bahwa ayat-ayat al-Qur’an hingga saat ini senantiasa terpelihara keorsinilannya.[20]
Data yang dibutuhkan dalam penelitian tafsir tentunya adalah data kualitatif. Data tersebut berupa ayat-ayat al-Qur’an, hadith dan sunnah Nabi, athar sahabat, pendapat-pendapat para ulama, riwayat yang merupakan kenyataan sejarah di masa turunnya al-Qur’an, pengertian-pengertian bahasa dan lafaz al-Qur’an, kaedah-kaedah bahasa, kaedah-kaedah istinbat, dan teori-teori ilmu pengetahuan.
4.   Metode pengolahan dan analisa data
Pengolahan dan analisa data metode kualitatif mencakup logika-logika induktif dan deduktif, serta komparatif.[21]
Langkah-langkah konkrit mengolah dan menganalisa data dalam ilmu tafsir secara umum, dan teknik ini seluruhnya berlaku dalam metode tah}li>li>, adalah sebagai berikut:[22]
1.   Analisis ayat meliputi:
a.    Kata-kata Qur’ani
b.   Frase Qur’ani
c.    Klausa Qur’ani
d.   Ayat-ayat Qur’ani
e.    Hubungan antara bagian-bagian tersebut
2.   Menginterpretasi data dengan teknik-teknik yang relevan.
3.   Proses perbandingan objek yang dapat dikelompokkan atas: taufi>q, tarji>h, dan tawaqquf.
4.   Tansi>q
Yakni menyusun konsep-konsep menjadi sebuah teori atau menyusun teori-teori menjadi sebuah pemikiran yang diperlukan dalam pemecahan masalah.
Ada catatan kecil yang perlu diperhatikan, Analisa dan penyampaian data dalam tafsir tah}li>li> yang bercorak tafsi>r bi al-ma`thu>r sering kali disajikan berurutan sesuai dengan urutan data yang disebutkan sebelumnya. Dengan kata lain, penggunaan data untuk analisa menganut skala prioritas.
Khusus untuk penafsiran ayat dengan argumen ayat lain, yang mendapat prioritas utama adalah penggunaan metode ini oleh Nabi saw yang  juga menggunakan sistem riwayat.[23]


E.    Problematika Tafsir Tah}li>li>
Metode tafsir tah}li>li> merupakan metode klasik yang digunakan dalam penulisan kitab tafsir. Uraian tafsir dengan metode ini sangatlah luas karena disajikan berbagai aspek di dalamnya sejauh pemahaman penafsirnya. Tidaklah mengherankan jika hampir semua metode penafsiran terpakai di dalamnya.
Namun karena begitu luas cakupan kajian tafsir dengan metode ini, pembahasan mengenai topik yang diurai di dalamnya justru tidak terselesaikan. Pembahassn yang disampaikan sering kali diungkapkan satu sisi, dan sisi lain di temukan pada ayat lain yang temanya sama.[24] Dengan kata lain, metode ini tidak efektif dan sistematis.
Pembahasan yang sangat luas ini juga mengakibatkan sulitnya melihat pembatasan dalam penggunaan metode ini. Hasil penafsirannya pun akan sangat jauh berbeda meskipun dengan menggunakan data yang sama karena faktor penafsirnya (subjeknya). Oleh sebab itu, tidak mengherankan pula kalau penggunaan metode ini sangat bias subjektifitas.[25] Hal ini juga yang menjadikan tafsir tah}li>li> memiliki corak yang sangat beragam.
Baqir al-S{adr -ulama Shi’ah dari Irak-, sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab, menyatakan bahwa penggunaan metode tersebut hanya menghasilkan pandangan-pandangan yang parsial dan kontradiktif dalam kehidupan umat Islam.[26] Quraish Shihab menambahkan, metode ini dianggap sebagai pencarian dalil pembenaran pendapat penafsirnya dalam al-Qur’an.[27]
Penyampaian dalam tafsir ini dirasa “mengikat” generasi berikut.[28] Hal ini disebabkan karena sifat penafsirannya amat teoritis, tidak sepenuhnya mengacu terhadap persoalan-persoalan khusus yang mereka hadapi. Hal ini mengesankan bahwa itulah pandangan al-Qur’an bagi setiap waktu dan tempat.[29]
Namun, seperti diungkap sebelumnya, tafsir dengan metode ini digunakan pada saat perkembangan awal penulisan tafsir al-Qur’an. Karya yang hingga saat ini diyakini sebagai yang pertama dan sampai kepada kita adalah Ma’a>ni al-Qur’a>n karya al-Farra> (w. 207 H.).[30] masa ini adalah masa pasca tabi’in atau at}ba>’ al-ta>bi’i>n . Banyak tokoh yang menulis riwayat khusus tafsir pada masa ini, namun karya meraka tidak sampai kepada kita.[31] Tidak banyak pilihan metode yang dapat digunakan untuk penulisan kajian Tafsir pada saat itu. Kecenderungan penafsiran yang dihasilkan pun dapat dianggap sangat wajar karena latar belakang, tingkat intelektualitas, serta data yang didapat tidaklah sama. Selain itu, tafsir ini adalah upaya ulama pada masa itu untuk menjawab problematika pada masanya yang menginginkan segala bentuk informasi mengenai al-Qur’an.
Di sisi lain, tafsir ini menginventarisir dan menyajikan banyak sekali data yang dapat digunakan untuk diteliti, dianalisa, serta diinterpretasi ulang oleh generasi sesudahnya.
Penyajian tafsir tah}li>li> yang sesuai dengan urutan mus}h}af memudahkan pencarian penjelasan mengenai suatu ayat jika tidak ditelusuri mulai dari topiknya.

F.     Kesimpulan
Metode tafsir tah}li>li>, meskipun memiliki banyak kekurangan, merupakan metode yang cukup jelas dan telah dapat dirumuskan. Metode ini memang tidak aktual seperti metode maud}u>’i, namun tidak menutup kemungkinan dapat dikembangkan sehingga bisa kembali aktual untuk digunakan sebagai metode tafsir yang efektif untuk menjawab persoalan yang muncul di kemudian hari.
Semoga bermanfaat.



Dafta Pustaka
Mustaqim, Abdul, Pergeseran Epistemologi Tafsir, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar: 2008)
Shihab, M. Quraish, dkk, Metodologi Penelitian Agama, (Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya: 2004) ed. Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim. Cet.ke-2
Shihab, M. Quraish, Membumikan al-Qur’an; Fungsi dan Peran wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung,  Mizan: 1998 M.) cet. XVIII
Suryadilaga, al-Fatih, dkk., Metodologi Ilmu Tafsir,  (Sleman, TERAS: 2005) cet.I




[1] Definisi ini merupakan definisi tah}li>li> menurut al-Farmawi yang dikutip dalam  al-Fatih Suryadilaga, dkk., Metodologi Ilmu Tafsir,  (Sleman, TERAS: 2005) cet. I, h. 41-42,
[2] Ibid, h. 42.
[3] M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung,  Mizan: 1998 M.) cet. XVIII, h. 86.
[4] al-Fatih Suryadilaga, dkk., Metodologi Ilmu Tafsir, h. 42.
[5] ibid
[6] M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, h. 86
[7] al-Fatih Suryadilaga, dkk., Metodologi Ilmu Tafsir, h. 42.
[8] Ibid, h. 152.
[9] Ibid, h. 167.
[10] Ibid, h.76-78
[11] Ibid, h.138
[12] Ibid, h.139
[13] Ibid
[14]  Ibid.
[15] Ibid, h. 139-140.
[16] Ibid, h. 140
[17] Ibid, h. 141
[18] Ibid, h. 144
[19] Ibid, h. 153.
[20]  Ibid
[21]  Ibid, h. 172-173
[22]  Ibid, h. 153-156
[23] M. Quraish Shihab, Metodologi Penelitian Agama, (Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya: 2004) ed. Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim. Cet.ke-2, h.169-172
[24] M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, h. 86
[25]  al-Fatih Suryadilaga, dkk., Metodologi Ilmu Tafsir, h. 42
[26] M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, h. 86
[27] Ibid
[28] Ibid, h. 87
[29] Ibid
[30] Ibid, h. 73
[31] Dr. Abdul Mustaqim, Pergeseran Epistemologi Tafsir, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar: 2008) h. 55

No comments:

Post a Comment

MAKALAH VARIABEL DAN HIPOTESA PENELITIAN

VARIABEL DAN HIPOTESA PENELITIAN PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan pada hakekatnya muncul karena adanya rasa ingin tahu yang tinggi d...