Tuesday, October 17, 2017

MAKALAH PENGERTIAN HADITS

I. PENDAHULUAN

Hadits merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Kajian terhadap hadits sangatlah menarik karena keberadaanya yang mewarnai masyarakat dalam berbagai bidang kehidupa. Penelitian terhadap hadits baik secara keotentikannya ,kandungan ma’na dan ajaran  yang diajarkanya, macam-macam tingkatan dan fungsi dalam menjelaskan kandungan yang ada pada al-Qur’an banyak dilakukan oleh para ahli. Hasil dari kajian dan penelitian yang dilakukannya kemudian di publikasikan diberbagai kalangan akademis diperguruan tinggi, madrsah maupun masyarakat umum melalui berbagai karya-karya yang telah dirumuskanya. Hasil dari kajian-kajian tersebut bisa dijadikan sebagai suatu kajian Islam dalam study hadits yang kita perlukan.
Hadits atau dengan istilah lain sunnah diartikan segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi Muhammad, baik berupa perkataan, perbuatan atau taqrirnya. Sejarah perjalanan hadits tidak terpisah dengan sejarah islam. Tetapi dalam beberapa hal terjadi beberapa hal yang spesifik.
Penerimaan hadits dari nabi Muhammmad banyak mengandalkan hafalan para sahabat, hanya beberapa sahabat saja yang menulisnya. Pada awalnya penulisan tersebut hanya dipergunakan untuk kepentingan individunya. Oleh karena itu hadits-hadits yang ada dari para sahabat kemudian diterima pra tabi’in ditemukan dengan redaksi dengan lafadz yang asli dari nabi dan ada pula yang sesuai dengan makna dan maksudny asaja. (Yatimin 2004 :271)
Sebagaimana Al-Qur’an hadits banyak diteliti oleh para ahli, dapat dikatakan penelitian hadits lebih banyak kemungkinan dibandingkan penelitian al-Qur’an. Ditinjau dari segi datangnya, Al-Qur’an diyakini secara mutawatir dari Allah. sedangkan al-Hadits tidak seluruhnya diyakini berasal dari nabi. Hal ini disebabkan sifat-sifat lafadz hadits tidak bersifat mu’jizat dan juga perhatian terhadap penulisan hadits pada zaman Rasulullah agak kurang bahkan Beliau pernah melarang penulisan terhadap hadits. Begitupula sebab-sebab politisme lainnya, antara masing-masing pembawa hadits berbeda.


II. PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HADITS
Pengertian hadits pada dasarnya dapat ditinjau dari dua pendekatan, pendekatan bahasa dan pendekatan istyilah.
a.  Hadits ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa arab dari kata, حدث  يحدث حدثا ,  dengan pengertian yang bermacam-macam, diantaranya
-         Al-Jadid minal-asyya’ dengan arti sesuatu yang baru sebagai lawan dari al-qadim (sesuatu yang kuno atau klasik)
-         Al-qarib, menunjukkan pada waktu yang dekat atau  waktu yang sibngkat.
-         Al-Akhbar, sesuatu yang diperbincangkan, dibicarakan atau diberitakan yang dialihkan dari seseorang kepada orang lain. (Abudin Nata 2000 :186)
Dari beberapa pengertian tersebut yang banyak diperguanakan adalah pengertian hadits dengan arti al-akhbar. Hal ini sering kita jumpai didalam Al-Qur’an seperti dalam ayat Al-Qur’an surat at-Thur 34)
فليأتوا بحد يث مثلحه. ان كانوا صادقين
Artinya : Maka hendaklah mereka mendatangkan khabar (berita) yang serupa dengan al-Qur’an iku jika mereka mengaku orang-orang yang benar. (M. Said 1984 : 476)
Dan juga surat al-Dhuha ayat 11
واما بنعمة بربك فحدث
Artinya : Dan Terhadap ni’mat Tuhanmu, maka hendaklah kamu mengatakannya (sebagai rasa syukur). . (M. Said 1984 : 536)

Dari informasi tersebut kita dapat memperoleh pengertian bahwa pengertian hadits lebih ditekankan pada arti berita atau khabar.
b.  Ditinjau dari segi istilah hadits juga dijumpai dengan berbagai pengertian.
-         Para ulama’ hadits memberikan pengertian hadits Para ulama’ hadits memberikan pengertian hadits merupakan “ ucapan, perbuatan da keadaan dari nabi Muhammad SAW.”
-         Al-Thiby, hadits bukan hanya pada perkataan, perbuatan dan ketetapan rasulullah akan tetapi termasuk perkataan, perbuatan dan ketetapan para sahabat dan tabi’in.
-         Para ahli usul fiqh, hadits adalah perkataan, perbuatan, dan ketetapn rasulullah yang berkaiatan dengan hukum.
-         Ulama’ fiqh beliau mengidentifikasikan hadits dengan sunnah, yaitu sebagai salah satu dari hukum taklifi. (Abudin Nata 2000 :189)
Dari beberapa pengertian tersebut dikalangan jumhur ‘ulama mereka berpendapat bahwa hadits merupakan segala sesuatu yang dinukilkan dari Rasulullah, Sahabat ataupun  Tabi’in dalam bentuk uacapan, perbuatan maupun ketetapan baik sifatnya dilakukan sewaktu-waktu saja maupun sering dan diikuti para sahabat nabi.

B.   KlASIFIKASI  HADITS  DAN  SANAD  BERDASARKAN MAQBUL  DAN MARDUDNYA
1.  Hadits Sahih lidzatihi
Hadits Sahih lidzatihi yaitu hadits yang sanadny bersambung-sambung, diriwayatkan orang yang adil, sempurna hafalanya, dari orang yang sekualitas dengannya hingga akhir sanad, tidak janggal dan tidak mengandung cacat yang parah.
2. Hadits Hasan lidzatihi
Hadits Hasan lidzatihi yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang yang adil yang kurang kuat hafalanya, bersambung-sambung sanadnya, tidak mengandung cacat dan tidak mengandung kejanggalan.
3. Hadits Dlaif
Hadits Dlaif yaitu hadits yang tidak memenuhi satu syarat maqbul (yang diterima) atau lebih (Fadlil Sa’id 2000 : 11)

C. MODEL-MODEL PENELITIAN HADITS
Hadits sebagaimana Al-Qur’an banyak diteliti oleh para ahli, bahkan dapat dikatakan lebih banyak kemungkinan dibandingkan penelitian al-Qur’an. Ditinjau dari segi datangnya, al-Qur’an diyakini secara mutawatir dari Allah. Berbeda dengan al-Hadits tidak seluruhnya diyakini berasal dari nabi. Hal ini disebabkan sifat-sifat lafadz hadits tidak bersifat mu’jizat dan juga perhatian terhadap penulisan hadits pada zaman Rasulullah agak kurang bahkan Beliau pernah melarangnya. Dan juga karena sebab-sebab politisme lainya. Keadaan inilah yang menyebabkan para ulama’ seperti  Imam Bukhari dan Muslim yang mencurahkan segenap tenaga, fikiran dan waktunya bertahun-tahun untuk  mengadakan penelitian hadits, dan hasil penelitianya dibukukan dalam kitab Sahih Bukhari dan Shahih Muslim.
Luasnya perbedaan dan pengaruhnya dari kedua macam kitab tersebut maka banyak sekali para peneliti yang menggunakan pendekatan Comparativ juga melakukan kritik. Namun demikian kritik terhadap kedua kitab tersebut tidak akan sampai menjatuhkan kesahihan keduanya.
Menurut penelitian jumhur Sahihul Bukhari lebih tinggi dibanding dengan sahihul Muslim dengan alasan : 
a.    Persyaratan yang diberikan lebih ketat
b.   Kritik terhadap Bukhari lebih sedikit
c.    Perawi hadits yang dikritik adalah orang-orang yang diketahui keadaanya oleh Bukhari.
Disisi lainya yang menilai  bahwa sahihul muslim lebih memiliki kelebihan dibandingkan yang dimiliki Bukhari . kelebihan tersebut :
a.    Sistematika lebih baik
b.   Redaksi Muslim lebih diterima
Ulama’ maghriby menganggap bahwa hadits sahih Muslim lebih tinggi disbanding dengan sahih Bukhari, meskipun persyaratan yang diberikan lebih sedikit namun sudah dianggap memenuhi persyaratan minimal.

1. Model H. M Quraish Syihab
H. M Quraish Syihab merupakan salah satu peneliti hadits, beliau meneliti dua sisi dari keberadaan hadits, yaitu hubungan hadits dengan al-Qur’an dan serta fungsi dan posisi sunnah dalam tafsir.
Hubungan dan fungsi hadits terhadap al-qur’an 
a.    Fungsi hadits dalam al-Qur’an menjelaskan maksud-maksud firman-firman Allah.
b.   Memperjelas, merinci bahkan membatasi pengertian lahir dari ayat-ayat al-Qur’anyaitu memberikan perincian  dan penafsiran ayat-ayat al-qur’an yang masih mujma, memberikan taqyid (persyaratan) ayat-ayat al-Qur’an yang masih umum.
c.    Sebagai sumber penetapan hokum yang tidak didapat didalam al-Qur’an. (Abudin Nata 2000 :194)

2. Model Musthafa al-Siba’iy
Penelitian yang dilakukan oleh Mustafa al-Siba’iy. Dalam Sistem penyajian menggunakan pendekatan kronologi urutan waktu dalam sejarah. Beliau berupaya mendapatakan bahan-bahan penelitian sebanyak-banyaknya dari berbagai literature hadits sepanjang perjalanan kurun waktu yang tidak singkat.
Penelitian yang dilakukan mengenai sejarah proses terjadi dan tersebarnya hadits mulai dari Rasulullah sampaai terjadinya upaya pemalsuan hadits dan usaha para ulama’ untuk membendungnya, dengan melakukan pencattn sunnah dibukukanyya ilmu Mustalahul hadits ilmu jarh dan al-Ta’dil, kitab-kitab tentang hadits palsu dan para pemalsu dan penyebaranya.
Al-Sib’iy juga menyampaiakn hasil penelitianya tentang pandangan Khawarij, Syi’ah, Mu’tazilah dan Mutakallimin, Para penulis modern dan kaum Muslimin pada umumnya terhadap al-Sunnah.
Dari penelitian yang dikemukakan maka nampak tidak netral. Beliau mengumpulkan bahan-bahan kajian selanjutnya diarahkan untuk melakukan pembelaan kaum Sunni terhadap al-Assunah. (Abudin Nata 2000 :196)

3. Model Muhammad Al-Ghazali
Penelitian yang dilakukan oleh Al-Ghazali secara eksploratif, yaitu membahas, mengkaji dan menyelami sedalam-dalamnya berbagai persoalan actual yang muncul dimasyarakat kemudian diberikan status hukumnya dengan berpijak pada kontek hadits tersebut. Corak penyajianya masih bersifat Deskriptif analitis. Yaitu mendeskriptifkan hasil penelitian sedemikian rupa, dilanjutkan menganalisisnya dengan pendekatan Fiqh, sehingga terkesan ada misi pembelaan dan pemurnian ajaran islam dari berbagai paham yang dianggap tidak sejalan dengan al-Qur’an dan al-Hadits. (Abudin Nata 2000 :198)

4.   Model Zain Al-Din Abd al-Rahim bin Al-Husain Al-Iraqiy
Zain Al-Din Abd al-Rahim bin Al-Husain Al-Iraqy merupakan salah satu ulama’ generasi pertama yang banyak melakukan penelitian Hadits (tahun 725-806). Penelitian yang dilakukan bersifat awal, yaitu penelitian yang ditujukan untuk memenuhi bahan-bahan yang digunkan untuk membangun suatu ilmu. Buku inilah buat pertama kali mengemukakan macam-macam hadits yang didasarkan pada kualitas sanad dan matanya yaitu ada hadits yang sahih, hasan, dan dlaif. Kemudian dikenal dengan bersambung atau terputusnya sanat yang dibaginya. Yang menjadi hadits musnad, muttasil, marfu’ mauquf dan mursal. (Abudin Nata 2000 : 200)
5. Model Penelitian Kontemporer
Banyak model penelitian hadits yang diarahkan pada focus kajian aspek tertentu saja. Seperti :
a.    Rifat Fauzi Abd al-Muttalib 1981, meneliti tentang perkembangan as-Sunnah pada abad ke -2 H.
b.   Mahmud Abu Rayyah, melalui telaah kritis atas sejumlah hadits nabi.
c.    Mahmud al-Thahan khusus meneliti cara menyeleksi hadits serta penentuan sana.
d.   Ahmad Muhhammad Syakir yang meneliti buku ikhtisar ulum al-hadits karya ibnu Katsir. (Yatimin  2004 : 287)

Selain itu masih banyak para tokoh yang meneliti hadits melalui hasil penenelitian tersebut. Seperti Muhhmmad Ajjad al-Khatib, Adib Sahih dan Nur al-Din atar.
Dari berbagai hasil penelitian tersebut kini ilmu hadits tumbuh dalam menjadi salah satu disiplin ilmu ke Islaman.

  
III. KESIMPULAN

1.   Pengertian hadits ditinjau dari dua sisi
a.    Bahasa berarti al-akhbar
b.   Istilah berarti segala sesuatu yang dinukilkan dari Rasulullah, Sahabat ataupun  Tabi’in dalam bentuk ucapan, perbuatan maupun ketetapan baik sifatnya dilakukan sewaktu-waktu saja maupun sering dan diikuti para sahabat nabi
2.   Klasifikasi hadits dan sanad berdasarkan maqbul dan  mardudnya ada tiga ( Hadits sahih lidzatih, Hasan lidzatihi, Dla’if)
3.   Model-model penelitian hadits yang dilakukan oleh para ahli berbeda-beda sesuai dengan latar belakang dan karakter peneliti masing-masing.


DAFTAR RUJUKAN

Abdullah, Yatimin, M.A, Studi Islam Kontemporer, Azah, Jakarta 2004

Nata, Abudin MA, Metodologi Studi Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2000

Sa’id, Fadlil  An-Nadwi, Ilmu Mustholah Hadits, Al-Hidayah, Surabaya 2000

Said, Tarjamah Al-Qur’an Al-Karim, Al-Ma’arif, Bandung 1984


















No comments:

Post a Comment

MAKALAH VARIABEL DAN HIPOTESA PENELITIAN

VARIABEL DAN HIPOTESA PENELITIAN PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan pada hakekatnya muncul karena adanya rasa ingin tahu yang tinggi d...